Biografi Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

 
Biografi Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Nasab
1.3  Riwayat Keluarga
1.4  Keturunan
1.5  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menyatukan Orang Kalimantan agar Bermazhab Syafi'i

4.    Karya-Karya
5.    Chart Silsilah Sanad
6.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau yang akrab dengan sapaan Datuk Kalampayan lahir di Lok Gabang, Martapura, Kalimantan Selatan pada tanggal 15 Safar 1122 H/17 Maret 1710 M.

Beliau merupakan seorang ulama besar yang sangat berpengaruh dalam perkembangan Islam di Kalimantan. Beliau juga adalah tokoh yang gigih dalam mempertahankan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah dan bermazhab Fiqih Syafi’i. Beliau penasihat atau mufti Kesultanan Banjar dan penulis yang produktif.

1.2. Nasab
Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al-Banjari bin Abdullah bin Tuan Penghulu Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al-Hindi bin Ahmad Ash-Shalaibiyyah bin Husain bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al-Idrus Al-Akbar (datuk seluruh keluarga Al-Aidrus) bin Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad-Dark bin Alwi Al-Ghoyyur bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar-Rumi bin Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Al-Imam Ali Uraidhy bin Al-Imam Ja’far As-Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Sayyidina Husain bin Al-Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW.

1.3 Riwayat Keluarga
Sultan Tahlilulah menikahkan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dengan seorang perempuan bernama Bajut. Hanya, ketika istri beliau mengandung, Syekh Arsyad minta dikirim belajar ke Makkah atas biaya negara. Kabarnya bekas pondokannya di kampung Syami’ah, Makkah, masih dipelihara oleh seorang syekh yang juga berasal dari Banjarmasin.

1.4 Keturunan
Dzurriyaat (anak dan cucu) beliau banyak sekali yang menjadi ulama besar, pemimpin-pemimpin, yang semuanya teguh menganut Mazhab Syafi’i sebagai yang diwariskan oleh Syekh Muhammad Arsyad Banjar. Di antara dzurriyat beliau yang kemudian menjadi ulama besar turun temurun adalah :

  1. H. Jamaluddin, Mufti, anak kandung, penulis Kitab Perukunan Jamaluddin.
  2. H. Yusein, anak kandung, penulis Kitab Hidayatul Mutafakkiriin.
  3. H. Fathimah binti Arsyad, anak kandung, penulis Kitab Perukunan Besar, tetapi namanya tidak ditulis dalam kitab itu.
  4. H. Abu Sa’ud, Qadhi.
  5. H. Abu Naim, Qadhi.
  6. H. Ahmad, Mufti.
  7. H. Syahabuddin, Mufti.
  8. H.M. Thaib, Qadhi.
  9. H. As’ad, Mufti.
  10. H. Jamaluddin II., Mufti.
  11. H. Abdurrahman Sidiq, Mufti Kerajaan Indragiri Sapat (Riau), pengarang Kitab Risalah amal Ma’rifat, Asranus Salah, Syair Qiyamat, Sejarah Arsyadiyah dan lain lain.
  12. H. M. Thaib bin Mas’ud bin H. Abu Saud, ulama Kedah, Malaysia, pengarang Kitab Miftahul jannah.
  13. H. Thohah Qadhi-Qudhat, penbina Madrasah Sulamul ‘Ulum’, Dalam Pagar Martapura.
  14. H. M. Ali Junaedi, Qadhi.
  15. Gunr H. Zainal Ilmi.
  16. H. Ahmad Zainal Aqli, Imam Tentara.
  17. H. M. Nawawi, Mufti.

Semua yang disebutkan di atas menjadi ulama dan telah berpulang ke rahmatullah. Namun masih banyak lagi, seperti yang belakangan banyak dikenal sebagai ahli tasawuf dan waliyullah yakni Syekh Zaini Abdul Ghani (Mbah Ijai atau Guru Sekumpul).

1.5 Wafat
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari wafat hari Selasa, 6 Syawal 1227 H bertepatan dengan tanggal 3 Oktober 1812 M. Dimakamkan di Desa Kalampayan, tidak jauh dari makam orang tuanya, dan kurang lebih 7 km dari tempatnya membangun pesantren.

2. Sanad Ilmu dan Pendidika

2.1 Pendidikan
Sejak dilahirkan, Syekh Muhammad Arsyad melewatkan masa kecil di desa kelahirannya Lok Gabang, Martapura. Sebagaimana anak-anak pada umumnya, Syekh Muhammad Arsyad bergaul dan bermain dengan teman-temannya. Namun pada diri Syekh Muhammad Arsyad sudah terlihat kecerdasannya melebihi dari teman-temannya.

Begitu pula akhlak budi pekertinya yang halus dan sangat menyukai keindahan. Di antara kepandaiannya adalah seni melukis dan seni tulis. Sehingga siapa saja yang melihat hasil lukisannya akan kagum dan terpukau. Pada saat Sultan Tahlilullah sedang bekunjung ke kampung Lok Gabang, sultan melihat hasil lukisan Syekh Muhammad Arsyad yang masih berumur 7 tahun.

Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya tinggal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.

Di istana, Syekh Muhammad Arsyad tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia, ramah, penurut, dan hormat kepada yang lebih tua. Seluruh penghuni istana menyayanginya dengan kasih sayang. Sultan sangat memperhatikan pendidikan Syekh Muhammad Arsyad, karena sultan mengharapkan Syekh Muhammad Arsyad kelak menjadi pemimpin yang alim.

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari masuk lingkungan istana Banjar pada usia 7-8 tahun. Latar belakang keluarganya tidak begitu jelas. Tradisi lisan menyebut, waku iu beliau sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan sempurna.

Sultan Tahlilulah terkesan oleh kecerdaasnnya. Sultan sendirilah yang minta kepada orang tua Syekh Arsyad agar anak itu didik di istana bersama anak-anak dan cucu-cucu kerajaan. Sultan pula yang menikahkan beliau dengan seorang perempuan bernama Bajut.

Hanya, ketika isteri beliau mengandung, Syekh Arsyad minta dikirim belajar ke Mekkah atas biaya negara. Kabarnya bekas pondikannya di kampung Syami’ah, Mekkah, masih dipelihara oleh seorang syekh yang juga berasal dari Banjarmasin.

2.2 Guru Guru

  1. 'Alimul ‘Allamah Syekh Atha’illah bin Ahmad Al-Mishri Al-Azhari, di Makkah,
  2. Syaikh Al-Islam Imam Al-Haramain ‘Alimul ‘Allamah,
  3. Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi, di Madinah, Khusus dalam bidang Tasawuf,
  4. Muhammad Arsyad belajar kepada Sayyid Al-Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiry Al-Hasani, yang masyhur dikenal dengan nama Syekh Muhammad Samman Al-Madany, di Madinah,
  5. Syekh Ahmad bin Abdul Mun’im Ad-Damanhuri,
  6. Syekh Sayyid Abi Al-Faidl Muhammad Murtadha bin Muhammad Az-Zabidy,
  7. Syekh Hasan bin Ahmad Akisy Al-Yamany,
  8. Syekh Salim bin Abdullah Al-Bashry,
  9. Syekh Shiddiq bin Umar Khan,
  10. Syekh Abdullah bin Hijazi Asy-Syarqawy,
  11. Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz Al-Maghrabi,
  12. Syekh Sayyid Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal,
  13. Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin Al-Fathani. Beliau adalah seorang sahabat karib Syekh Muhammad Samman Al-Madany, bahkan makam beliau bersebelahan dengan makam Syekh Muhammad Samman Al-Madany,
  14. Syekh Abdul Ghani bin Syekh Muhammad Hillal,
  15. Syekh Abid As-Sandi,
  16. Syekh Abdul Wahhab Ath-Thanthawy,
  17. Syekh Maulana Sayyid Abdullah Mirgani,
  18. Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Jauhari,
  19. Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin Aceh, pengarang Kitab Bidayatul Hidayah.

Di samping itu, ada beberapa ulama yang banyak mengeluarkan sanad, silsilah kitab atau ilmu yang diajarkan, di antaranya:

  1. Syekh Sayyid Abi Al-Faidl Muhammad Murtadha bin Muhammad Az-Zabidy,
  2. Syekh Sayyid Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal,
  3. Syekh Salim bin Abdullah Al-Bashry,
  4. Syekh Hasan bin Ahmad Akisy Al-Yamany.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menyatukan Orang Kalimantan agar Bermazhab Syafi'i
Itulah yang kiranya dilakukan oleh Datuk Kalampayan dalam memberi ilmu agama kepada kita orang Kalimantan, yaitu dengan Mazhab Syafi'i. Menurut Tuan Guru Busu (KH. Qomaruddin Banjarmasin), sebenarnya Datuk Kalampayan menguasai semua ilmu mazhab. Namun beliau lebih banyak menerapkan dan mengajarkan Mazhab Imam Syafi'i, mengapa seperti itu?

Hal ini bertujuan agar kita sebagai orang Kalimantan tidak bingung dalam beribadah. Semisal beliau ajarkan pendapat mazhab ini, mazhab itu, maka pada akhirnya kita bingung, yang mana yang harus kita ikuti? Maka dari itu beliau memilih menyatukan kita orang Kalimantan dalam naungan Mazhab Imam Syafi'i

Sedangkan menurut Abah Guru Zuhdi (KH. Ahmad Zuhdiannoor Banjarmasin), Datuk Kalampayan mengajarkan Mazhab Syafi'i karena ingin menghargai warga Kalimantan yang mayoritas bermazhab Syafi'i. Beliau lebih mengutamakan adab, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.

Selama menuntut ilmu di sana, Syekh Muhammad Arsyad menjalin persahabatan dengan sesama penuntut ilmu seperti Syekh Abdussamad Al-Falimbani, Syekh Abdurrahman Misri Al-Jawi, dan Syekh Abdul Wahab Bugis sehingga mereka dikenal sebagai Empat Serangkai dari Tanah Jawi (Melayu).

Selama di Haramain, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari selalu melakukan kontak dengan tanah air, sehingga beliau banyak mengetahui perembangan yang terjadi di Nusantara.

