INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Keseimbangan semesta adalah analogi keseimbangan jiwa yang menghantarkan manusia menjadi makhluk yang bahagia. Berbagai unsur harus seimbang, 'aql berilmu dalam pancaran Islam, qolb damai dalam pelukan iman dan jism-nya mulia amalnya dalam balutan ihsan yang memaslahatkan.
Jadi menjaga lisan bukan berarti menahan segala bentuk ucapan, melainkan memastikan setiap kata yang keluar bernilai kebenaran, kejujuran, dan keberanian dalam membela yang haq. Gus Baha melihat urgensi ini dalam realita kehidupan.
Setiap surat dalam Al-Qur'an diawali dengan basmalah kecuali dalam surat At-Taubah atau Al-Bara'ah. Dalam surat At-Taubah tidak dicantumkan basmalah sebagaimana surat-surat yang lain.
Selama ini, mungkin banyak dari kita yang memahami kisah Nabi Adam AS memakan buah khuldi semata-mata karena tergoda oleh bujuk rayu setan. Pemahaman ini seolah sudah menjadi pengetahuan umum, bahkan diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, benarkah demikian?
“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)
Krisis lingkungan yang kian hari semakin memburuk keadaannya, tidaklah mampu di atasi hanya dengan teknologi dan sains bahkan hukum sekuler. Dari sinilah pada dasarnya manusia membutuhkan peran yang sangat berpengaruh, yaitu menggunakan agama dalam mengatasi hal tersebut.
Tidak bisa dipungkiri, memang ada banyak manusia yang tahu bahwa hidup ini adalah ujian, tahu bahwa mereka diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, namun tetap saja tergoda untuk melupakan semua itu demi kenikmatan sesaat.
Jadi kalimat "kanud" berarti mengingkari yang ada seperti tiada. Merasakan rasa, seperti tak punya rasa. Berjibun nikmat, berlimpah pemberian, tapi seperti rekaman yang dihapus dalam kaset kehidupannya. Mengingat segala sedih, susah, dan musibah yang membakar segala nikmat.
Pada saat terjadi perang Shiffin antara Sayyidina Ali dan Sahabat Muawiyah, Ammar berada di barisan Sayyidina Ali. Dan benarlah apa yang disabdakan Nabi, Ammar wafat dalam peperangan tersebut.
“Kita itu harus strategis. Kalau ada tanah bagus, selayaknya dibeli orang kaya sholeh. Kalau tanah dijual, lihat dulu siapa yang beli (jangan sampai orang ahli maksiat yang jadi pembelinya). Karena lingkungan itu menentukan masa depan anak-anak kita,” imbuh Gus Baha.