Ulul Albab adalah Intelektual Plus

 
Ulul Albab adalah Intelektual Plus

LADUNI.ID - “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali.” pepatah ini tentu sudah akrab di telinga kita. Kalimat inspiratif ini mengajarkan kepada kita untuk mengambil hikmah dari kekeliruan atau kesalahan yang diperbuat sebelumnya. Dengan penekanan pada janganlah kita jatuh pada lubang yang sama karena tidak mampu dan tidak mau memahami fenomena alam atau peristiwa yang terjadi. Kemampuan dan kemauan inilah yang menjadi pembeda antara manusia dan makhluk lainnya, kelebihan inilah yang diistilahkan dengan intelektual plus (ulul albab)Kata Ulul Albab disebut sebanyak 16 kali dalam Al-Quran.

Ulul Albab didefinisikan sebagai orang yang berakal atau yang berfikir. Firman Allah SWT dalam QS. ali Imran/3: 190-191 menyebutkan makna ulul albab  sebagai “… orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

Ayat di atas dengan jelas menggambarkan secara umum dua kategori manusia ulul albab yakni kekuatannya dalam berzikir (mengingat Allah SWT) dalam berbagai kondisi (berdiri, duduk, berbaring) dan bukankah kondisi manusia tidak terlepas dari ketiga keadaan tersebut. Kala zikirnya telah kuat dan maksimal baru dilanjutkan dengan proses tafakkur. Dengan ilmu yang dimilikinya, ia mampu membaca ayat-ayat Allah SWT dialam semesta ini.

Abdus Salam, pemenang hadiah Nobel dengan teori unifikasi gaya yang disusunnya, berkata, “Al-Quran mengajarkan kepada kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang sekarang disebut sebagai science. Tasyakur ialah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah; dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul-albab merenungkan ciptaan Allah di langit dan bumi, dan berusaha mengembangkan ilmunya sedemikian  rupa, sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.”

Secara rinci, ulul albab atau intelektual plus ditandai dengan kondisi berikut ini, pertama, bersungguh-sungguh mencari ilmu. Kemauan mengeksplore terus digali, tidak puas terhadap ilmu yang telah diperoleh. Termasuk bagian dari tanda yang pertama ini adalah senang mentadabburi ayat-ayat Allah SWT. baik ayat yang tersurat (firman Allah SWT) maupun yang tersirat (alam semesta dan diri pribadi).

Tanda kedua yakni mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang. Keyakinan terhadap iman dan keteguhan terhadap kebenaran serta keberpihakan terhadap keadilan adalah karakter ulul albab. Ia yakin bahwa orang-orang benar, orang-orang yang wasith(pertengahan) akan ditempatkan pada posisi yang terhormat dalam pandangan Allah SWT.

Tanda ketiga adalah sebagaimana tercantum dalam QS. az-Zumar/39: 18 bahwa ulul albab adalah orang-orang yang setelah mendengarkan informasi lantas mengikuti apa yang paling baik darinya. Tentu sikap mengikuti apa yang paling baik setelah melewati proses tabayyun (check dan re-check), kritis dan memutuskan. Bukan sekedar ikut-ikutan yang penting aman dan lancar. Pada konteks ini, ulul albab tidak berada pada posisi taqlid, setidaknya ia pada kelompok ittiba’ dan bahkan ijtihad.

Tanda berikutnya atau yang keempat adalah berada di tengah-tengah masyarakatnya untuk memberikan pencerahan dan perubahan, membiasakan sebuah kebenaran dan bukan membenarkan sebuah kebiasan negatif, menjernihkan yang keruh, meluruskan yang bengkok, menyambungkan yang terputus dan mengumpulkan yang terserak. Posisi mereka bukan laksana menara gading, bukan sibuk dengan keadaan pribadi. Hal ini dapat ditemukan dan dinyatakan Allah SWT dalam QS. ar-Ra’d/13: 19-22).

Tanda kelima adalah tidak ada rasa ketakutan kepada manusia kecuali kepada Allah SWT. sebagaimana dalam QS. al-Baqarah/2: 197. Ilmu yang dimilikinya, pengetahuan yang didapatnya menjadi media pendekatan diri kepada Allah SWT. Kondisi inilah yang membedakan dan yang menggolongkan seseorang dalam kategori intelektual plus. Apa yang dimilikinya menjadi batu loncatan dekat kepada-Nya.

Setidaknya itulah tanda-tanda orang-orang yang tergolong ulul albabplus nya adalah pada konektifitasnya dengan satu pijakan bahwa Allah SWT menciptakan apapun di muka bumi ini adalah untuk media, sarana dan fasilitas memaksmimalkan potensi li ya’budun-nya manusia. Emha Ainun Nadjib dalam bukunya Hidup Itu Harus Pintar Ngegas dan Ngerem (2016: 159) menyebutkan bahwa sikap keilmuan yang harus ada dalam hidup agar lebih bermakna adalah dengan belajar dari al-Quran. Saat kita belajar dari al-Quran maka kita telah masuk dalam kondisi sedang mentadabburi al-Quran (afala tatadabbarunal Quran). Kisah singkat disampaikannya, ada sarjana Jepang yang melakukan penelitian terhadap ribuan buah untuk menemukan fungsi-fungsi medisnya. Lalu mereka menemukan bahwa sel-sel manusia itu bisa diperkuat dengan satu buah tin dicampur tujuh buah zaitun. Demikian hasil penelitiannya. Dari sisi ini, tadabbur Quran sangat terbuka untuk siapapun, bagi yang memiliki ilmu, bagi yang memiliki kompetensi, skill, namun akan sangat bernilai dunia akhirat manakala selalu diawali dengan spirit iqra bismirobbik (membaca dengan background keilahian). Semoga**

Oleh: Sholihin H. Z., M. Pd. I**

Kepala MTs ASWAJA Pontianak

UNI