Dahsyatnya The Power of Love di Balik Senyuman Sang Guru

 
Dahsyatnya The Power of Love di Balik Senyuman Sang Guru

LADUNI. ID,  KOLOM- SENYUMAN itu merupakan sebuah ekspresi yang lahir dari lubuk hati di balut alunan keikhlasan. Dibalik senyuman itu mempunyai kekuatan (power) yang dahsyat bahkan dalam agama sendiri senyuman itu dipandang sebagai sedekah. 

Ini sebagaimana hadist nabi, berbunyi: “Tabassumuka fi wajhi akhika shadaqah”. (Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah).

Disamping itu kelebihan lainnya di balik senyuman selain berpahala sebagai sedekah ternyata juga dapat menyehatkan berdasarkan kajian ilmu kesehatan. 

Menjawab fenomena ini berdasarkan sebuah penelitian otot yang digunakan saat orang tersenyum hanya 30%, sedangkan orang yang suka cemberut kerja otot akan meningkat hampir 70%. Itulah mengapa ada ungkapan yang berbunyi, tersenyumlah maka engkau akan awet muda.

The Power senyum itu juga tidak hanya membawa manfaat kepada diri sendiri, tetapi juga kepada setiap orang yang melihat serta berjumpa dengannya. Dalam keseharian, orang yang murah senyum pasti akan lebih mudah mendapatkan sahabat baru bila dibandingkan dengan seseorang yang senantiasa bertampang muram. Juga awet muda akan menyapa sang pemilik senyuman.

Teladan dalan hal ini sebagai sosok pribadi yang murah senyum juga telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Dari Jarir bin ‘Abdillah beliau berkata, “Sejak aku menjadi muslim, tidak pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjumpa denganku melainkan senyum kepadaku”. (H.R Bukhari dan Muslim).

Senyumn lahir karena ada rasa senang dan bahagia. Kebagian itupun lahir karena rasa cinta dan kasih sayang terhadap seseorang yang kita anggap mempunyai nilai lebih dan sesuatu yang patut diapresiaai walaupun ada senyuman kepalsauan, namun itu juga akan terkuwak kedoknya.

Lalu bagaimana pengaruh senyum yang diberikan seorang guru kepada murid anak didiknya? Kalau orang dewasa di sekeliling kita saja lebih suka melihat kita tersenyum apalagi anak-anak yang lebih membutuhkan kasih sayang dari kita. Kita tidak pernah tahu problem apa yang sedang dihadapi seorang murid juga hal lainnya.

Inilah pentingnya sambutan yang diberikan guru kepada anak didiknya setiap waktu dan kesempatan. Wajah yang ramah disertai senyuman yang tulus ikhlas, insya Allah akan sedikit mencairkan kekesalan hati sang anak murid kita.. Sehingga mereka dapat menikmati aktivitas dan tanpa terbebani masalah di dunia pendidikan.

Senyuman juga merupakan implementasi akhlakul karimah. Salah satu kunci kesuksesan terletak di bidang akhlakul karimah. Begitu akhlak kita terhadap guru (muallim). 

Seberapa besar engkau berakhlak kepada gurumu maka sebesar itu kau akan mendapatkan al futuh (Keberkahan lewat wasilah guru) ” Bagaimana engkau memandang gurumu..??

Menjawab fenomena ini, salah seorang ulama tasawuf ternama Imam Ali bin Hasan al Aththas mengatakan : Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab2 batinnya), sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu .(Kitab al Manhaj as Sawiy : 217).

Kisah yang mengharukan lainnya dialami oleh Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku. (Kitab Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah : 155).

Bahkan dalan hal ini, Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya : Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yg dapat menghapusnya.

Habib Abdullah Al Haddad mengatakan Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati guru kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali . (Adaab Suluk al Murid : 54).

Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba-tiba Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khidir. Maka nabi Khidhir berkata, Tidakkah kau mengenalku? Murid itu menjawab, Ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidir. Nabi Khidir, kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku? Murid itu menjawab, Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu.(Kalam al Habib Idrus al Habsyi : 78).

Al Habib Abdullah al Haddad berkata : Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, Perintahkan aku ini, berikan aku ini, karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya . (Ghayah al Qashd wa al Murad : 2/177).

Sementara itu para ulama ahli hikmah mengatakan, Barangsiapa yang mengatakan, kenapa? Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya . (Al Fataawa al Hadiitsiyyah : 56). Para ulama hakikat mengatakan, 70% ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan ( batin, adab dan baik sangka ) antara murid dengan gurunya .

Beranjak dari itu kita sangat berharap dengan ridha dan futuh serta senyuman sang guru mampu menghantarkan kita menjemput ridha-Nya untuk diimplemntasikan dalan kehidupan sehari-hari menuju kehidupan esok yang lebih baik.

Senyuman sang guru itu laksana The Power Of Love yang mampu menembus sekat ilahi. Sekali lagi kita berharap semoga kita semua termasuk sosok murid yang baik dan mendapat berkah dari guru kita. Semoga..!!!

Wallahu Muwaffiq Ila ‘Aqwamith Thariq

Helmi Abu Bakar el-langkawi, pecinta kopi dan kajian agama asal Ulee Glee, Pidie Jaya