Konsultasi Psikologi: Aku Mencemaskan Anakku

 
Konsultasi Psikologi: Aku Mencemaskan Anakku

Assalamu’alaikum wr wb

Perkenalkan, saya F (ayah dari 3 orang anak), usia hampir 44 tahun. Anak saya yang pertama, laki-laki,sekarang kelas tujuh (kelas satu SMP). Adiknya, perempuan, kelas lima SD dan yang bungsu, laki-laki berusia 3 tahun. Saat ini istri saya sedang hamil lagi. Saya berpikir, rentang yang sangat jauh dengan anak-anak saya, terutama anak ketiga dan kelak keempat, Insya Allah, membuat saya kadang khawatir tidak bisa mengimbangi dunia anak-anak saya. Misalnya saja, ketika anak saya yang ketiga berumur 12 tahun atau kelas 6 SD, berarti saat itu saya sudah berumur 53 tahun, Insya Allah kalau diberi umur panjang. Jangan-jangan orang-orang berpikiran bahwa ketika saya mengantar anak saya ke sekolah, mereka mengira saya sedang mengantar cucu bukan anak. Saya khawatir tidak bisa mendidik anak dengan optimal kelak. Mengingat saat anak-anak sedang tumbuh berkembang, saya tidak lagi muda saat itu. Belum lagi kalau kelak anak keempat, lahir. Makin lama saya memikirkan hal ini, makin cemas dan akhirnya khawatir. Mohon bantuan untuk mengatasinya, Pak. Terima kasih banyak untuk jawabannya.

Wa’alaikumsalam wr wb

R di Bogor

Jawaban:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam perkenalan juga, Pak. Alhamdulillah bisa bertambah saudara melalui media ini. Terima kasih sudah bersedia berbagi cerita dengan kita di sini. Saya mengapresiasi Bapak, karena berani menceritakan kondisi yang Bapak alami, selain itu karena Bapak menunjukkan perhatiannya yang begitu besar terhadap pendidikan anak. Kecemasan yang Bapak alami sebenarnya menunjukkan bahwa Bapak ingin anak-anak Bapak mendapatkan pendidikan dan bisa berkembang dengan baik.

Kecemasa sebenarnya dalam kadar yang wajar adalah hal yang wajar dan bahkan bisa menjadi baik. Dengan merasa cemas, maka kita akan mengantisipasi hal-hal negatif agar tidak terjadi. Juga, kita akan berhati-hati dalam bertindak. Namun demikian, kecemasan yang kita ikuti terus menerus dan kita biarkan bertambah besar lama-lama bisa berakibat negatif. Semakin kita cemas, semakin besar emosi negatif menyelubungi diri kita sehingga kita tidak akan bisa berpikir jernih kembali. Selain itu, cemas yang begitu besar juga bisa berpengaruh terhadap pikiran kita, sehingga kita tidak bisa fokus, pekerjaan juga nantinya bisa terganggu. Kecemasan juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan kita.

Oleh karena itu, saran saya, Bapak tidak perlu mencemaskan tentang kondisi Bapak dan anak-anak. Sadarilah bahwa semuanya terjadi atas kehendak dan anugerah Allah SWT dan semua pemberianNya pasti bermanfaat dan baik. Allah ketika mengasihkan sesuatu, pasti akan menjaminnya. Ketika Allah memberi Bapak anak kembali di saat anak Bapak yang bungsu masih 3 tahun, yakinlah bahwa Allah akan menjamin semuanya dan Allah Maha Bertanggung Jawab atas segala ciptaanNya. Bapak tidak perlu risau tentang hal itu.

Adapun terkait tentang kekhawatiran adanya selisih usia yang jauh, sehingga dikhawatirkan tidak bisa mendidik dengan baik, memang harus disiasati agar perkembangan anak Bapak bisa optimal, di antara caranya:

Pertama, bersikaplah natural. Ketika sedang bermain dengan anak, bersikaplah secara alami, tidak perlu dibuat-buat. Sikap yang alami akan membuat kita bisa lebih lepas dan tidak berjarak dengan anak.

Kedua, berikan perhatian sepenuhnya kepada anak. Perhatian yang penuh sangat penting diberikan ketika sedang bersama anak. Ketika bermain dengan anak, kita jangan setengah-setengah dalam memberikan perhatian, misalnya kita sambil main HP atau sambil mengerjakan hal lain. Dengan perhatian yang penuh, kebutuhan anak menjadi terpenuhi.

Ketiga, jangan malu menjadi “anak”. Usia Bapak yang sudah dewasa jangan menjadi hambatan untuk bermain dengan anak. Ketika sedang bersama anak, Bapak perlu untuk menjadi “anak” juga. Jangan sungkan-sungkan untuk bertingkah seperti anak kecil, sehingga anak merasa benar-benar menikmati momen bersama orang tuanya. Selami kehidupan anak-anak dari sudut pandang anak.

Keempat, jangan malu menjadi orang tua. Bapak tidak perlu malu ketika sedang bersama anak Bapak yang paling kecil. Tidak usah pedulikan tanggapan orang lain. Tepis pikiran-pikiran negatif yang muncul. Tidak ada alasan untuk menjadi malu, karena mereka adalah anak kandung Bapak. Jangan biarkan rasa malu itu menjadi hambatan hubungan antara Bapak dengan anak-anak,

Kelima, jalani saja dengan penuh kesadaran. Masa depan adalah sesuatu yang belum terjadi, sehingga Bapak tidak perlu mencemaskan terlalu besar. Jalani dan hadapi saja kehidupan saat ini yang sedang terjadi. Dengan memberikan perhatian penuh kepada kehidupan saat ini, maka kecemasan itu akan hilang dengan sendirinya, karena Bapak sibuk dengan saat sekarang bersama anak-anak.

Mungkin itu sedikit yang bisa saya bagikan. Semoga bermanfaat dan selamat sudah akan bertambah menjadi empat anaknya, Pak.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam hormat

Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M.Psi, SPsi
(Dosen Universitas Gunadarma – Instagram @fakhrurrozi)