Kenali Penyebab Takabur Agar Tidak Termasuk Dalam Golongan yang Tercela

 
Kenali Penyebab Takabur Agar Tidak Termasuk Dalam Golongan yang Tercela
Sumber Gambar: Peggy_Marco / Pixabay (ilustrasi foto)

Laduni.ID, Jakarta - Takabur berasal dari bahasa Arab takabbara-yatakabbaru yang artinya sombong atau membanggakan diri. Secara istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya dirinya adalah orang yang paling hebat dan benar dibandingkan orang lain.

Takabur semakna dengan ta`azum, yakni menampakan keagungan dan kebesaranya. Banyak hal yang menyebabkan orang menjadi sombong akibat takabur di antaranya dalam ilmu pengetahuan, amal dan ibadah, nasab, kecantikan, dan kekayaan. Takabur termasuk termasuk sifat yang tercela yang harus di hindari. Dijelaskan dalam firman Allah SWT:

ﺇِﻧَّﻪُ ﻻ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻚْﺑِﺮِﻳﻦَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (QS. Al-Nahl 16:23)

Tidak akan sombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar dan tidak akan menganggap dirinya besar kecuali orang yang menyakini memiliki sifat kesempurnaan. Pangkal hal tersebut adalah kesempurnaan keagamaan dan keduniaan. Keagamaan adalah menyangkut ilmu dan amal, sedangkan keduniaan menyangkut nasab, kecantikan, kekuatan,harta kekayaan dan banyaknya pendukung.

1. Ilmu pengetahuan

Seorang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya. Merasakan kesempurnaan dan keindahan ilmu yang di milikinya dan merendahkan orang lain. Ia menganggap paling mulia dari pada orang lain, ia terlalu merasa lebih mulia untuk melakukan sesuatu bagi orang lain, ini menyangkut urusan dunia. Sedangkan menyangkut perkara akhirat, maka kesombongan adalah dengan memandang dirinya lebih tinggi dan lebih utama di sisi Allah dari pada orang lain. Sehingga mereka sering menghawatirkan orang lain dari pada menghawatirkan diri mereka sendiri. Orang ini lebih tepat di sebut orang bodoh dari pada orang berilmu, bahkan ilmu yang hakiki ialah ilmu yang mengenalkan manusia dengan Tuhan.

Seseorang bertambah ilmu tetapi bertambah pula kesombongannya, hal ini karena mereka menekuni ilmu tetapi bukan ilmu yang hakiki. Serta mereka menggeluti ilmu dengan batin yang kotor, jiwa yang buruk dan akhlak yang tidak baik. Tidak memperhatikan jiwanya dan memperhatikan batinnya.

2. Amal dan ibadah

Orang yang zuhud dan para ahli ibadah tidak lepas dari nistanya kesombongan, kepongahan dan tindakan yang memikat hati manusia. Kesombongan itu menyelinap di dalam diri mereka baik menyangkut urusan dunia dan akhirat. Dalam urusan dunia, ia memandang orang lain lebih patut untuk menziarahi dirinya dari pada ia menziarahi orang lain. Sedangkan dalam urusan agama, ia memandang binasa orang lain dan dirinya yang selamat. Padahal dengan pandangannya tersebut justru memastikan dirinya lah yang binasa.

3. Nasab keturunan

Orang yang mempunyai nasab keturunan yang mulia menganggap hina orang yang yang tidak memiliki nasab tersebut, sekalipun lebih tinggi ilmu da amalnya. Kadang kadang, sebagian dari mereka menyombongkan diri dan menganggap orang lain sebagai pengikut. Sehingga mengakibatkan ia enggan bergaul dan duduk bersama mereka. Akibatnya dalam lisan ialah membanggakan nasab keturunannya.ini merupakan hal yang sangat mengakar dalam jiwa, tidak dapat terlepas darinya orang yang berketurunan mulia, sekalipun ia orang yang shalih atau berakal sehat. Hanya saja hal itu tidak mengimbas kepadanya jika tetap dalam kondisi yang baik. Jika emosi telah mendominasinya maka hal itu akan memadamkan cahaya bashirah- nya dan mengimbas kepadanya.

Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan terhadap nenek moyang mereka yang telah menjadi batu bara di neraka jahanam atau (jika tidak) mereka akan menjai lebih hina di sisi Allah dari kumbang yang hidungnya mengeluarkan kotoran.”

4. Kecantikan

Hal ini kebanyakan terjadi di kalangan kaum wanita dan menimbulkan cacian, gunjingan dan menyebabkan aib aib orang. Diantaranya, apa yang diriwayatkan dari Aisyah ra dalam sebuah hadis: “ada seorang wanita mau menemui nabi Muhammad SAW, lalu aku berkata dengan tanganku begini, yakni ia pendek, lalu ia nabi saw bersabda “kamu sungguh telah menggunjingnya” pangkal timbulnuya hal ini adalah terselubungnya kesombongan, karena seandainya aisyah juga pendek niscaya ia tak kan menyebutnya pendek. Seolah-olah aisyah ujub dengan postur tubuhnya dan menganggap pendek wanita itu dibandingkan dengan dirinya, lalu ia mengatakan apa yang telah di katakannya.

5. Harta kekayaan

Hal ini biasanya di kalangan raja yang membanggakan harta simpanan mereka, para saudagar yang membanggakan barang dagangannya, para tuan tanah yang membangga banggakan tanah mereka, atau para pesolek yang membanggakan pakaian, kuda dan kendaraan mereka. Sehingga orang yang kaya merendahkan orang yang miskin dan menyombongkan diri.

Secara umum, segala nikmat yang bisa di yakini sebagai kesempurnaan menimbulkan kesombongan. Demikian pula orang yang fasiq, terkadang ia membanggakan dirinya dengan dengan hal hal buruk, seperti minum khamer dan berbuat mesum dengan para wanita. Menyombongkan diri dengan perbuatan perbuatan keji ini karena ia mengira bahwa hal tersebut merupakan kesempurnaan, sekalipun salah. Itulah hal hal yang secara umum di pakai para hamba untuk menyombongkan diri atas orang orang yang tidak memilikinya atau atas orang orang yang memiliki tapi menurut anggapannya masih di bawah tingkatannya.


Editor: Nasirudin Latif