Risalah Kerinduan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW

 
Risalah Kerinduan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Tulisan ini merupakan terjemahan dari sebuah risalah yang ditulis dan dibacakan oleh Syaikh Ramadhan Al-Buthi dalam sebuah acara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Teks aslinya bisa dilihat dalam situs resmi www.naseemalsham.com.

Semoga dengan tulisan ini cinta dan kerinduan kita kepada Nabi Muhammad SAW akan semakin bertambah dengan iringan shalawat dan salam.

***

Kiranya lebih baik aku menyampaikan kesaksian lirih bisikan nuraniku. Inilah lisanku, penaku dan lembaranku yang memohon kepada Allah agar menjadikan kesaksian ini untuk Rasulullah SAW. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya ketika hari kebangkitan umat manusia menuju Tuhan semesta alam.

Duhai Baginda, Rasululllah...

Hanya kemulian belaka yang dianugerahkan Tuhan kepadamu, karena telah memilih mengutusmu yang tiada lain penuh kasih sayang dan penuh pengampunan kepada siapapun, sehinga Tuhan berfirman;

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّاباً رَّحِيْمًا

“Dan ketika mereka sungguh telah berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mendatangimu dan memohon ampun kepada Allah, maka Rasul pun memintakan ampunan kepada-Nya, hingga mereka mendapati bahwa memang Allah adalah Dzat yang Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih.

Betapa mulia pernyataan ini wahai Baginda! Kesaksian dari Allah Azza wa Jalla atas pilihan satu-satu-Nya kepadamu. Dan Allah telah menetapkan jalan kasih sayang-Nya yang begitu luas, yang meliputi semua hamba-Nya kelak di hari kiamat, melalui syafaatmu dan permohonanmu akan rahmat Allah untuk mereka.

Duhai Baginda, Rasulullah...

Seandainya semua tabiat manusia yang mulia menjelma sebagai wujud seseorang, maka tentu akan tertunduklah kepalanya sebab keagungan akhlakmu, dan kesempurnaan sifat kemanusiaanmu, juga sebab jernihnya kelembutanmu.

Aku melihatmu wahai Baginda, dirimu berada di puncak kemenangan saat hari Fathu Makkah. Ketika itu engkau tidaklah terbuai oleh suka cita, melainkan jusru tersungkur beribadah kepada Tuhanmu. Pada saat yang sama, di sisi lain, aku melihatmu bahwa Allah telah menempatkanmu di antara orang-orang yang membencimu, yang telah banyak meyakitimu, menipumu dan membahayakanmu.Tapi engkau menyambut mereka dengan wajah yang penuh kasih sayang dan jiwa besar yang penuh maaf. Engkau berbicara kepada mereka dengan tutur kata yang penuh cinta dan keramahan. Engkau menyambut mereka dengan hakikat sikapmu yang penuh kemuliaan dan kedermawanan.

Pernah suatu kali engkau ditanya, “Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kelompok orang yang telah mengusirmu, menipumu dan menghujanimu dengan batu kebodohan dan kotoran?!” Lalu engkau bentangkan telapak tanganmu kepada Tuhan dan berdoa, “Ya Allah, berilah petunjuk kepada mereka, dan jadikanlah keturunannya termasuk orang-orang muslim.”

Saat ditawari tahta dan kekayaan oleh para sesepuh pembesar orang Quraisy, engkau mengbaikannya dan berkata, “Aku tidak datang kepada kalian dengan mengharap harta, tahta maupun kehormatan di mata kalian. Tetapi Allah mengutusku kepada kalian sebagai seorang Rasul dan diturunkan untukku kitab suci-Nya agar aku menyampaikan semua risalah-Nya dan memberikan nasihat kepada kalian. Jika kalian menerima dariku apa yang aku bawa, maka itulah bagianmu dariku dan juga sebaliknya. Jika engkau menolaknya, maka akau akan bersabar karena ini adalah perintah Allah, sampai kelak diambil keputusan di antara kita.”

Duhai Baginda, Rasulullah...

Allah telah membahagiakanku dengan menelaah perjalanan hidupmu, sejak aku masih remaja dan belum beranjak dewasa. Kemudian memuliakanku dengan kesibukan mengajarkannya kepada para Mahasiswa. Sungguh, demi Allah aku tidaklah ingat masa-masa yang lebih menyenangkan jiwaku dan jiwa para Mahasiswaku dibanding saat kita sampai pada puncak kenangan dan perasaan takjub terhadap keluhuran akhlakmu yang sangat manusiawi dan bersifat Rabbani.

Entah berapa kali kami mengandaikan dan berpikir menghentikan masa-masa di antara kita, ketika membicarakan sirahmu yang semerbak wangi dan kepribadianmu yang indah nan agung.  

Seakan-akan nampaklah segala hal yang sebelumnya tak bisa kami lihat. Mengandaikan hidup penuh kebahagiaan bersamamu, di sepanjang hari-harimu dengan para sahabat. Lalu apalah artinya ini, saat ini kami terhempas berada di dunia dan berulang kali terjebak dalam kesesatannya. Tapi memang kita pun terpisah, dan kemudian terbakar api kerinduan padamu, di saat-saat paling membahagiakan itu, di saat engkau melewati hari-hari bersama para sahabatmu. Kemudian entahlah, karena terpisah itu pandangan kami terhalang dari bekas jejakmu.

Duhai Baginda, Rasulullah...

