Mensyukuri DiutusNya Munkar Nakir

 
Mensyukuri DiutusNya Munkar Nakir

Muhasabah 4 Rabiul Awal 1440
Saudaraku, dalam iman Islam, sejatinya segala hal ikhwal hidup dan amal kita di dunia sekarang ini akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah di akhirat kelak. Oleh karenanya hari akhirat juga disebut yaumul hisab, Hari Perhitungan atas amalan manusia. Malah sejatinya perhitungan itu sudah dimulai dan berlangsung saat di dunia ini.

Dalam konteks personal, perhitungan, audit atau muhasabah terhadap aktivitas yang telah kita lakukan juga penting dilakukan setiap saat maupun berkala.

Dalam dunia organisasi kita juga mengenal prinsip akuntabilitas, dimana aktivitas apapun yang kita lakukan harus dapat dipertanggungjawab di mata publik. Apalagi persoalan program yang mengakibatkan adanya penggunaan anggaran. Malah untuk menjamin terselenggaranya prinsip akuntabilitas ini, diadakannya audit oleh para pihak yang berkompeten seperti oleh kantor akuntan publik atau oleh irjend dan badan pemeriksa keuangan. Kesan umum ketika diaudit adalah "takut dan menegangkan", dan maunya cepat selesai serta memperoleh predikat wtp, wajar tanpa pengecualian.

Saudaraku, itu gambaran audit di dunia. Mau tahu bagaimana awal mula diaudit di alam kubur sesaat setelah Makaikat Izrail menunaikan tugasya.

Tentang audit di alam kubur akan dilakukan oleh Allah dengan menugaskan Malaikat Munkar dan Nakir sebagai auditornya. Dalam hal ini Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah Nabi Muhammad saw bersabda: “Apabila mayit atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan didatangi dua malaikat hitam dan biru, salah satunya Mungkar dan yang lain Nakir, keduanya berkata: Apa pendapatmu tentang orang ini (Nabi Muhammad)?, maka ia menjawab sebagaimana ketika di dunia: Abdullah dan RasulNya, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Keduanya berkata: Kami telah mengetahui bahwa kamu dahulu telah mengatakan itu. Kemudian kuburannya diperluas 70 x 70 hasta, dan diberi penerangan, dan dikatakan: Tidurlah. Dia menjawab: “Aku mau pulang ke rumah untuk memberitahu keluargaku”. Keduanya berkata: “Tidurlah, sebagaimana tidurnya pengantin baru, tidak ada yang dapat membangunkannya kecuali orang yang paling dicintainya, sampai Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya tersebut”. (Hr. Tirmidzi)

Dan seluruh amalan yang dilakukan saat di dunia ini akan menjilma menjadi penjaga kita di alam kubur.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Jika seorang mukmin dimasukkan ke kuburnya, shalatnya berada di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya, kebajikannya menaunginya, dan kesabarannya di sisinya. Ketika malaikat Munkar dan Nakir datang yang pertanyaannya ditakuti, maka kesabarannya berkata pada shalatnya, zakat dan kebajikannya, akulah yang akan mendampinginya jika kamu tidak mampu mengahapinya.” (Al-Kafi 2: 90, hadis ke-8)

Apabila yang meninggal adalah orang munafik, ia menjawab: Aku mendengar orang mengatakan akupun mengikutinya dan saya tidak tahu. Keduanya berkata: kami berdua sudah mengetahui bahwa kamu dahulu mengatakan itu. Dikatakan kepada bumi: Himpitlah dia, maka dihimpitlah jenazah tersebut sampai tulang rusuknya remuk, dan ia akan selalu merasakan azab sampai Allah membangkitkan dari tempat tidurnya tersebut. (Hadits ini dihasankan oleh Al-Baani dalam shahih Tirmidzi)

Saudaraku, selagi di dunia ini, gambaran di atas sebagai bashira wa nadhira, kabar baik bagi orang baik agar tetap istiqamah dalam kebaikannya sekaligus kabar buruk sebagai peringatan bagi orang yang tidak baik agar bersegera bertaubat sebelum ajalnya tiba.

Oleh karena itu sebagai orang Islam, kita harus mengembangkan sikap mensyukuri diutusNya Malaikat Munkar dan Nakir untuk menjalankan tugasnya di alam kubur kelak. Mensyukurinya di hati, lisan dan perbuatan nyata.

Pertama, mensyukuri diutusnya Malaikat Munkar dan Nakir di hati dengan mengimani bahwa Allah pasti akan memintai pertanggungjawaban atas perilaku kita selagi hidup di dunia ini. Oleh karenanya selagi hidup di dunia ini kita harus mengikuti syariatNya saja. Dengan bersyariat Islam, kita akan dapat mempertanggungjawabkan perilaku kita di akhirat kelak. Dengan menjalankan syariat Islam kita akan dapat menjawab dengan benar terhadap seluruh pertanyaan yang diajukan oleh Malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur. Dengan menjalankan syariat Islam, kita akan mudah melintasi jembatan shirathal mustaqim dan bahagia di surga yang telah Allah sediakan.

Kedua, mensyukuri diutusNya Malaikat Munkar dan Nakir di lisan dengan terus memuji Allah seraya melafalkan alhamdulillahirabbil 'alamin semoga Allah menunjuki kita kepada jalan yang lurus dan memberi kekuatan pada kita untuk menapakinya. Dan semoga Allah menunjuki kita akan jalan yang salah dan memberikan kekuatan pada kita untuk menjauhinya.

Ketiga, mensyukuri diutusNya Malaikat Munkar Nakir dengan perbuatan nyata seperti terus berhati-hati dan waspada dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Dengan sikap ini akan berperilaku yang baik-baik saja, dan menghidari berperilaku maksiat.