Pengantar Kitab Syajaratul Ma’arif (6): Cara Membuahkan Ma’rifah

 
Pengantar Kitab Syajaratul Ma’arif (6): Cara Membuahkan Ma’rifah

LADUNI.ID, Jakarta – Tulisan ini merupakan sesi pengantar penulis kitab Syajaratul Ma’arif: Tangga Menuju Ihsan, yang ditulis oleh Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Di dalam edisi ini akan dibahas tentang penjelasan tentang Cara Membuahkan Ma’rifah pada Ahwal dan Konsekuensinya. Selamat membaca.

***

Ketahuilah bahwa pengetahuan tentang Dzat dan sifat-sifat Allah akan membuahkan semua kebaikan di dunia maupun di akhirat. Dan pengetahuan masing-masing sifat akan membuahkan kondisi ruhani yang tinggi dan ucapan yang terpuji, perbuatan yang diridhai, kedudukan dunia dan derajat di akhirat.

Perumpamaan pengetahuan tentang dzat dan sifat itu laksana pohon dan akarnya yang baik, --pengetahuan tentang Dzat—kokoh dengan hujjah dan burhan. Cabangnya –pengetahuan tentang sifat—menjulang ke langit dari sisi kemuliaan dan keagungan.

Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim.” (Ibrahim: 25).

Yaitu berupa kondisi ruhani, ucapan dan perbuatan, dengan seizin Tuhannya, dan Dia adalah Tuhan dari semua itu. Sebab tidak lah sesuatu akan bisa dipetik buahnya kecuali setelah ada izin dan taufik dari-Nya. Tempat tumbuhnya pohon ini adalah hati, di mana jika dia baik karena ma’rifah dan ahwal (kondisi ruhani) maka semua raga akan baik. Jika dia rusak dengan keingkaran dan kesesatan, maka seluruh jasad akan rusak.

Barang siapa yang kehilangan cabang dari salah satu cabang pohon yang telah disebutkan itu, maka dia telah kehilangan buahnya, kini nanti. Sungguh, beruntung lah siapa yang telah menanam pohon ini dengan kejelian pandangan dan menghiasinya dengan takwa, serta menjaganya dengan istiqamah dan membuang darinya semua bentuk pengingkaran, pembangkangan dan menjaganya dari terpaan hawa nafsu dan takut dari semua bentuk keraguan, dan semua kekejian kemusyrikan serta kekejaman su’ul khatimah,

اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ ࣖ (٩٩)

Afa-aminuu makra allaahi falaa ya/manu makra allaahi illaa alqawmu alkhaasiruuna

Artinya: “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (Al-A’raf ayat 99).

Pohon ini memiliki tiga cabang dan setiap cabang memiliki berbagai ranting:

Cabang Pertama: Mengetahui sifat-sifat Allah dan ternafikan dari semua aib dan kekurangan. Seperti ternafikan dari kantuk, tidur, zhalim dan permusuhan.

Cabang Kedua: Pengetahuan tetang sifat Dzat dan cabang-cabangnya yang tujuh: hayat (hidup), ilmu, qudrah (kuasa), iradah (berkehendak), sama’ (mendengar), bashar (melihat) dan kalam (berbicara).

Cabang Ketiga: Pengetahuan tentang sifat-sifat fi’liyah (perbuatan) dan ranting-rantingnya yang dilihat dari bentuk perbuatan itu, dan yang demikian sangat lah banyak. Seperti (mendatangkan mudharat) dan manfaat, memberikan ampunan dan nikmat, memberikan keutamaan dan kemuliaan serta kerendahan.

Dan setiap ma’rifah dari ranting-ranting ini menghasilkan buah yang sesuai dengan kondisi-kondisi ruhani dan yang sesuai dengan ucapan dan perbuatan. Orang yang sangat mengerti tentang keindahan (jamal) akan sangat mencintai, sementara yang mengerti akan keagungan (jalal) maka dia akan memiliki rasa takut yang demikian tinggi. Barang siapa yang mengerti luasnya rahmat Allah dia akan senantiasa penuh harap, dan barang siapa mengerti akan besarnya siksa-Nya dia akan merasa ngeri. Orang yang mengerti akan tawahhud (kesatuan) perbuatan, dia akan menyerahan semuanya pada Tuhan dan orang yang mengerti keagungan (‘azhamah), dia akan meyakini bahwa semua yang berada dalam alam semesta ini adalah fana.

Dengan demikian, ma’rifah merupakan pokok segala kebaikan, sumber dari segala kebajikan dan yang menghindarkan diri semua kejelekan. Bersamaan dengan kemuliaan dalam dirinya sendiri, dan semua yang berhubungan dengannya, juga buah dan pahalanya.

Dan sebaik-baik kondisi ruhani seseorang adalah jika dia tumbuh dari ma’rifah yang paling mulia dan sebaik-baik ma’rifah (pengetahuan) adalah sesuatu yang berhubungan dengan Allah Yang Mahatunggal, di mana tidak ada sekutu pun bagi-Nya.


Sumber: Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, penj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.