Hakikat Memberi itu Menerima

 
Hakikat Memberi itu Menerima
Sumber Gambar: id.pngtree.com (ilustrasi memberi)

Laduni.ID, Jakarta - Islam menegaskan kepada umatnya tentang pentingnya berbagi rezeki, dengan berinfak atau bersedekah. Berbagi manfaat dan kebaikan dalam bentuk apapun. Sehingga, banyak orang yang mau melakukannya, sebab ini salah satu perintah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam kepada umatnya, dalam riwayat Sahabat Jabir Bin Abdullah bin Amru bin Haram Al-Anshari Radhiyallahu Anhu (607 - 697 M, Jannatul Baqi' Madinah)

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain". (HR. Imam Ath-Thabrani rahimahullah, kitab Al-Mu’jam Al-Ausath, juz VII / 58)

Keterangan ini dikuatkan dengan ayat Al-Qur’an surat As-Saba ayat 39, yang menegaskan bahwa hakikat memberi adalah menerima dari apa yang telah diberikan.

قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥ ۚ وَمَآ أَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُۥ ۖ وَهُوَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ.

Katakanlah : "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.

Dalam ayat diatas Allah subhanahu wa ta'ala mengandung pengertian bahwa apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah subhanahu wa ta'ala akan menggantinya.

Sekecil apapun yang kita berikan, pasti akan diganti oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Digantinya bisa sekarang, atau juga bisa besok. Bisa tidak kepada kita, tapi kepada anak kita, cucu dan keturunan kita. Atau bisa saja disimpan oleh Allah subhanahu wa ta'ala sebagai tabungan kita yang akan diberikan suatu saat, dalam bentuk saldo rekening energi positif kehidupan yang pasti akan cair kepada kita.

Sesungguhnya alam raya juga sudah memberikan respon positif dan tanda-tanda bagi mereka yang mau memberi dan berbagi kebaikan kepada sesamanya. Beberapa ayat dalam Al-Qur'an dan hadits mengungkapkan tentang hal ini antara lain :

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا

"Jika kamu berbuat baik (berarti), maka kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri"

Hadis riwayat Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu (wafat 697 M di Makkah) bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

 وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

“Dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan senantiasa) membantu keperluannya.” (HR. Imam Bukhari rahimahullah, kitab Shahih Al-Bukhariy, juz III /168; dan Imam Muslim rahimahullah, kitab Shahih Muslim, juz VIII / 18)

Hadis riwayat Abu Hurairah Abdurraḥman bin Sakher Al-Azdi Ad-Dausi radliyallahu anhu (wafat 678 M di Jannatul Baqi' Madinah) bahwa Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

"Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat". (HR. Imam Muslim rahimahullah, kitab Shahih Muslim, juz VIII/71)

Dasar keutamaan inilah, yang harus diwujudkan oleh setiap diri umat Islam, untuk senantiasa memiliki spirit memberi dan berbagi rezeki atau dalam bentuk apapun yang dimilikinya, kepada orang lain setiap hari dan setiap saat. Bukan hanya kepada manusia, berbagi juga bisa diberikan kepada makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala lainnya.

Ingatlah, tidak semua orang diberikan anugerah dalam hatinya untuk berbagi dengan apa yang dimilikinya. Jikalau muncul keinginan dan kesadaran dalam hati untuk berbagi, hakikatnya adalah sebuah kebahagiaan. Sehingga, hal itu haruslah disyukuri secara maksimal dengan cara melakukannya dan mewujudkannya. Memang kecenderungan manusia pada umumnya, ketika bertambah hartanya, jabatannya dan fasilitas hidupnya, biasanya akan bertambah kebakhilannya dan kekikirannya serta kesombongannya.

Orang yang mau memberikan hak Allah subhanahu wa ta'ala yang ada pada orang tsb, maka ia akan didorong ketakwaannya dan akan meraih kebahagiaan serta keuntungan dunia dan akhirat.

Orang yang berbahagia akan didorong dan dipermudah untuk meraih kebahagiaannya pula. "Kullu muyassarun lima khuliqo lah". Berbuatlah karena setiap orang dimudahkan melakukan apa yang ditakdirkan untuknya. Barang siapa yang ditakdirkan untuk surga, ia diberi kemudahan untuk melakukan amalan penduduk surga, dan barang siapa yang ditakdirkan untuk neraka, maka ia diberi kemudahan untuk melakukan amalan penduduk neraka.

Perbanyaklah kebaikan dengan mengerjakan semua aktifitas dengan landasan memberi manfaat kepada diri sendiri dan orang lain, dengan niat ibadah, sukarela tanpa harus dibebani ada balasan materi dari sesama, niscaya kebaikan itu akan memantulkan hasil baiknya. Semakin banyak karya yang diberikan, semakin produktif dan semakin banyak output manfaat, akan semakin banyak amal kebaikan dan semakin banyak pula keberkahan (kebaikan yang berkelanjutan).

Oleh karena itu, tiada alasan bagi siapapun tidak melakukan kebaikan, banyak cara dan bentuk apa saja yang bisa dilakukan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Baik dalam keadaan sempit atau longgar, sebagaimana dawuh seorang ulama besar tasawuf.

Dawuh Syaikhul Akbar Muhyiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Al-Hatimi Ath-Tha'i Al-Andalusi Ad-Dimasyqi atau Ibnu Arabi rahimahullah (26 Juli 1165 M, Murcia, Spanyol - 16 November 1240 M, Damaskus, Suriah) mengatakan :

"Belajarlah untuk memberi, baik kamu punya banyak atau sedikit, baik saat suka maupun duka."

Bisa dengan menolong dalam bentuk tenaga, memberikan bantuan dalam bentuk materi, memberi pinjaman, memberikan taushiyah keagamaan, meringankan beban penderitaan, membayarkan utang, memberi makan, hingga menyisihkan waktu untuk menunggu tetangga yang sakit. Bahkan, membuat orang lain menjadi gembira dan bahagia, juga termasuk amalan bermanfaat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Jadilah seorang hamba pecinta, Salah satunya dengan amalan bi haal, memberi dan berbagi. Intinya, siapa yang memberi sesuatu akan kembali kepada dirinya dalam bentuk apapun, dari Allah subhanahu wa ta'ala. Ini janji Allah subhanahu wa ta'ala dalam Al-Quran dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat !!


Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala Kabupaten Gresik