Hukum Membatalkan Puasa dengan Sengaja

 
Hukum  Membatalkan Puasa dengan Sengaja
Sumber Gambar: ilustrasi.Png

LADUNI.ID, Jakarta - Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang mampu. Puasa Ramadhan memiliki banyak keutamaan dan hikmah, di antaranya adalah untuk meningkatkan ketaqwaan, kesabaran, dan kebersihan jiwa.

Namun, bagaimana jika seseorang membatalkan puasanya dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan syariat? Apakah hukumnya? Apakah ada kafarat atau denda yang harus dibayarnya?

Hukum Membatalkan Puasa dengan Sengaja
Para ulama sepakat bahwa membatalkan puasa Ramadan dengan sengaja tanpa uzur syar’i adalah haram dan berdosa. Hal ini karena puasa Ramadan adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan atau dilanggar tanpa alasan yang sah.

Allah SWT berfirman:

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ (١٨٤)

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan [114], maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. [114] Maksudnya memberi makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari. (QS. Al-Baqarah 2: 184)

Rasulullah SAW juga bersabda:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak memerlukan dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

Membatalkan puasa dengan sengaja menunjukkan sikap tidak menghormati bulan suci Ramadhan dan tidak menghargai nikmat Allah SWT. Orang yang melakukan hal ini telah melanggar hak Allah SWT dan hak dirinya sendiri.

Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja juga telah menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah SWT. Orang ini juga telah merugikan dirinya sendiri dengan menimbulkan rasa bersalah, malu, dan takut akan azab Allah SWT.

Kafarat Membatalkan Puasa dengan Sengaja
Kafarat adalah denda atau tebusan yang harus dibayarkan oleh orang yang melakukan pelanggaran tertentu dalam ibadah. Kafarat bertujuan untuk membersihkan dosa dan menimbulkan rasa takut agar tidak mengulangi kesalahan.

Para ulama berbeda pendapat tentang kafarat bagi orang yang membatalkan puasa dengan sengaja tanpa uzur syar’i. Ada tiga pendapat utama dalam masalah ini:

– Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja harus membayar kafarat dengan memerdekakan seorang budak. Jika tidak ada budak atau tidak mampu memerdekakan budak, maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu berpuasa dua bulan berturut-turut, maka ia harus memberi makan enam puluh orang fakir miskin. Ini adalah pendapat mayoritas ulama dari kalangan Hanafi, Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali.
– Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja hanya cukup mengqadha atau mengganti puasanya di hari lain tanpa kafarat. Ini adalah pendapat sebagian ulama dari kalangan Zahiri dan Syi’ah.
– Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja boleh memilih antara membayar kafarat atau mengqadha puasanya. Ini adalah pendapat sebagian ulama dari kalangan Hanafi dan Syafi’i.

Adapun hal-hal yang menyebabkan seseorang wajib membayar kafarat jika membatalkan puasa dengan sengaja adalah:
– Bersetubuh dengan pasangan sah di siang hari bulan Ramadhan.
– Makan dan minum dengan sengaja di siang hari bulan Ramadhan, lalu ia membatalkan puasanya dengan alasan ia telah makan dan minum.
– Mengeluarkan mani secara sengaja dengan tangan atau cara lainnya.

Adapun hal-hal yang tidak menyebabkan seseorang wajib membayar kafarat jika membatalkan puasa dengan sengaja adalah:
– Muntah secara sengaja.
– Mengeluarkan darah haid atau nifas.
– Mengeluarkan darah bekam atau donor.
– Menelan ludah atau air liur.
– Menyentuh atau mencium pasangan sah tanpa mengeluarkan mani.

Cara Membayar Kafarat Puasa
Cara membayar kafarat puasa bagi orang yang membatalkan puasa dengan sengaja adalah sebagai berikut:
– Jika ia memilih untuk memerdekakan budak, maka ia harus mencari budak yang masih ada di negara-negara yang masih mengenal perbudakan, seperti Mauritania, Sudan, atau Mali. Ia harus membeli budak tersebut dari majikannya, lalu memberikan kebebasan kepadanya secara sah.
– Jika ia memilih untuk berpuasa dua bulan berturut-turut, maka ia harus mulai berpuasa sejak hari pertama setelah Ramadan dan tidak boleh melewatkan satu hari pun tanpa alasan syar’i. Jika ia melewatkan satu hari, maka ia harus mengulangi puasanya dari awal lagi. Ia juga harus berniat untuk membayar kafarat puasa setiap hari sebelum subuh.
– Jika ia memilih untuk memberi makan enam puluh orang fakir miskin, maka ia harus memberikan makanan pokok yang biasa dimakan oleh orang-orang di daerahnya, seperti beras, gandum, kurma, atau roti. Takarannya adalah satu mud atau 6.75 ons untuk setiap orang fakir miskin. Ia boleh memberikan makanan tersebut secara langsung atau melalui perantara seperti lembaga amil zakat atau yayasan sosial.

Maka, bagi orang yang meninggalkan puasa Ramadhan tanpa udzur syar’i hendaklah melakukan hal-hal berikut:
Bertaubat Kepada Allah SWT
Meninggalkan puasa Ramadhan adalah dosa besar. Pelakunya harus bertaubat kepada Allah SWT, karena dosa besar hanya dapat diampuni dengan taubat yang tulus. Namun sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun, Rasulullah SAW bersabda:

حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Anas bin Malik berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Allah SWT berfirman (dalam hadis qudsi) “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku degan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula (HR Tirmidzi)

Wujud taubat yang tulus harus disertai dengan rasa menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan. Tidak hanya itu, pelakunya juga harus bertekad untuk tidak mengulanginya kembali.

Mengqadha Puasa yang Ditinggalkan
Meskipun meninggalkan puasa Ramadhan dengan sengaja, ia tetap harus mengqadha puasanya. Karena puasa yang ditinggalkan adalah hutang, sedangkan hutang kepada Allah SWT lebih berhak untuk ditunaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ، أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا؟ قَالَ: ” نَعَمْ، قَالَ: فَدَيْنُ اللهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى

Dari Ibnu Abbas Ra berkata : Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, ia berkata “Ya Rasulullah sesungguhnya ibuku wafat dan ia (berhutang) puasa satu bulan, apakah aku harus mengqadhanya untuknya? Beliau SAW bersabda “Ya, hutang kepada Allah lebih berhak untuk ditunaikan” (HR Bukhari dan Muslim)

Imam Syafi’i mengatakan, orang yang meninggalkan puasa Ramadhan dengan sengaja tanpa udzur syar’i hendaknya mengqadha puasanya dengan segera. Qadha puasa tersebut dilaksanakan di bulan lain yang bukan waktu haram berpuasa.

من وجب عليه القضاء رمضان لفطره عمدا أو لسبب من الأسباب السابقة فإنه يقضى بدل لأيام التى أفطرها في زمن يباح الصوم فيه تطوعا

Barangsiapa yang diwajibkan mengqadha puasa Ramadhan karena berbuka dengan sengaja atau karena suatu sebab maka ia harus mengqadha sebagai pengganti hari-hari ia berbuka. (Dan qadha tersebut dilaksakan) pada waktu diperbolehkannya puasa (Kitab Al-Fiqh ‘ala Madzahib Al-Arba’ah, Abdurrahman Al-Jaziri ).

 

Sumber : Kitab Al-Fiqhu 'ala al-Madzahib al-Arba'ah

___________

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Senin, 6 Mei 2019 . Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.

Editor : Sandipo

SENIN LEGI, 10 APRIL 2023
SENIN : 4
LEGI    : 5