Mengenal Anatomi dan Fisiologi: Desain Allah

 
Mengenal Anatomi dan Fisiologi: Desain Allah

LADUNI.ID, Jakarta - Ketika kita mengkaji sains, sebenarnya kita akan mendapat banyak hal yang mebuat kita takjub dan memuji-muji betapa dahsyat dan luar biasanya ciptaan tersebut. Kenapa tidak? Ciptaan itu begitu indah, fungsional, didesain dengan tataan yang rapi sesuai urutan fungsi-fungsinya.

Salah satunya adalah Anatomi yang membatasi antara saluran pencernaan dan pernafasan  (Eshofagus dan Trakea) yakni Epiglottis. Epiglottis ini berbentuk daun,  tersusun dari tulang rawan, terletak di belakang lidah dan di depan laring.

Dahsyatnya Epiglotis ini akan terangkat keatas dan membuka jalan ke Trakea bila mana ada udara yang mau keluat-masuk. Hal ini bertujuan agar udara tersebut berjalan mulus masuk atau keluar dari saluran pernafasan.

Dan Sebaliknya, Epiglotis ini akan turun/menghadap kebawah menutup saluran menuju Trakea, agar saluran Eshofagus saja terbuka lebar ketika kita menelan makana atau masuknya suatu benda. Hal ini bertujuan agar benda yang masuk tersebut berjalan lancar masuk kesaluran cerna dan terhalang masuk kedalam Trakea. 

Tidak sampai disitu, ketika ada makanan/minuman yang masuk terlewat dan memasuki saluran pernafasan dengan sepontan kita akan tersendak dan batuk-batuk, yang sebenarnya ini adalah salah satu respon alamiah agar makanan yang masuk tersebut terdorong keluar dari saluran nafas.

Oleh karenanya kita dianjurkan agar tidak berbicara, ataupun tertawa saat kita mengunyah, karena hal ini berpotensi membuat epoglotis kebingungan, membuka atau menutup saluran nafas. Yang tentunya bisa memicu hal yang lebih buruk seperti; Pneumonia aspirasi (infeksi atau peradangan pada paru-paru akibat masuknya benda asing kedalam paru-paru).

Hal ini senada dengan tuntunan yang di ajarkan:

 ـ (ويتحدثون بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها) ليعتبروا بذلك ولكن لا يتكلم وهو يمضغ اللقمة فربّما يبدو منها شيء فيقذر الطعام

“Bercerita tentang kisah orang-orang saleh dalam hal (menyikapi) makanan dan hal-hal lainnya supaya orang-orang dapat mengambil teladan atas kisah tersebut, akan tetapi (hendaknya) seseorang tidak berbicara saat ia mengunyah makanan, terkadang jatuh dari (mulutnya) sedikit makanan dan mengotori makanan yang dimakan.” (Muhammad bin Muhammad al-Husaini Az-Zabidi, Ittihaf as-Sadat al-Muttaqin, juz 5, hal. 229).

Bayangkan, Jika seandainya Epiglottis ini tidak ada, betapa rancunya hidup ini. Maa syaa Allaah. Oleh karenanya sudah sepantasnya kita, yang tidak ada apa-apanya ini harus tertunduk malu, jika masih merasa sombong dengan titipan ilmu yang sedikit lagi bersifat sementara ini.

***

Penulis: Yuman
Editor: Muhammad Mihrob

____________________________________
Refrensi:
Kesunnahan Makan sambil Berbicara
Epiglottis
Aspiration Pneumonia: Symptoms, Causes, and Treatment
Epiglottis​
The Epiglottis