Pesona Wisata Religi ke Makam Syekh Khatib Muhammad Ali Padang

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Pesona Wisata Religi ke Makam Syekh Khatib Muhammad Ali Padang

Daftar Isi

  1. Profil
  2. Lokasi Makam
  3. Motivasi Ziarah Kubur Menurut Ulama
  4. Haul Syekh Khatib Muhammad Ali
  5. Peninggalan Syekh Khatib Muhammad Ali
  6. Oleh-Oleh
  7. Sumber

1. Profil
Syekh Khatib Muhammad Ali merupakan seorang ulama Nusantara yang masyhur pada awal abad ke-20an. Di samping sebagai ulama terkemuka, beliau juga seorang jurnalis yang menerbitkan “Soeloeh Melaju” dan seorang politisi dalam Syarikat Islam (SI). Beliau juga termasuk golongan ulama yang menjaga tradisi tahlil, qunut, dan maulid.

Syekh Khatib Muhammad Ali dilahirkan di Muara Laboh, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat pada tahun 1863 M. Masa kecilnya beliau menimba ilmu di kampung halamannya dan belajar kepada ulama besar kala itu, yakni Syekh Mustafa Al-Khalidi Sungai Pagu. Setelah menginjak umur dewasa, beliau berangkat ke Makkah untuk berhaji dan menimba ilmu agama di sana selama kurang lebih 7 tahun.

Selama di Makkah Syekh Khatib Muhammad Ali belajar kepada sejumlah ulama besar di sana, seperti Syekh Usman Fauzy Al-Chalidy Jabal Qubais, Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (Ulama Nusantara yang menjadi Imam Besar Masjidil Haram), Syekh Sa’udasy Mekkah, Syekh Ahmad Ridwan Madinah, dan ulama lainnya.

Setelah tujuh tahun di Makkah, beliau kembali ke kampung halamannya dengan membawa beberapa ijazah dari ulama besar, seperti ijazah Tarekat Naqsyabandiyah dari Syekh Usman Fauzy Jabal Qubais, ijazah Dala’il Khairat dari Madinah, dan ijazah dari Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Kemudian beliau hijrah ke Kota Padang sebagai tempat bermukim dan untuk berdakwah.

Syekh Khatib Muhammad Ali tercatat sebagai salah satu tokoh yang berperan aktif dalam rapat seribu ulama tahun 1919 di Padang. Beliau mempunyai pengaruh luas bagi masyarakat Sumatera, selama di Kota Padang beliau juga mendirikan Madrasah Irsyadiyah. Pendirian Madrasah Irsyadiyah yang beliau lakoni, konon diilhami oleh Madrasah-Madrasah Al-Irsyad milik organisasi Al-Irsyad (satu kelompok kaum Muda) di Jawa, ketika beliau mengikuti pertemuan Syarikat Islam di Jakarta.

Semasa hidupnya Syekh Khatib Muhammad Ali memiliki karya yang banyak dan mempunyai pengaruh signifikan, terutama menyangkut isu kaum muda di Sumatera. Bahkan beberapa karya beliau ada yang masih tersimpan dengan baik di Perpustakaan Leiden.

2. Lokasi Makam
Syekh Khatib Muhammad Ali wafat pada tanggal 30 Juli 1936 atau 10 Jumadil Awal 1355 H, jenazah beliau dimakamkan di Komplek Masjid Istighfar Parak Gadang yang berada di Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat. Masjid ini adalah tempat beliau biasa mendidik murid-muridnya.

3. Motivasi Ziarah Kubur Menurut Ulama
Seperti yang diketahui perihal ziarah kubur menurut ulama, bahwa motivasi atau tujuan ziarah kubur bermacam-macam, antara lain:

1. Ziarah yang dilakukan dengan tujuan mengambil pelajaran dari kematian, agar kita selalu ingat mati dan kehidupan akhirat. Ziarah kubur dengan tujuan tersebut hukumnya sunnah.
2. Ziarah kubur yang dilakukan dengan tujuan mendoakan ahli kubur kepada Allah SWT, agar dosa-dosa ahli kubur diampuni.
3. Ziarah kubur dengan tujuan tabaruk atau mencari berkah dari ahli kubur, apabila ahli kubur yang diziarahi adalah orang-orang shaleh dan ahli melakukan kebaikan, seperti para nabi dan para wali.
4. Ziarah kubur dengan tujuan menunaikan hak ahli kubur. Orang-orang yang berhak kita perlakukan dengan baik ketika mereka masih hidup seperti orang tua, ulama, dan orang-orang shaleh. Berhak pula diziarahi setelah mereka meninggal dunia, dengan tujuan memuliakan dan berbakti kepada mereka.

4. Haul Syekh Khatib Muhammad Ali
Setiap tahunnya haul Syekh Khatib Muhammad Ali diadakan di makam beliau yang berada di Komplek Masjid Istighfar Parak Gadang, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat. Peringatan haul ini selalu dihadiri oleh ulama, jajaran pejabat pemerintah, serta masyarakat Padang dan sekitarnya. Materi haul biasanya berupa pembacaan Maulid Al-Barjanzi, dzikir, tausiah, dan doa bersama.

5. Peninggalan Syekh Khatib Muhammad Ali
Syekh Khatib Muhammad Ali merupakan ulama yang produktif dalam berkarya, beberapa karyanya mempunyai pengaruh signifikan di kalangan muda. Karya-karya beliau menjadi suatu peninggalan yang berharga hingga kini, karena karyanya sering menjadi rujukan oleh para pemuda hingga sekarang.

Beberapa karya dari Syekh Khatib Muhammad Ali di antaranya:

A. Burhanul Haq Radd ‘ala Tsamaniyah Masa’il Al-Jawab min Su’alis Sa’il Al-Qathi’ah Al-Waqi’ah Ghayatut Taqrib
Karya ini mempunyai pengaruh kuat dalam membentengi faham kalangan tua di Minangkabau. Karya ini membahas 8 masalah yang diperdebatkan kaum muda, dikupas oleh Syekh Khatib Muhammad Ali dengan argumen-argumen yang bersumber dari kitab fiqih dan Qaul Sufi. Kitab ini secara gamblang mengemukakan bahwa Islam dengan Mazhab Syafi’i di Minangkabau telah dikuatkan oleh adat Alam Minangkabau sendiri.

Depalan masalah yang dikupas dalam risalah ini ialah, masalah ijtihad, masalah ushalli, masalah talqin mayat, masalah mendirikan rumah di atas kubur, masalah mazhab, masalah tarekat, masalah hisab dan rukyah, serta masalah Hari Jum’at. Risalah ini dicetak oleh percetakan Pulo Bomer Padang tahun 1918.

B. Miftahus Shidiqiyyah fi Ishtilah Naqsyabandiyah Raddu fi Dzonnil Kadzibah
Karya ini disebut-sebut sebagai karya yang berwibawa dalam apologetis Tarikat Naqsyabandiyah. Dalam pendahuluannya, Syekh Khatib Muhammad Ali menyebutkan bahwa karya ini berupa saduran dalam bahasa Melayu dari karya monumental Miftahul Ma’iyyah karya Syekh Abdul Ghani An-Nabalusi. Selain Miftahul Ma’iyah yang menjadi saduran utama, Syekh Khatib Muhammad Ali menyebutkan bahwa dalam karya ini beliau menyertakan beberapa kitab Naqsyabandi, yaitu Wushulul Auliya’, Bahjatus Saniyah, kitab Syekh Sulaiman Zuhdi, dan pernyataan Syekh Muhammad Yatim Padang.

Kitab Miftahus Shadiqiyyah ini dicetak oleh percetakan Pulo Bomer Padang. Pada lembar terakhir kitab ini dilampirkan Nazam Silsilah Syekh Isma’il Simabur yang membawa komplisitas risalah ini.

C. Intishar Al-I’tisham fit Taqlidi ‘alal Awam Radd Tamyiz Al-Taqlid minal Ittiba’
Syekh Khatib Muhammad Ali dalam buku ini menguraikan masalah ijtihad dan taqlid yang diselewengkan oleh Kaum Muda. Syekh Khatib telah menyertai risalahnya ini dengan referensi kitab-kitab fiqih dalam Mazhab Syafi’i yang luas, mulai dari generasi awal (Imam Syafi’i) sampai dengan periode mutaakhirin (Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli). Kitab ini kemudian dicetak di Pulo Bomer Padang, tanpa menyertakan tahun pembuatan.

6. Oleh-Oleh
Oleh-oleh makanan khas yang bisa dibawa pulang usai berziarah di Kota Padang di antaranya: rendang daging sapi, rendang telur kering, roti randang, kopi khas padang (kiniko enterprise), kerupuk jangek, dendeng daun singkong, dan masih banyak lagi

7. Sumber
Diolah dan dikembangkan dari data-data di situs Zilfaroni.web.id