Hadiah Dzikir Rasulullah untuk Sayyidah Fatimah Az-Zahra

 
Hadiah Dzikir Rasulullah untuk Sayyidah Fatimah Az-Zahra
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, mempunyai dzikir yang merupakan hadiah dari ayahnya, Nabi Muhammad SAW. Sebagian kalangan menamai dzikir tersebut dengan sebutan "Dzikir Fatimah". Dzikir ini dibaca setiap menjelang tidur. Meski dzikir tersebut merupakan hadiah Nabi Muhammad SAW untuk Sayyidah Fatimah, namun menurut mayoritas ulama, dzikir ini juga boleh diamalkan oleh setiap umat Islam.

Perlu diketahui bahwa Sayyidah Fatimah merupakan satu dari empat muslimah penghulu atau sebaik-baik perempuan surga. Keterangan ini sebagaimana Hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, yang artinya adalah:

"Sebaik-baik perempuan penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran Al-A’dzra, dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun."

Mengenai dzikir Sayyidah Fatimah itu, dalam sebagian riwayat disebutkan, bahwa setelah membaca dzikir tersebut, kemudian dilanjutkan dengan mengusap seluruh tubuh, terutama bagian tubuh yang terasa pegal. Dengan keyakinan penuh, atas kuasa Allah SWT, maka saat bangun dari tidur, tubuh akan kembali terasa lebih fit.

Semua orang menyadari bahwa mengurusi rumah tangga memang tidak mudah dan cukup melelahkan. Memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan mengasuh anak-anak adalah rutinitas tiap hari ibu rumah tangga. Pantas saja jika akhirnya banyak keluarga yang memilih solusi praktis dengan menyewa seorang pembantu.

Demikian pula sebelumnya yang dirasakan oleh Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, putri tercinta Nabi Muhammad SAW. Suatu saat Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, pernah mengeluh kepada ayahnya, Rasulullah SAW, tentang sakit di tangannya karena terlalu sering menumbuk tepung saat menyiapkan makanan untuk suaminya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.

Ketika itu Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, berharap akan diberi seorang pembantu oleh ayahnya. Namun, Rasulullah SAW yang paham akan hal itu, lalu menawarkan solusi lain kepadanya, yang tidak lain adalah sebuah dzikir yang bermanfaat menjadi penambah energi.

Kisah lengkapnya begini, Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a, menuturkan bahwa Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, pernah mengeluh kepadanya. Ia merasa bahwa pekerjaan menggiling gandum dengan batu demikian berat baginya.

Suatu ketika, Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, mendengar bahwa Rasulullah SAW mendapat seorang budak. Akhirnya, Sayyidah Fatimah Az-Zahra mendatangi rumah ayahnya, dalam rangka meminta budak tadi sebagai pembantu baginya. Akan tetapi ternyata Rasulullah SAW sedang tidak ada di rumah. Lalu Sayyidah Fatimah Az-Zahra terpaksa harus mendatangi Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah r.ha, dan menyampaikan hajatnya. Setelah itu, beliau kembali ke rumahnya.

Ketika Rasulullah SAW telah tiba di rumah, Sayyidah Aisyah r.ha, menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah SAW. Setelah mendengar ceritanya, Rasulullah SAW lantas mendatangi Ali dan Fatimah. Pada saat itu ternyata putri dan menantunya itu telah berbaring di tempat tidur. Pada mulanya, ketika melihat kedatangan Rasulullah SAW, keduanya henda bangun untuk menghampiri beliau, namun ternyata justru disuruh Rasulullah SAW untuk tetap berada di tempat.

Lalu Rasulullah SAW bersabda:

أَلَا أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَا إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا أَنْ تُكَبِّرَا اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحَاهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدَاهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهْوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

“Inginkah kalian berdua aku ajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kalian minta? Apabila kalian berbaring hendak tidur, maka bacalah takbir tiga puluh empat kali, tasbih tiga puluh tiga kali, dan tahmid tiga puluh tiga kali. Sesungguhnya yang demikian itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu.” (HR. Imam Muslim)

Demikianlah, akhirnya dzikir itu menjadi hadiah istimewa yang diamalkan setiap hari dan benar-benar bermanfaat melebihi hanya sekadar seorang pembantu.

Lafadh dzikir yang diajarkan Nabi SAW itu sama dengan dzikir setelah shalat, sebagaimana diamalkan oleh sebagian besar umat Islam. Jadi dzikir yang dimaksud itu adalah mebaca Tasbih sebanyak 33 kali, Tahmid sebanyak 33 kali dan membaca Takbir digenapkan sebanyak 34 kali, sehingga jumlah seluruhnya pas 100 kali.

Dalam Hadis di atas Nabi SAW menutup penjelasannya dengan kalimat berikut:

فَهْوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

“Sesungguhnya yang demikian itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu.”

