Bagaimana Cara Bersyukur kepada Allah SWT dengan Baik?

 
Bagaimana Cara Bersyukur kepada Allah SWT dengan Baik?
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: Dens_art1 laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Dengan selalu bersyukur kepada Allah SWT, kita tidak akan pernah mengeluhkan keadaan yang Allah SWT telah berikan kepada kita. Bersyukur juga merupakan wujud terima kasih kita sebagai hamba-Nya, kepada Tuhan yang telah memberikan berbagai nikmat.

Imam Rabbani KS, berkata dalam sebuah surat yang ditulisnya untuk Mirza Dharab bin Khan Khanan; “Semoga Allah SWT memberikan pertolongan dan kekuatan kepadamu. Ketahuilah bahwasanya bersyukurnya seseorang yang telah dianugerahi nikmat kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat itu hukumnya wajib, baik menurut agama maupun akal."

Selain itu, diketahui juga bahwa kewajiban bersyukur itu sebanding dengan banyaknya nikmat yang diperoleh. Sebanyak apa nikmat yang dianugerahkan, sebanyak itu pula kewajiban bersyukur atas nikmat tersebut. Dengan demikian, seyogyanya orang-orang kaya harus lebih banyak bersyukur daripada orang-orang fakir sesuai dengan kekayaannya. Tapi, orang-orang fakir yang bersyukur akan lebih mulia kedudukannya dibandingkan dengan mereka. Dalam sebuah hadis dikatakan (au kama qola); “Orang-orang fakir dari umat ini akan memasuki surga lima ratus tahun lebih awal dari orang-orang kaya.”

Bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat dapat dilakukan pertama-tama dengan memperbaiki pengetahuan-pengetahuan seputar akidah agar sesuai dengan ajaran yang benar sebagaimana banyak dijabarkan oleh golongan Ahlussunah wal Jamaah yang merupakan firqah najiyah (kelompok yang diikiuti oleh mayoritas umat Islam, dan tidak mungkin bersepakat dalam kekeliruan).

Kemudian rasa syukur itu bisa diwujudkan dengan melaksanakan hukum-hukum agama yang berkaitan dengan amal sesuai dengan penjelasan para mujtahid Ahlussunah wal Jamaah.

Selanjutnya, bergegaslah melakukan tashfiyah (membersihkan hati dari kotoran-kotoran maknawiyah) dan tazkiyah (berusaha membersihkan nafsu amarah) sesuai dengan usul yang diajarkan oleh para ulama tasawwuf Ahlussunah wal Jamaah (sangat dianjurkan mengikuti jejak mereka, masuk dalam thariqatnya).

 


Referensi: (Maktubat Imam Rabbani, Jilid 1, maktub ke-71)
Editor: Nasirudin Latif