Hukum Menjadi Murtad atau Non Muslim

 
Hukum Menjadi Murtad atau Non Muslim

Laduni.ID, Jakarta - Islam adalah agama diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad Saw sebagai penyempurna risalah atau ajaran agama-agama sebelumnya. Bahkan secara subtansi nilai ajaran, Islam sudah diturunkan berbarengan dengan diciptakan Nabi Adam AS dan Nabi-nabi lainnya sebelum Nabi Muhammad Saw. Hanya saja sebagai pembeda ada pendapat yang mengatakan bahwa Islam sebelum masa Nabi Muhammad adalah Islam yang lebih amm (umum), sedangkan Islam pada masa Nabi Muhammad adalah Islam yang lebih khas (khusus).

Sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa Islam diartikan sebagai berikut:

يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم! فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إلَه إلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله، وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً

“Ya Muhammad! Kabarkan kepadaku tentang Islam.” Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam adalah Anda bersyahadat La Ilaha Iliallah dan Muhammadur Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah jika Anda mampu menempuh jalannya.” 

Menjadi seorang muslim adalah sebuah anugrah dan nikmat besar yang tidak Allah berikan kepada semua manusia. Nikmat tersebut hanya diberikan kepada manusia yang sudah menemukan keyakinan di jalan Ilahi, entah melalui pengalaman spiritual atau melalui pemahaman yang mendalam. Meski demikian, Allah tidak menghendaki manusia dalam keadaan yang sama, Allah menciptakan manusia dengan segala akal potensialnya sebagai bekal dalam menjalani kehidpuan fana ini termasuk dalam menentukan pilihan keyakinan. Islam adalah agama moderat yang di dalamnya tidak ada paksaan dalam hal apapun termasuk dalam pilihan keyakinan beragama. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 256 tidak paksaan dalam beragama.

Baca Juga: Penjelasan Surat Al-Baqarah Ayat 256: "Tidak Ada Paksaan dalam Memeluk Agama Islam"

Namun demikian menjadi seorang muslim bukan berarti tidak memiliki konsekuensi, diantara konsekuensi-konsekuensinya yaitu kita harus dituntut untuk istiqomah dalam berislam dengan segala ajarannya dan dilarang untuk keluar darinya (riddah) atau murtad. Jika seorang muslim nekat melakukannya entah dengan alasan apapun, maka dia telah dihukumi telah berbuat dosa besar. Dan jika dia meninggal dalam keadaan mutad, maka segala amal ibadah dan perbuatan baik selama dia menjadi muslim akan terhapus.

Dalam Kitab Mughnil Muhtaj dikatakan sebagai berikut:

وَهِيَ أَفْحَشُ الْكُفْرِ وَأَغْلَظُهُ حُكْمًا ، مُحْبِطَةٌ لِلْعَمَلِ إنْ اتَّصَلَتْ بِالْمَوْتِ

"Riddah (keluar dari Islam) dihukumi sebagai kekafiran yang paling keji dan berat, dapat menggugurkan amal jika diiringi dengan kematian" (Muhammad Khatib As-Syarbini, Mughnil Muhtaj, Beirut, Darul Fikr, juz IV, halaman 133)

Baca Juga: Hadits Tentang Keutamaan Iman

Sekalipun kita meyakini bahwa hidayah dan kekuasaan adalah milik Allah semata, namun sebagai manusia kita diberikan akal potensial untuk menentukan pilihan yang sudah Allah sediakan bagi manusia. Bukan hal yang tidak mungkin jika seorang muslim memiliki fikiran atau terbersit dalam hati untuk murtad karena alasan satu dan lain hal ketika sedang menghadapi problem kehidupan yang membuat keimanannya goyang dan rapuh. Dalam kondisi demikain, jika hanya masih dalam benak angan-angan maka hal itu tidak lantas kita keluar dari Islam (murtad).

Imam Nawawi dalam Al-Adzkar mengatakan:

فأما الخواطر، وحديث النفس، إذا لم يستقر ويستمر عليه صاحبه فمعفو عنه باتفاق العلماء، لانه لا اختيار له في وقوعه، ولا طريق له إلى الانفكاك عنه وهذا هو المراد بما ثبت في الصحيح عن رسول الله (صلى الله عليه وسلم) أنه قال: إن الله تجاوز لامتي ما حدثت به أنفسها ما لم تتكلم به أو تعمل.

 "Adapun angan-angan yang lewat di benak seseorang dan bisikan di dalam hati bila tidak tetap atau tidak ditetapkan oleh yang bersangkutan maka itu dimaaf berdasarkan kesepakatan ulama. Pasalnya, lalu lalang angan-angan (khawatir) itu bukan pilihan kita. Tiada jalan untuk melepaskan diri. Ini yang dimaksud dalam sabda Rasulullah SAW, `Sungguh, Allah memaafkan umatku atas ucapan yang terbersit di dalam dirinya selagi tidak diutarakan atau diamalkan`". (Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], hal 296).

Dengan demikian, maka jika hanya sebatas terbersit dalam fikiran dan angan-angan untuk keluar dari Islam (murtad) maka hal ini bukanlah masalah besar dan masih dimaafkan oleh Allah. Namun jika sudah diterjemahkan dalam bentuk-bentuk perbuatan yang membawa kepada jalan murtad, maka hal itulah yang dilarang dan menjadi dosa yang besar. Agar terhindar dari kemurtadan, kita dianjurkan untuk menepis fikiran-fikiran yang mengarah kepada jalan murtad dengan memperbanyak dzikir kepada Allah sambil terus memohon kepada Allah agar diberi kekutan dan keteguhan dalam beriman.

Baca Juga: Tafsir Ayat 'Masuklah Kalian kepada Islam yang Kaffah'

Dalam Kitab Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj Syekh Ar-Ramli memberikan sebuah do'a agar kita dilindungi oleh Allah dari kemusyrikan dan gangguan-gangguan fikiran yang akan membawa kita ke dalam jurang kekufuran. Adapun do'anya sebagai berikut:

رَبِّ هَبْ لِي قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا مِنْ الشِّرْكِ بَرِّيًّا لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا وَارْفَعْنِي وَارْحَمْنِي

"Tuhanku, berikan untukku anugerah hati yang takwa, suci-bebas dari syirik, tidak kufur, dan tidak celaka. Tuhanku, angkatlah derajatku dan turunkan rahmat-Mu bagiku".

Semoga kita selalu diberikan nikmat istiqomah oleh Allah dalam berisman dan berisalam seraya memohon kepada Allah agar selalu dilindungi dari godaan-godaan setan yang akan menjerumuskan kita ke jalan kekufuran. Aamiiin

Wallahu A'lam