INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Pada dasarnya ketika menjalankan ajaran Islam ditemukan kendala yang mengakibatkan kepada kematian, sakit, kesulitan dan lainnya maka akan dijumpai solusi yang meringankan.
Tidak perlu penjabaran yang rumit, cukup lafadh ini menjadi syafaat. Sabda Nabi yang berbunyi; “Man qaala Laa ilaaha illallah dakhalal jannah” (Barang siapa mengucapkan Laa ilaaha illallah, maka ia akan masuk surga), menurut Gus Baha sudah cukup menjelaskan keutamaannya.
Menurut Gus Baha, logika dapat mengantar manusia sampai pada pengakuan bahwa pasti ada suatu entitas yang menjadi awal dari segala keberadaan. Namun, logika sendiri tidak mampu memberi nama atau menjelaskan secara rinci siapa atau apa wujud awal itu.
“Sesungguhnya iman di dalam hati salah seorang dari kalian akan usang sebagaimana usangnya pakaian. Maka mintalah kepada Allah agar memperbaharui iman dalam hati kalian.” (HR. Thabrani)
Mencium tangan itu diartikan sebagai penghormatan kepada orang yang dicium atas dasar kealiman yang Allah SWT titipkan kepadanya, karena hal itu telah dilakukan pada zaman dahulu.
Manusia yang dilahirkan telah ditentukan kapan matinya dan cara hidupnya. Karena itu, bisa dikatakan bahwa kita hidup dengan menjalankan auto pilot dari Allah.
Dengan kata lain, problem yang kita hadapi dewasa ini bukan soal teks keagamaan, tapi soal kemanusiaan kita yang merasa terancam, tidak aman dan tidak nyaman. Ini menggerus kemanusiaan kita sehingga kita tidak lagi jernih, adil dan beradab dalam memahami teks keagamaan.
Kita harus sadar dan menerima dengan ikhlas, bahwa segala hal yang terjadi, baik, buruk, menyenangkan, menyedihkan, semuanya sudah ditetapkan dalam takaran yang tepat untuk kita, agar kita bisa menjadi lebih baik dalam hidup ini.
Dalam perjalanan hidup, satu pertanyaan sering kali menggelayuti benak banyak orang: “Siapa jodohku?” atau “Kapan aku dipertemukan dengannya?” Pertanyaan yang sederhana, namun bisa membayangi hari-hari dengan harapan sekaligus kekhawatiran.
"Orang fasik pun ada dua macam. Pertama ada yang lugu, ada yang tidak. Orang fasik yang benar-benar lugu, bertanya caranya ingin bertaubat, ia memang ingin taubat. Kalau yang enggak, memang ingin mempersulit,"