Suatu ketika ada yang berkata kepadaku, Tidakkah engkau berkenan menulis satu bagian khusus untuk membela Musthafa SAW, karena telah tersebar keterlaluannya orang-orang yang penuh tipu daya dan dendam seperti para gelandangan, Huyay ibnu Akhthab dan Ka’ab bin Asad.”

Lalu aku berkata kepadanya, “Adakah di dunia ini orang yang merasa berhak meletakkan kekasih Allah, Muhammad, di dalam sangkar tuduhan, sehingga membutuhkan orang yang tak berharga sepertiku, berdiri mencegah dan membelanya?

Sungguh aku tak akan melakukannya hingga aku lebih baik terbaring dalam tanah yang dimuliakan karena jejak langkah kedua telapak kaki Rasulullah. Sungguh pun demikian, mereka para gelandangan jika semuanya menjelma menjadi tukang sapu lalu melemparkan debu dan seluruh kotoran di bumi menjadi awan gelap yang pekat untuk memadamkan dan merebut cahaya kenabian Muhammad yang senantia terpancar ke seluruh pelosok, niscaya semua itu akan kembali menimpa kepala mereka sendiri. Dan cahaya kenabian Muhammad akan tetap jernih terpancar dan berpendar.

Duhai Baginda, Rasulullah...

Sungguh ada yang meriwayatkan kepada kami bahwa engkau pernah berkata, “Betapa beruntungnya mereka yang beriman kepadaku dan menjumpaiku, dan lebih beruntung lagi, sungguh-sungguh beruntung mereka yang tak pernah berjumpa denganku tetapi beriman kepadaku.”

Kami juga mendapatkan suatu riwayat shahih, tentang sabdamu saat engkau menyapa Ahlul Baqi’, “Betapa bahagianya aku, jika aku benar-benar bisa memandang saudara-saudara kita...”.

Dan inilah kami wahai Baginda...,

Kami adalah saudara-saudaramu yang beriman kepadamu. Setiap harinya tenggelam dalam kerinduan demi kerinduan. Sungguh abadi kerinduan kami kepadamu, sebagaimana kerinduanmu kepada kami. Begitu juga cinta kami, hingga kami bisa berjumpa kepadamu setelah akhir yang bahagia dan membahagiakan. Allah memuliakan kami dengan itu semua, kelak saat kami menghadap kepadamu di depan tempatmu yang suci. Kami akan dibangkitkan dengan penghormatan kami yang melebur dalam cinta kami kepadamu. Kami akan memanggilmu di balik pagar masa yang menghalangi kami darimu, dan kami semua tetap yakin bahwa sesungguhnya Allah telah mengabarkan penghormatan kami bersama bisikan lirih kami, sebagaimana Allah memperdengarkan salam penghormatan, yang kami tuturkan dalam setiap shalat kami.

Dengan demikian, keinginan terbesar kami yang tak akan pernah layu dalam diri kami adalah berjumpa denganmu wahai Baginda, di pelataran telagamu saat engkau menyambut para sahabatmu yang engkau kenal dan pernah berjumpa denganmu, juga menyambut saudara-saudaramu yang engkau rindukan meski tak pernah melihatnya, yang kerinduan mereka kepadamu itu juga abadi. Engkau menyambutnya dengan pancaran cahaya wajahmu yang penuh senyum sumringah. Dan Allah pun memuliakan kami dengan diperkenankan mendapat syafaat besarmu yang meleburkan dosa-dosa berat dan kesalahan besar kami.

Dan sekarang, apakah memang diperkenankan untukku, wahai Baginda...,

Aku titipkan atas namaku, atas nama saudara-saudaraku itu, dan atas nama semua umatmu, syahadat ini, “Bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya engkau Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Sungguh engkau juga telah menyampaikan amanah yang engkau bawa, dan telah memberikan nasihat kepada para sahabat yang berada di sekitarmu dan kepada saudara-saudaramu yang datang jauh setelahmu.”

Inilah kami hari ini, buah dari sekian kesungguhan dan perjuanganmu. Kami hidup dengan hamparan petunjuk dan tuntunan sunnahmu. Kami tidak akan berpaling melenceng jauh dari kebenaran dan terjebak dalam kesesetan.

Maka kami memohon kepadamu wahai makhluk Allah yang paling suci, untuk menjaga titipan kami ini sampai pada masa ketika semua umat manusia dibangkitkan menuju Tuhan semesta alam. Lalu Allah memuliakan kami dengan akhir yang baik yang patut mendapatkan kemurahan dan karunia-Nya yang terpadu dalam luasnya syafaatmu.

Sebagaimana juga kami meminta kepadamu wahai Baginda, agar membawa ke hadapan Tuhan junjungan kita, sebuah harapan untuk memperbaiki umatmu dan mempersatukan yang terpencar, ke dalam ridho-Nya. Juga agar mengilhami para pemimpinnya untuk kembali dengan terpuji kepada petunjuk-Nya, dan cinta pada agama, tuntunannya, dan kiranya memalingkan dari kami muslihat para pembenci dan agar tidak menjadikan pemimpin yang jahat kepada umatmu.

Dan terbuktilah janjimu yang mengatakan, “Akan tiba saatnya perkara kebaikan ini sebagaimana pergantian malam dan siang.”

Kami sungguh menunggunya wahai Baginda...,

Sungguh kami tahu bahwa sebuah penantian tersingkapnya keburukan ini adalah merupakan sebentuk ibadah. []


Penulis: Dr. Said Ramadhan Al-Buthi

Penerjemah: Abd. Hakim Abidin