Jadi, dari dzikir tersebut, tersirat nasihat yang sangat berharga, yakni secara tidak langsung Rasulullah SAW menyuruh Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, agar bersabar dan mengganti keluhannya dengan berdzikir kepada Allah SWT sebelum tidur. Sepenuhnya berpasrah kepada Allah, biarlah Allah SWT yang memberikan kekuatan kepadanya, meskipun tanpa kehadiran pembantu. Maka, dengan demikian, ketika setiap kali akan tidur diisi dengan berdzikir kepada Allah SWT, niscaya hati akan terasa lapang. Dan ketika bangun tidur pun akan lebih merasa tenang. Sehingga energi positif akan terkumpul dan bisa menjalankan aktivitas dengan sebaik-baiknya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan:

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَعُبَيْدُ بْنُ يَعِيشَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِ حَدِيثِ الْحَكَمِ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى وَزَادَ فِي الْحَدِيثِ قَالَ عَلِيٌّ مَا تَرَكْتُهُ مُنْذُ سَمِعْتُهُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِيلَ لَهُ وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ قَالَ وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ وَفِي حَدِيثِ عَطَاءٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ قُلْتُ لَهُ وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ

"Telah menceritakannya kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, dari Ubaid bin Ya'isy, dari Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik dari Atha bin Abu Rabah dari Mujahid, dari Ibnu Abu Laila, dari Ali Bin Abi Thalib, dari Nabi Muhammad SAW mengenai sebuah Hadis yang sama dengan Hadis Al Hakam dari Ibnu Abu Laila. Di dalamnya ada tambahan; Ali berkata; 'Saya tidak pernah meninggalkan bacaan tersebut semenjak saya mendengarnya dari Rasulullah SAW.' Seseorang bertanya kepadanya; 'Wahai Ali, apakah kamu juga tidak meninggalkan doa ini pada malam perang Shiffin?' Ali menjawab; 'Ya. Saya tidak pernah meninggalkan bacaan ini pada malam perang Shiffin sekalipun.' Sedangkan di dalam Hadis Atha' Bin Abi Rabbah, dari Mujahid dari Ibnu Abu Laila dia berkata; Aku bertanya kepada Ali; 'Apakah kamu juga tidak meninggalkan doa ini pada malam perang Shiffin?"

Imam Al ‘Aini menjelaskan beberapa kemungkinan makna mengapa wirid atau dzikir di atas lebih baik daripada sekadar bantuan seorang pembantu. Di antara penjelasannya adalah sebagaimana berikut ini:

1. Wirid atau dzikir itu lebih baik dari pada pembantu karena wirid berkaitan dengan akhirat, sedangkan pembantu berkaitan dengan dunia. Dan akhirat lebih kekal dan lebih utama dari dunia.

2. Dzikir ini bisa menjadi sebab orang mendapatkan kekuatan, sehingga bisa mampu melakukan banyak pekerjaan melebihi kekuatan seorang pembantu.

Demikian keterangan sebagaimana terdapat di dalam Kitab Umdatul Qari fi Syarh Sahih Al-Bukhari, jilid 22, hlm. 288.

Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa dzikir ini tidak dapat meringankan rasa capek, tetapi orang yang mau konsisten dengan dzikir ini, maka ia tidak akan tersakiti dan terbebani dengan banyaknya pekerjaan yang ia lakukan, meskipun pekerjaan itu melelahkannya.

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah, menerangkan di dalam Kitab Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, sebagaimana berikut:

أَنَّ الَّذِي يُلَازِمُ ذِكْرَ اللَّهِ يُعْطَى قُوَّةً أَعْظَمَ مِنَ الْقُوَّةِ الَّتِي يَعْمَلُهَا لَهُ الْخَادِمُ أَوْ تَسْهُلُ الْأُمُورُ عَلَيْهِ بِحَيْثُ يَكُونُ تَعَاطِيهِ أُمُورَهُ أَسْهَلَ مِنْ تَعَاطِي الْخَادِمِ لَهَا

“Orang yang merutinkan dzikir ini, akan diberikan kekuatan lebih besar daripada kekuatan yang dikeluarkan pembantu untuknya, atau dimudahkan pekerjaannya, sehingga ia lebih mudah mengerjakan hal tersebut dibanding pembantunya.”

Dijelaskan juga bahwa mengenai urutan dzikir tersebut bisa bebas, boleh membaca Tasbih dulu kemudian Tahmid, lalu Takbir. Bisa juga Takbir dulu, kemudian Tasbih, lalu Tahmid. Hal ini disebabkan adanya beberapa macam riwayat yg berbeda, tetapi secara substansi bacaan dan jumlahnya sama.

Demikianlah dzikir hadiah Rasulullah SAW untuk putrinya tercinta, Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, yang manfaatnya sangat besar untuk kebaikan diri sendiri dan menegaskan diri agar selalu bersandar kepada Allah SWT semata, bukan kepada makhluk-Nya. Wallahu A'lam[]


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 02 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ahmad Zaini Alawi (Khodim Jama'ah Sarinyala Gresik)

Editor: Hakim