INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Pada kisaran abad 18 Masehi, masa penjajahan Belanda menjadi periode gelap bagi pendidikan di Nusantara. Pendidikan dijalankan dengan pola diskriminatif, hanya diperuntukan bagi kalangan tertentu, seperti anak-anak pegawai Belanda, kaum pedagang, dan orang asing. Sebaliknya, rakyat pribumi terpinggirkan dari akses pendidikan.
KH. Mursyid Alifi dilahirkan pada tanggal 25 November 1944 M di desa Ganjaran.Beliau putra termuda dari 6 bersaudara. Sejak kecil beliau telah menjadi yatim piatu, beliaupun tinggal bersama dengan saudara-saudaranya.
Kesuksesan seorang murid dalam menimba ilmu tidak hanya ditentukan oleh lembaga pendidikan, ilmu itu sendiri, metode belajar, atau sarana pendidikan, melainkan ada pada diri sang murid itu sendiri, yang mana hal itu terletak pada akhlaknya kepada sang guru.
Diriwayatkan, bahwa KH Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo saat menimba ilmu kepada Syaikhona Kholil Bangkalan merupakan seorang santri yang sangat ta'dhim dan luar biasa khidmahnya kepada sang guru.
Alkisah, dalam sebuah diskusi, ada seorang murid bertanya kepada gurunya. Pertanyaan itu ditanggapi dengan sangat baik oleh gurunya, dan terjadilah interaksi yang menarik untuk diteladani.
Dalam proses pembelajaran, murid membutuhkan orang alim atau yang umum disebut dengan guru, ustadz, atau kyai. Murid dan orang alim perlu berinteraksi. Namun, dalam hal ini, perlu dipahami bahwa ada adab-adab tertentu yang harus diperhatikan seorang murid terhadap gurunya.
Sejarah Aceh menyimpan jejak perantau Arab yang sudah bermukim di sana sejak abad pertama hijriah. Bahkan, beberapa sumber mencatat bahwa hubungan perdagangan antara Sumatra dan Jazirah Arab telah berlangsung sejak sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pertempuran Yarmuk, yang berlangsung pada tahun 636 Masehi, merupakan salah satu episode krusial dalam sejarah perang di wilayah Timur Tengah. Konflik ini mempertemukan dua kekuatan besar pada masa itu, yaitu Pasukan Romawi Bizantium dan Pasukan Islam yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, salah satu jenderal ulung dari pasukan Islam.
Setelah Khalifah ke-18 Abbasiyah, al-Muqtadir Billah, dipenggal kepalanya, maka dibai’atlah al-Qahir Billah sebagai Khalifah ke-19. Sayang, nasibnya pun berakhir tragis. Bagaimana kisahnya?
Kafir Quraisy Makkah tidak terima dengan kekalahan yang dideritanya dalam perang Badar melawan pasukan umat Islam. Sesaat setelah kejadian itu, Abu Sufyan, salah satu pemuka kafir Quraisy Makkah, memprovokasi dan mendesak orang-orang Quraisy untuk melancarkan balas dendam terhadap umat Islam.