Hukuman Orang yang Berbohong Mimpi Berjumpa Rasulullah

 
Hukuman Orang yang Berbohong Mimpi Berjumpa Rasulullah

LADUNI.ID, Jakarta - Di zaman akhir ini, banyak orang yang tidak begitu paham ilmu agama, tetapi sudah bicara agama di mana-mana, mengaku ustadz bahkan mengaku ulama dan yang paling memilukan, banyak orang yang percaya karena sama-sama tidak pahamnya.

Yang paling parah, orang yang mengaku-ngaku ustadz kemudian memberikan kesaksian bohong tentang mimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Maka orang tersebut dipastikan memiliki tempat di neraka.

Hal ini sebagaimana hadis yang disampaikan oleh Kiai Asnawi Ridwan Depok yang berbunyi:

ولا يخفى أن الكذب فى المنام فى الأمور المتعلقة فى الدين ولا سيما فى رؤيا سيد المرسلين صلى الله عليه وسلم هو  أشد إثما وأعظم ضررا من الكذب فى المنام بغير ذلك من الأمور الدنيوية مع شدة إثمه فيها أيضا . ويستدل بالحديث الصحيح ....إلى أن قال: من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار

Dijelaskan oleh syekh Yusuf bin Ismail Al-Nabhani:

"Tidak ada kesamaran bahwa sesungguhnya kebohongan dalam hal mimpi yang terkait dengan persoalan agama terutama sekali bohong dengan mengaku mimpi berjumpa Baginda Nabi Muhammad SAW adalah dosa yang sangat besar dan dampak buruk yang ditimbulkan sangatlah luar biasa bila dibandingkan dengan kebohongan tentang mimpi mimpi yang lainnya yang hanya terkait urusan duniawi.

Sebagaimana dalil hadits shahih, Rasulullah SAW bersabda: "Siapapun yang menjadikan aku (Baginda Nabi) sebagai bahan untuk membohongi orang lain, maka dirinya telah memesan satu tempat khusus di neraka."

(Syawahidul Haq hal 428).

***

Dengan penjelasan hadis demikian dapat diketahui bahwa orang yang melakukan kebohongan bermimpi berjumpa dengan Rasulullah, adalah tindakan yang sangat dilarang di dalam agama Islam yang hukumannya adalah masuk neraka.

Oleh karena itu, mari membiasakan diri untuk selalu bersaksi dan berkata jujur kepada siapapun, khususnya ketika itu menyangkut kepentingan umat yang banyak. Sebab kejujuran pasti akan mendatangkan kebaikan, dan kebohongan pasti akan mendatangkan keburukan.

Hal ini berkait erat dengan diutusnya Rasulullah SAW ke dunia yang bertujuan untuk menyempurnakan akhlak. Dan akhlak yang paling baik adalah kejujuran.

Semoga dengan tulisan ini bisa memberikan penyadaran bagi kita semua, khususnya bagi penulis, agar lebih terbiasa bersikap dan bertindak jujur. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin…(*)

***

Penulis: Ahmad Salim
Editor: Muhammad Mihrob