Kisah Imam Masjid dan Sopir Bus

 
Kisah Imam Masjid dan Sopir Bus

Foto: Ilustrasi

LADUNI.ID, Jakarta - Seorang imam masjid di London (Inggris) yang biasaa naik bus untuk bepergian. Kadang-kadang ia membayar ongkosnya langsung pada sopir bus (bukan kondektur).

Suatu kali ia membayar ongkos bus, lalu segera duduk setelah menerima kembalian dari sopir. Setelah dia hitung, ternyata uang kembalian dari sopir ada kelebihan 20 sen.

Ada niatan sang imam untuk mengembalikan sisa kembaliannya itu karena memang bukan haknya. Namun terlintas pula dalam benaknya untuk tidak mengembalikannya, toh hanya uang receh yang tak begitu bernilai.

Umumnya orang juga tak ambil pusing dalam hal begini. Lagi pula, berapa sen pula yang didapat sang sopir karena sisa pembayaran penumpang yang tidak dikembalikan oleh kebanyakan sopir karena hanya receh, artinya sopir tidak rugi kalau ia tidak mengembalikan receh 20 sen itu.

Bus berhenti di halte pemberhentian sang imam. Tiba-tiba sang imam berhenti sejenak sebelum keluar dari bus, sembari menyerahkan uang 20 sen kepada sopir dan berkata,

“Maaf ini uang anda, kembalian tadi ada kelebihan 20 sen yang bukan hak saya...”

Tanpa disangka tanpa diduga, si sopir mengacungkan jempol seraya berkata:

“Anda berhasil !," kata Sopir bus

“Apa maksud anda?," tanya sang imam masjid.

“Bukankah anda imam baru di kota ini?”, tanya si sopir.

“Iya, betul”, jawab sang imam.

Si sopir kemudian tersenyum dan berkata,

“Sebenarnya sejak beberapa hari ini saya ingin datang ke masjid anda untuk belajar dan memeluk Islam, tapi timbul keinginan di hati saya untuk menguji anda sebagai imam masjid, apa benar Islam itu seperti yang saya dengar: Jujur, amanah dan sebagainya. Saya sengaja memberikan kembalian berlebih dan anda berhasil. Saya bersedia masuk Islam melalui bimbingan anda," ujar sopir tersebut.

Alangkah tercengangnya sang imam masjid tersebut, sambil beristighfar berkali-kali menyesali apa yang dipikirkannya tadi.
Hampir saja ia kehilangan kepercayaan hanya dengan uang 20 sen itu.

“Ya Allah, hampir saja saya menjual Islam hanya dengan 20 sen saja.” (al-Brithani wa amaanatul Imam, Ahmad Khalid al-Utaiby).

****

Rasulullah ﷺ menganjurkan kepada kita untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia. Sebab sifat jujur merupakan alamat ke-Islaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut.

Saudara-saudariku sekalian.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk senantiasa bersikap jujur,
amanah dan berakhlak mulia sebagai seorang muslim sejati dimana pun kita berada. Berhiaslah dengan akhlak yang mulia.

Tabik,
Artikel ini pernah dimuat di majalah Ar Risalah edisi 162