Info Harian Laduni.ID: 12 Februari 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 12 Februari 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Senin, 12 Februari 2024 bertepatan dengan hari lahir: Nyai Hj. Mahmudah Mawardi, KH. Umar Sholeh, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur, KH. Ahmad Dimyati Banten, KH. Imam Muhadi, KH. Sholihin Hamzah. Dan hari wafat: Mohammad Fajrul Falaakh.

Nyai Hj. Mahmudah Mawardi

Nyai Hj. Mahmudah Mawardi lahir pada tanggal 12 Februari 1912 M, di Solo. Beliau merupakan putri pertama dari lima bersaudara, dari Kyai Masjhud,

Nyai Hj. Mahmudah Mawardi akhirnya wafat pada Rabu Wage, 26 Rabiul awal 1408 H/ 18 November 1987 M. pukul 14.00 di Keprabon Wetan Solo, usia 78 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Astana Pulo Laweyan Solo.

Sejak kecil, Mahmudah belajar kepada orang tuanya di Pondok Pesantren yang kelak dikenal sebagai Pesantren Al-Masjhudiyah. Kemudian beliau belajar selama 6 tahun di Madrasah Ibtidaiyyah Sunniyah Solo, hingga tamat pada tahun 1923.

Nyai Hj. Mahmudah mengawali kiprah perjuangannya dengan menjadi guru di tempat belajarnya dahulu, Sunniyah, sejak tahun 1930 M. Bersama kaum perempuan muslim di Solo, beliau kemudian mendirikan Organisasi Nahdlatul Muslimat (NDM) di Kauman Surakarta pada bulan April 1931 M.

Simak biografi lengkapnya di: Nyai Hj. Mahmudah Mawardi
Simak chart silsilah sanad Nyai Hj. Mahmudah Mawardi

KH. Umar Sholeh

KH. Umar Mahdlor atau yang kerap disapa dengan panggilan KH. Umar Sholeh lahir pada 12 Februari 1922 di lingkungan Pondok Pesantren Kempek, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon. Beliau merupakan anak kedua dari pasangan KH. Harun Sholeh bin Kyai Mustam (Kedondong, Cirebon) dan Nyai Mutimmah binti KH. Nawawi (Babakan, Ciwaringin, Cirebon). Dan KH. Umar Sholeh wafat pada tahun 1998.

Sejak kecil Umar diasuh oleh kedua orang tuanya di pesantren untuk belajar Al-Qur’an dan ilmu alat. Sejak belajar di pesantren tersebut beliau tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Pendidikan yang dijalaninya hanya pendidikan informal (dalam keluarga) dan pendidikan nonformal (pesantren).

Setelah selesai menimba ilmu di Krapyak, beliau pulang ke Kempek dan mengamalkan ilmu Qiro’at Al-Qur’an kepada santri-santrinya dengan metode yang persis beliau dapatkan dari gurunya.

Lambat laun, metode Qiro’at Al-Qur’an ala Kempek terkenal di berbagai daerah, sehingga banyak santri yang tertarik ikut mengaji Al-Qur’an kepada beliau. Di bawah asuhan Kyai Umar, Pondok Pesantren Kempek berkembang pesat hingga ribuan santri, mulai dari pulau Jawa, Sumatra bahkan negeri Johor (Malaysia) menimba ilmu kepada Kyai Umar.

KH. Umar Sholeh adalah sosok pendidik umat yang sangat bersahaja. Beliau kerap kali menjadi rujukan masyarakat terkait dengan persoalan keagamaan, dan juga urusan sosial.

Selama memimpin pesantren peninggalan ayahnya yaitu Pesantren Kempek, Desa Kempek, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, beliau adalah sosok orang tua sekaligus guru pengayom yang sangat disiplin. Dalam menerapkan peraturan, beliau tidak pandang bulu, meskipun kepada anaknya sendiri.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Umar Sholeh
Simak chart silsilah sanad KH. Umar Sholeh

Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur

Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur lahir pada tanggal 12 Februari 1949 di Dusun Banjaranyar, Desa Banjarwati. Beliau merupakan putra pertama dari sepuluh bersaudara, dari pasangan H. Maftukhan dengan Hj. Kasiyami.

Beliau merupakan keturunan dari pasangan H. Martokan dan Hj. Kasiyami dan merupakan keturunan ke-14 dari Kanjeng Sunan Drajat.

Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur memulai pendidikannya dengan dengan belajar di TK Tarbiyatut Tholabah di Daerah Kranji, Lamongan pada tahun 1956. Beliau melanjutkan jenjang pendidikan SD dan SMP di daerah yang sama, dan menambah pendidikan agama melalui Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah.

Setelah wafat ayahnya, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur melanjutkan kepengasuhan pondok pesantren ayahnya. Saat ini, Pondok Pesantren Sunan Drajat telah memiliki memiliki kurang lebih 12.000 santri, dan memiliki berbagai pendidikan baik formal maupun nonformal.

KH. Abdul Ghofur selain sebagai seorang ulama’, ilmuwan, dan pesilat, beliau juga merupakan sosok pengusaha yang sukses. Selama kepemimpinannya yang merintis Pondok Pesantren Sunan Drajat sejak tahun 1977.

Simak biografi lengkapnya di: Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur
Simak chart silsilah sanad Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur

KH. Ahmad Dimyati Banten

KH. Ahmad Dimyati lahir pada 12 Februari 1955, di Kampung Bauwan, Serang, Banten. Beliau merupakan putra dari pasangan bapak Nurhalim bin Ilyas, seorang pedagang daging sapi dan kerbau dengan Ibu Siti Mardiyah binti Nawiyah, seoran ibu rumah tangga biasa.

KH. Ahmad Dimyati meninggal dunia pada tahun 1998, meninggalkan tujuh orang putra-putrinya. Kini Pesantren Daarul ‘Uluum Lido dikelola oleh putra-putri dan menantunya dan terus berkembang menjadi pesantren yang maju dengan jumlah santri mencapai 1900-an orang pada tahun 2016.

Tahun 1966, ketika Kyai Ahmad Dimyati duduk di kelas 4 SD, ayahndanya berpulang ke rahmatullah. Selajutnya, karena keadaan ekonomi yang kekurangan, oleh ibunya, Kyai Ahmad Dimyati diserahkan pengasuhannya kepada salah satu kakaknya yaitu Hj. Juwairiyah. 

Tahun 1995, Pemerintah Kota Bogor menunjuk KH. Ahmad Dimyati sebagai pembimbing jamaah haji. Pada saat itulah beliau bermunajat kepada Allah di Multazam, meminta agar Allah SWT memberikan jalan baginya untuk mendapatkan lahan untuk pembangunan pesantren. beliau sangat yakin bahwa Allah akan membukakan jalan bagi hamba-Nya yang berjuang di jalan Allah. Semingu setelah pulang dari tanah suci, beliau mendapatkan tanah di daerah Cigombong, perbatasan antara Sukabumi dan Bogor, tepatnya di Desa Ciburuy.

Pada tanggal 24 Juni 1996, tanah yang dibeli dari hasil keringat dan menjual rumah itu diresmikan menjadi sebuah pesantren yang diberi nama Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido. Nama Lido di belakangnya sengaja dipakai bukan karena dekat dengan Danau Lido, tetapi nama itu singkatan dari ‘Limpahan Doa’ sebagai rasa syukur atas terkabulnya doa yang dipanjatkan ketika berada di Multazam.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Ahmad Dimyati Banten

KH. Imam Muhadi

Syekh Imam Muhadi merupakan sosok kyai yang kharismatik, beliau lahir di Bagbogo pada hari Sabtu Wage, 12 Februari 1922 M, ayahnya bernama Ismain dan ibunya bernama Askinah. Beliau merupakan putra kelima dari kesembilan bersaudara. Dan Beliau wafat pada tanggal 28 Mei 2002 M.

Syekh Imam Muhadi sekolah dasar (SR) di daerah sekitar rumahnya, setelah lulus beliau meneruskan pendidikannya di Pesantren Miftahul Mutadi’in di dusun Krempyang. Pada saat itu beliau berumur 13 tahun, menimba ilmu di Pondok Pesantren Miftahul Mutadi’in di dusun Krempyang selama 15 tahun lamanya dari tahun 1935 hingga 1950 M, dan selama mondok di sana beliau belajar langsung kepada Syekh Muhammad Ghozali Manan (W. 1411 H/1990 M).

Berkembangnya waktu Pondok Pesantren menjadi pusat penyebaran Tarekat Qadiriyah wa Naqshabandiyah an Nadliyah di Jawa Timur bagian Barat yang melingkupi Kabupaten Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Pacitan, dan Bojonegoro. Banyak santri yang berasal dari luar Nganjuk, bahkan luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatera.

