Ini Alasan Kenapa Harus Hari Santri, Bukan Hari Kiai

 
Ini Alasan Kenapa Harus Hari Santri, Bukan Hari Kiai

LADUNI.ID, Jepara – Empat tahun yang lalu, Presiden RI Joko Widodo sudah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Ditetapkannya tanggal tersebut sebagai hari santri menurut KH Abdullah Saad ada alasan yang mendasarinya.

Hal ini disampaikan pada acara Maulid Kebangsaan; Manunggaling Santri dan NKRI yang diadakan Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Bangsri berlangsung di Lapangan Desa Wedelan Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara, Ahad (28/10) malam.

Gus Dullah yang didapuk jadi badal Habib Luthfi bin Yahya ini menerangkan, untuk merebut kemerdekaan bangsa ini memang tak luput dari peran besar kiai. Tapi di belakang kiai ada sosok santri. "Pelajaran penting yang tidak kalah penting untuk menorehkan NKRI adalah sosok santri yang sami'na waatha'na kepada guru (kiai, red)," terangnya.  Hal inilah yang mendasari lahirnya hari santri.

Di hadapan ribuan jamaah yang memadati area pengajian, Gus Dullah melanjutkan bahwa sebagai santri selain tekun juga didukung dengan ketaatan terhadap guru.

Selain itu, sosok KH Shobiburrahman, Mbah Shobib dari Jepara merupakan contoh kiai yang taat kepada guru. Utamanya saat dia berguru kepada Gus Ut Sidoarjo dan Mbah Maemoen Zubair Sarang.

"Nah dalam konteks kekinian, santri masih tetap sama di zaman dulu, yang harus taat kepada guru. Jangan mengaku-ngaku jadi santri tetapi ikhtilaf, meragukan, dan menjatuhkan martabatnya," jelas kiai asal Kudus ini.

Menurut kiai yang juga menulis buku berjudul Kang Bejo 1 ini menegaskan sebagai santri perilaku dan omongannya mencerminkan karakter seorang guru.  "Jika 'omongan' santri di media sosial kasar dan tidak sopan sama artinya dengan menjelekkan nama baik seorang guru," tegas santri Habib Luthfi ini.

Adapaun yang hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Jepara Ahmad Marzuqi, Kapolsek, Koramil, Petinggi, Ketua PCNU KH Hayatun Abdullah Hadziq, PC GP Ansor Jepara Syamsul Anwar, MWCNU serta Banom NU.

Pada kegiatan ini, dimeriahkan dengan pembacaan maulid bersama habaib di antaranya Habib Ali Al-Athas, Habib Zen Al Jufri, Sayyid Muhammad bin Yahya serta diiringi hadrah Az-Zahir dari Pekalongan.