Dengan demikian, beliau tidak kehilangan informasi yang terjadi di tanah air beliau. Beliau baru kembali ke tanah air setelah menetap di Makkah selama 30 tahun dan di Madinah selama 5 tahun. Tepatnya beliau kembali ke Martapura pada tahun1186 Hijriah bartepatan pada tahun 1773 Masehi.

4. Karya-Karya
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari banyak membuat tulisan, baik berupa lembaran maupun kitab dalam berbagai bidang ilmu seperti Tauhid, Fiqih, Tasawuf dan lainnya. Di antara kitab-kitab yang ditulisnya adalah:

1. Kitab Tuhfah ar-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduhu Riddah ar-Murtaddin, diselesaikan tahun 1188 H/1774 M.  Kitab ini telah di alihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia, berisi tiga bab dan khatimah, berbicara penguraian masalah Aqidah, kepercayaan yang haq dan bathil atau hakikat iman yang benar, serta hal-hal yang bisa merusak iman.

Sebagian orang meragukan apakah kitab ini asli karya Syaikh MuhammadArsyad al-Banjari, hal ini disebabkan isinya relatif dianggap bertolak belakang dengan adat kepercayaan sebagian masyarakat Kalimantan. Namun beberapa bukti, menunjukkan bahwa kitab tersebut benar-benar karya Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, diantaranya adalah

(1). Tulisan Syaikh Daud bin Abdullah al-Fathani, dikatakan “Maka disebut oleh yang empunya karangan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imanil Mu’minin bagi `Alim al-Fadhil al-’Allamah Syeikh Muhammad Arsyad.”

(2). Tulisan Syaikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari dalam Syajaratul Arsyadiyah, “Maka mengarang Maulana (maksudnya Syeikh MuhammadArsyad al-Banjari, pen:) itu beberapa kitab dengan bahasa Melayu dengan isyarat sultan yang tersebut, seperti Tuhfatur Raghibin …” Pada halaman lain, “Maka Sultan Tahmidullah Tsani ini, ialah yang disebut oleh orang Penembahan Batu. Dan ialah yang minta karangkan Sabilul Muhtadin lil Mutafaqqihi fi Amrid Din dan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imani Mu’minin wa Riddatil Murtaddin dan lainnya kepada jaddi (Maksudnya: datukku, pen  al-’Alim al-’Allamah al-’Arif Billah asy-Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari.”

(3). Kitab cetakan Istanbul, yang kemudian dicetak kembali oleh Mathba’ah Al-Ahmadiah, Singapura tahun 1347 H, yaitu cetakan kedua dinyatakan, “Tuhfatur Raghibin … ta’lif al-’Alim al-’Allamah asy-Syeikh MuhammadArsyad al-Banjari.” Di bawahnya tertulis, “Telah ditashhihkan risalah oleh seorang daripada zuriat muallifnya, iaitu `Abdur Rahman Shiddiq bin Muhammad `Afif mengikut bagi khat muallifnya sendiri …”. Di bawahnya lagi tertulis, “Ini kitab sudah cap dari negeri Istanbul fi Mathba’ah al-Haji Muharram Afandi”. Dan terakhir

 (4). Mahmud bin Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari mencetak kitab Tuhfah ar-Raghibin itu disebutnya sebagai cetakan yang ketiga, dan nama Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari tetap dicantumkan sebagai pengarangnya.

2. Kitab Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H/1778 M. Kitab ini adalah kitab yang menguraikan hukum-hukum mengenai masalah kewanitaan.

3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diseselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H/1780 M. Kitab ini sangat masyhur bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Fathani dan lainnya. Kitab ini berisi tentang masalah Ilmu Fiqih, ditulis sekitar tahun 1192H atau 1777M.

4. Risalah Qaul al-Mukhtashar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiulawal 1196 H/1781 M.

5. Kitab Bab an-Nikah. Kitab ini menguraikan tentang hukum-hukum pernikahan.

6. Kitab Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi

7. Kanzu al-Ma’rifah, kitab yang menguraikan tentang Ilmu Tasawuf atau Ilmu Hakikat Pengendalian Diri dan Allah.

8. Kitab Ushuluddin

9. Kitab Al-Faraidl

10. Kitab Hasyiyah Fat-h al-Wahhab

11. Kitab Mushhaf al-Quran al-Karim

12. Kitab Fathur Rahman

13. Kitab Arkanu Ta’lim As-Shibyan

14. Kitab Bulugh al-Maram

15. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’

16. Kitab Tuhfah al-Ahbab

17. Khuthbah Muthlaqah Pakai Makna. Kitab ini dikumpulkan semula oleh keturunannya, Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari. Dicetak oleh Mathba’ah Al-Ahmadiah, Singapura, tanpa dinyatakan tarikh cetak.

18. Fatawa Sulaiman Kurdi.

19. Kitab Ilmu Falaq.

5. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dapat dilihat DI SINIdan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.

6. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
Beyond Imagination
IDR UIN Antasari Banjarmasin


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 30 Agustus 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 19 Maret 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya