Cara Menyenangkan Istri Sesuai Ajaran Nabi Muhammad SAW

 
Cara Menyenangkan Istri Sesuai Ajaran Nabi Muhammad SAW
Sumber Gambar: laduni.id

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam Islam, suami memang diperintahkan untuk memuliakan istrinya. Itu karena istri adalah orang yang selalu setia berada di samping suami, baik dalam keadaan suka maupun duka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  bersabda:

“Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Seorang suami yang saleh dianjurkan memperlakukan istrinya sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  memperlakukan istri-istrinya. Agar lebih paham, simak cara membahagiakan istri sesuai ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  berikut ini.

1. Bermesraan dengan Istri Setiap Hari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  tidak pernah membeda-bedakan masing-masing istrinya. Beliau menunjukkan kasih sayangnya lewat memperlakukan istri-istrinya dengan mesra setiap hari.

Aisyah berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  selesai shalat Ashar, beliau masuk menemui istri-istrinya, mencium dan mencumbu salah seorang di antara mereka” (HR. Al-Bukhari)

2. Bersikap Lemah Lembut dan Romantis
Bersikap lemah lembut dan romantis adalah salah satu cara membahagiakan istri menurut ajaran Islam. Mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang akan membuat istri merasa dimanjakan. Sikap romantis bisa ditunjukkan secara sederhana seperti yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  .

Dari Asma binti Yazid r.a, dia berkata, “Aku merias Aisyah untuk Rasulullah. Setelah itu, aku mendatangi dan memanggil beliau agar menghadiahkan sesuatu kepada Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk di samping Aisyah. Ketika itu, Rasulullah diberikan segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau berikan kepada Aisyah. Namun, Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu. Aku menegur Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah,’. Akhirnya, Aisyah meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.”

3. Memberikan Nafkah yang Layak
Tanggung jawab utama seorang suami adalah memberikan nafkah. Menurut M. Abdul Halim Hamid dalam Buku Bagaimana Membahagiakan Istri, nafkah yang diberikan kepada istri dengan lapang dada, tanpa sedikit pun unsur kikir, merupakan sikap yang dapat mendatangkan keseimbangan dan kebahagiaan rumah tangga.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam QS. An-Nisa 4:34:

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا (٣٤)

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri [289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) [290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya [291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya [292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. [289] Maksudnya : Tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. [290] Maksudnya : Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik. [291] Nusyuz : yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. Nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. [292] Maksudnya : untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya. (QS. An-Nisa 4:34)

4. Mengajak Istri Melihat Hiburan
Suami yang saleh perlu tahu bahwa kebahagiaan istri tidak hanya terletak pada limpahan nafkah lahir atau terpenuhinya kebutuhan materi. Membahagiakan istri juga dapat dilakukan dengan meluangkan waktu untuk melihat hiburan, misalnya pergi ke Mall atau hanya sekadar makan malam bersama di restoran dan lain-lain.

Dari Aisyah r.a., dia berkata: “Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  sendiri yang berkata padaku : ‘Apakah engkau ingin melihatnya?' Aku menjawab: Ya.'  

Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata : ‘Teruskan permainan kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!' Hingga ketika aku sudah merasa bosan beliau bertanya: ‘Apakah kamu sudah puas?' Aku jawab: ‘Ya.' Beliau berkata : ‘Kalau begitu, pergilah!” (HR Bukhari dan Muslim)

5. Membantu Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Istri bertanggung jawab untuk melayani suami dan mengatur urusan rumah tangga, seperti membersihkan rumah, memasak, hingga mencuci baju. Namun, itu bukan alasan bagi suami untuk tidak membantu istri melakukan pekerjaan rumah. Agar istri merasa dicintai dan dihargai, ringankanlah pekerjaan mereka dengan membantu sebisanya. Sikap tersebut tentu disukai istri dan akan membuat mereka bahagia.

Dari Al-Aswad, ia berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah r.a., ‘Apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  lakukan untuk keluarganya?’ Ia berkata, ‘Beliau selalu membantu urusan rumah tangga dan apabila datang waktu shalat, beliau bergegas menunaikannya.’” (HR. Bukhari)

6. Memanjakan Istri Saat Sakit
Salah satu cara yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  lakukan untuk memuliakan dan  membahagiakan sang istri adalah melayaninya saat sakit. Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit.” (Muttafaqun alaih)

7. Memanggil Istri dengan Panggilan Sayang
Banyak wanita yang akan luluh hatinya saat dipanggil mesra oleh pasangannya. Terlebih jika suami memiliki panggilan sayang untuk istrinya. Ini bisa memperkuat jalinan rumah tangga dan keharmonisan antara suami dan istri.

Umar bin Khattab r.a berkata, “Tiga hal yang dapat menjernihkan cintamu dan cinta saudaramu. Hendaklah engkau memberi salam ketika berjumpa, melapangkan tempat duduk di majelis, dan memanggilnya dengan panggilan kesukaannya.”

Cara menyenangkan istri lahir dan batin adalah dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang suami sebagaimana keterangan dari Kitab 'uqudul lujain :

ـ (الفَصْلُ الأَوَّلُ:فِيْ) بيان (حُقُوْقِ الزَوْجَةِ) الواجبة (عَلَى الزَوْج) وهي حُسْن العِشْرة، ومؤْنةُ الزوجة ومهْرُها، والقَسْم، وتعليمُها ما تحتاج إليه من فروض العبادات وسننها ولو غيرَ مؤكَّدة، ومما يتعلق بالحيض، ومن وجوب طاعته فيما ليس بمعصية

[ PASAL PERTAMA ] Pada pasal pertama ini,yai Mushonif menerangkan hak seorang isteri dari suaminya,yaitu : menggaulinya dengan baik,menafkahinya,menyerahkan maharnya,pembagian yang adil baik lahir maupun bathin bagi suami yang beristeri lebih dari satu,mengajari ilmu agama yang berkaitan dengan kewajiban beribadah dan sunnah-sunnahnya,dan mengajari ilmu yang erat kaitanya dengan haidl,dan mengajari untuk selalu taat kepada suami dalam perkara di luar ma'siyat.

ـ (الفَصْلُ الثَّانِيْ: فِيْ) بيان (حُقُوْقِ الزَّوْجِ) الواجبة (عَلَى الزَّوْجَةِ) وهي طاعة الزوج في غير معصية، وحسن المعاشرة، وتسليم نفسها إليه، وملازمة البيت، وصيانة نفسها من أن توطئ فراشه غيره، والإحتجاب عن رؤية أجنبي لشيء من بدنها ولو وجهها وكفيها، إذ النظر إليهما حرام ولو مع انتفاء الشهوة  والفتنة، وترك  مطالبتها له بما فوق الحاجة ولو علمت قدرته عليه، وتعففها عن تناول ما يكسبه من المال الحرام، وعدم كذبها على حيضها وجودا وانقطاعا

[ PASAL KEDUA ] Menerangkan hak-hak suami yang wajib atas isterinya,yaitu : wajib taat pada suami kepada perkara selain ma'syiat,menggauli atau melayani suami dengan baik penuh adab dan etika,menyerahkan dirinya sepenuh jiwa dan raganya,tidak meninggalkan rumah atau tempat tinggal suaminya,menjaga dan memelihara kehormatan suami atas diri dan rumah tangganya,selalu menutupi badan serta auratnya dari pandangan lelaki yang bukan muhrimnya,walaupun wajah dan dua telapak tangannya,karena melihatnya hukumnya haram walaupun tanpa syahwat dan aman dari fitnah,tidak meminta sesuatu yang diatas kemampuan suaminya walaupun suami bisa mengusahakan untuk mendapatnya,memelihara diri serta agamanya dari mengkonsumsi makanan dari hasil usaha suami yang haram,tidak menutupi atau berbohong kepada suami akan hal keadaan dirinya baik sedang dalam keadaan haidh atau telah selesai haidhnya.

Cara menyenangkan istri lahir dan batin juga dengan cara bergaul dengan mereka secara patut dan bila rasa cinta mulai terasa memudar dengan bersabar

وَعاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ...يقول الحق جل جلاله : وعاشروا النساء بِالْمَعْرُوفِ بأن تلاطفوهن فى المقال وتجملوا معهن فى الفعال ، أو يتزيّن لها كما تتزين له. قال الورتجبي : كونوا فى معاشرتهن فى مقام الأنس وروح المحبة ، وفرح العشق حين أنتم مخصوصون بالتمكين والاستقامة والولاية ، فإن معاشرة النساء لا تليق إلا فى المستأنس بالله ، كالنبى صلّى اللّه عليه وسلم وجميع المستأنسين من الأولياء والأبدال ،حيث أخبر صلّى اللّه عليه وسلم عن كمال مقام أنسه بالله ورؤيته لجمال مشاهدته حيث قال : «حبّب إلىّ من دنياكم ثلاث : الطيب ، والنساء ، وجعلت قرة عينى فى الصلاة.» «1»ثم قال : عن ذى النون : المستأنس بالله يستأنس بكل شىء مليح ووجه صبيح ، وبكل صوت طيب وبكل رائحة طيبة. ثم قال : عن ابن المبارك : العشرة الصحيحة : ما لا يورثك الندم عاجلا ولا آجلا ، وقال أبو حفص : المعاشرة بالمعروف : حسن الخلق مع العيال فيما ساءك. ه.فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فاصبروا فَعَسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً إما ولدا صالحا أو عاقبة حسنة فى الدين. .....قال الورتجبي : كل أمر من الله - سبحانه - جاء على مخالفة النفس امتحانا واختبارا ، والنفس كارهة فى العبودية فإذا ألزمت عليها حقوق الله بنعت الرياضة والمجاهدة واستقامت فى عبودية الله ، أول ما يطلع على قلبك أنوار جنان القرب والمشاهدة ، قال الله تعالى : وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوى ، فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوى ، وفى أجواف ظلام المجاهدة للعارفين شموس المجاهدات وأقمار المكاشفات. ه. المراد منه.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala : "Dan bergaullah dengan mereka secara patut".
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman “Dan bergaullah dengan istri-istrimu secara patut, dengan cara bertutur secara lembut, memperbaiki sikap dan prilaku atau berdandan untuk mereka sebagaimana mereka berdandan untukmu,Imam al-Wartajaby berkata “Bergaullah dengan mereka dengan dasar suka-cita dan penuh kasih sayang bila kalian menginginkan derajat istiqamah dan kedududukan dimata Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sebab bergaul dengan wanita secara benar tidaklah dapat dan pantas kecuali bagi orang yang ‘tenang dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala seperti halnya yang dilakukan oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  dan orang-orang yang telah menggapai derajat ketenangan semisal para kekasih-kekasih Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Oleh karenanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam  pernah menggambarkan kesempurnaan ketenangan dan musyahadahnya dengan Allah saat beliau bersabsa “”Aku diberi rasa cinta kepada duniamu itu tiga perkara, yaitu senang kepada wangi-wangian, cinta kepada wanita dan ketika dijadikan padaku rasa sejuk mataku seolah-olah aku melihat Allah di dalam shalat”.

Kemudian Dzin Nun berkata “Orang yang memiliki rasa tenang pada Allah akan pula memberikan ketenangan pada segala sesuatu dengan keelokan, wajah yang bersinar, tutur yang indah dan aroma yang mewangi”. Ibn al-Mubarak berkata “Bergaul yang benar adalah yang tidak menimbulkan sesal diawal dan dibelakang”.

Abu Khafsh berkata “Bergaul yang pantas adalah keindahan prilaku pada keluarga dalam mensikapi hal yang tidak mengenakkanmu”. "Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan padanya kebaikan yang banyak".

Adakalanya dengan memperoleh keturunan yang shalih, atau kebaikan dalam hal agama. Imam al-Wartajaby berkata “Sesuatu dari Allah yang tidak sesuai keinginan nafsu adalah bentuk ujian dan cobaan-NYA, nafsu sejatinya membenci akan pengabdian, bila engkau mampu membuatnya mentaati hak-hak Allah secara disiplin melalui bentuk riyadhah dan mujahadah maka yang pertama tumbuh dari dalam hatimu adalah aneka cahaya keindahan kedekatan dan musyahadah dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala .
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman “Dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)”, ditengah-tengah kegelapan mujahadah bagi orang-orang arif billah terdapat kilauan mentari-mentari mujahadah dan indahnya purnama mukasyafah”.(DHIF Al-Bahr al-Madiid I/482).

 

___________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 14 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan
Editor : Sandipo

Sumber : Kitab Syarah Uqudul Lujain Fi Bayani Huquqiz Zaujain