Setelah menikah beliau menjalani bahtera rumah tangga di kediaman mertuanya di dusun Krempyang. Sedangkan untuk proses mengajar murid-muridnya, beliau lakukan dengan pulang pergi dari Krempyang ke Bagbogo, cara ini beliau jalani selama sekitar 3 tahun, setelah itu mungkin beliau merasa cara itu kurang efesien.

Dan akhirnya beliau memutuskan untuk memboyong anak istrinya untuk tinggal di Bagbogo guna mempermudah dalam proses pengajaran ilmu agama yang telah dirintisnya sejak awal, dengan pengajaran yang terus berkembang dan murid semakin banyak akhirnya rumah beliau menjadi sebuah pondok besar di desa Bagbogo, yang diberi nama Pondok Pesantren Manbaul Adhim.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Imam Muhadi
Simak chart silsilah sanad KH. Imam Muhadi

KH. Sholihin Hamzah

KH. Sholihin Hamzah adalah putra ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Kyai Hamzah dan Nyai Kasiyatin. Beliau lahir pada tanggal 12 Februari 1925 (pada masa itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) di dusun Bapang desa Sumbermulyo, Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

KH. Sholihin Hamzah wafat di usia yang ke-83 tahun, bertepatan pada tahun 2008 dan dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Al-Ghozaliyah Dusun Sidowaras, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang.

Saat berusia 11 tahun, beliau mulai masuk sekolah MDU (Madrasah Darul Ulum) Rejoso Peterongan Jombang dalam kelas Nol Satu, yaitu pada tahun 1936. Tahun berikutnya, tahun 1937 beliau naik tingkat menjadi kelas Nol Dua. Tahun berikutnya lagi, tahun 1938 beliau naik kelas Nol Tiga. Kemudian pada tahun 1939 beliau masuk kelas I, tahun 1940 masuk kelas II, dan masuk kelas III pada tahun 1941.

KH. Sholihin Hamzah merupakan tokoh agama yang terkenal di Desa Sumbermulyo. Bahkan, di tingkat Kabupaten Jombang dan Provinsi Jawa Timur. Karena sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan baik di desa, kabupaten, maupun provinsi.

Tahun 1956 M, dirasa ilmu beliau sudah cukup sebagai bekal dakwah dan pengembangan ajaran agama dengan diikuti 10 orang santri Pondok Pesantren Lasem. Kesepuluh orang santri tersebut ingin menghatamkan kitab-kitab kuning (klasik) yang diajarkan oleh beliau sewaktu ada di Pondok Lasem, karena di samping beliau menjadi ketua pondok (lurah), juga ikut membantu mengajar di pondok tersebut.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Sholihin Hamzah
Simak chart silsilah sanad KH. Sholihin Hamzah

Mohammad Fajrul Falaakh

Mohammad Fajrul Falaakh atau yang kerap disapa dengan panggilan Fajrul lahir pada tanggal 2 April 1959 di Gresik, Jawa Timur. Dan Mohammad Fajrul Falaakh wafat pada tanggal 12 Februari 2014 di Jakarta. 

Fajrul menyelesaikan Sarjana Muda Hukum (1981) dan Sarjana Hukum di Fakultas Hukum UGM Yogyakarta pada tahun 1983, beliau kemudian melanjutkan kuliahnya di Near and Middle-Eastren Studies di London School of Oriental and African Studies (1990), dan MSc in Comparative Government/Politics di London School of Economics and Political Science (1997).

Selain terkenal dalam dunia Hukum Tata Negara sosok Fajrul juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap PMII, karena Fajrul adalah salah satu perumus Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Secara esensial NDP yang dirumuskan oleh Fajrul bersumber dari nilai keislaman dan keindonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan Ahlussunnah wal Jama’ah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah dan mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII.

Dalam merumuskan NDP PMII, Fajrul membutuhkan waktu sampai dengan 15 tahun yang finalisasinya pada forum Kongres IX di Surabaya. Ini adalah bentuk kehati-hatian dan kecermatan yang dilakukan oleh Fajrul.

Dedikasinya sebagai pengajar hukum tata negara membuat dirinya diberikan gelar kehormatan oleh Presiden berupa Satya Lencana pada tahun 2004. 

Simak biografi lengkapnya di: Mohammad Fajrul Falaakh

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.