Ibadah Qurban dan Perilaku Sosial Keagamaan

 
Ibadah Qurban dan Perilaku Sosial Keagamaan
Sumber Gambar: flickr.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam studi Islam, Ibadah qurban merupakan ajaran yang hampir menyatu dari segi waktu dan pelaksanaan ibadah haji. Namun, yang membedakan terdapat pada tempat dan pelakunya.

Ibadah qurban dilakukan ketika Hari Raya Idul Adha dan pada hari Tasyriq tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah. Dalam momen ibadah qurban, hampir setiap muslim yang berkemampuan dapat melaksanakan penyembelihan hewan qurban dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ada.

Ibadah qurban bisa dilakukan secara perorangan dengan menyembelih kambing atau secara berkelompok dengan menyembelih sapi.

Tidak jarang di dalam instansi pemerintahan atau sekolah juga mengadakan kegiatan penyembelihan hewan qurban sebagai sarana untuk mendidik dan memberikan contoh untuk mempunyai kepedulian sosial.

Secara historis, ibadah qurban sudah ada sejak Nabi Adam dalam Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab yang dilakukan oleh dua putra Nabi Adam (Habil dan Qabil) kepada Allah. Akan tetapi secara formal historis, ibadah qurban ini bermula dari Nabi Ibrahim a.s. yang bermimpi untuk menyembelih Nabi Ismail a.s, seorang putera yang dicintainya. Namun pada akhirnya putranya tersebut terselamatkan karena Tuhan mengganti dengan seekor domba (QS. As-Saffat: 102-110).

Dari peristiwa tersebutlah ibadah qurban bermula dan menjadi tradisi umat Islam sampai sekarang. Sebagian ulama menghukumi ibadah qurban adalah tathawwu’ (sunnah) bagi orang yang mampu. Tetapi hukum melaksanakan qurban menjadi wajib apabila pernah bernadzar melakukannya.

Secara spiritual, makna ibadah qurban dapat menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran diri dalam beribadah kepada Allah SWT. Namun, berbeda halnya dalam sosial kemasyarakatan, qurban akan bermakna apabila kerelaan dalam diri pelaku ibadah qurban disertai dengan keikhlasan yang berdampak pada perilaku kesehariannya dan tumbuhnya perhatian terhadap sesama. Utamanya perhatian dalam mengasihi kaum fakir dan miskin. Karenanya ibadah qurban bisa menjadi salah satu ciri keislaman seseorang, sebagai bukti keimanan dan ketakwaanya kepada Allah SWT.

Tujuan ibadah qurban bagi umat Islam adalah hanya untuk mencari ridha Allah SWT. Melalu ibadah ini dimaksudkan agar dapat memperkuat ibadah kita kepada Allah dan menjadi wujud keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 37:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

"Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin."

Dengan demikian, bisa dipahami bahwa qurban itu tidak ada nilainya di sisi Allah SWT apabila tidak disertai dengan keikhlasan didalamnya.

Ibadah qurban bisa membuat seseorang menjadi pribadi yang mempunyai rasa toleransi dan bisa menjadi media penebar kasih sayang. Dengan ibadah qurban ini hubungan baik juga bisa terjalin di tengah-tengah masyarakat yang beragam.

Ibadah qurban adalah ibadah yang disyariatkan oleh Nabi Muhammad, memberikan hasil sembelihan daging hewan qurban dengan dibagikan kepada tetangga terdekat, dan orang-orang yang tidak mampu, termasuk juga dalam pandangan sebagian ulama, boleh memberikannya kepada tetangga non muslim. Dari sinilah kehidupan yang harmonis akan terjalin dan penuh dengan toleransi.

Mungkin kita tidak pernah tahu, bahwa di sekitar ada banyak orang yang mungkin tidak pernah menikmati daging, karena faktor ekonomi yang menghimpitnya. Maka, dengan qurban inilah mereka bisa turut untuk menikmati daging dan mendapatkan gizi yang baik. Karena itu Ibadah qurban adalah wahana hubungan kemanusiaan yang dilandasi oleh semangat mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub ilallah). Selain terjalinnya hubungan hablun minallah, ibadah qurban juga menjadi wujud menjaga hubungan hablun minannas, karena peduli terhadap sesama. Dan semuanya ini tidak lain dilandasi dengan semangat bahwa memang Islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam.

Jika kita mengacu pada data penduduk, posisi paling bawah dalam strata ekonomi masyarakat Idonesia tercatat 25,14 juta jiwa penduduk Indonesia masih hidup miskin. Momentum berqurban bisa menjadi kesempatan untuk berbagi kegembiraaan terhadap sesama. Daging dari hewan yang disembelih kemudian dibagikan. Dan inilah sikap kepedulian kepada sesama yang seutuhnya. Menumbuhkan rasa kasih sayang dan berbagi bahagia di momen Hari Raya Idul Adha. []

___________

Penulis: Riska Mavaza Putri

Editor: Hakim