Bulliying Bukan Hal Sepele

 
Bulliying Bukan Hal Sepele

LADUNI.ID, Jakarta - Secara harfiah bullying adalah kekerasan, ancaman, atau paksaan yang dilakukan seseorang untuk menindas orang lain dengan cara yang tidak baik.

Alasannya begitu beragam, tapi biasanya seseorang melakukan bullying karena tidak menyukai individu lain atau hanya untuk kesenangan,kepuasan pribadi atau bisa saja karena ikut-ikutan.

Hingga kini, kasus bullying masih ada di mana-mana. Baik itu di sekolah, di kantor, di dunia maya ataupun lingkungan sosial lainnya.

Aksi bullying yang sering terjadi juga bermacam-macam, baik secara fisik maupun mental. Mulai dari menampar, memukul, menendang, menghina, mempermalukan, mencibir, menjatuhkan atau menghindari untuk berteman, dan masih banyak lagi.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasa Putra menjelaskan, sejak tahun 2011 hingga 2016 pihaknya telah menemukan sekitar 23 ribu kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap anak.

Namun, khusus untuk bullying, tercatat ada sekitar 253 kasus. Jumlah tersebut terdiri dari 122 anak yang menjadi korban dan 131 anak yang menjadi pelaku.

Bullying bukanlah hal sepele karena hal tersebut dapat mengancam gangguan kesehatan, fisik, dapat mengubah orang baik menjadi jahat bahkan aksi bullying bisa menjadi ide gerbang kematian untuk setiap korbannya.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah bullying adalah dengan memberikan penanaman pembiasaan baik pada setiap anak.Hal baik yang dilakukan terus-menerus akan menjadi kebiasaan positif dan tumbuh menjadi karakter dalam diri anak.

Ajarkan anak untuk “melawan” jika orang-orang disekitarnya melakukan hal-hal yang tidak selayaknya kepada dirinya baik itu perbuatan ataupun perkataan.

Kontrol pergaulan, kesanagannya dan media sosial yang digunakan, apa lagi yang masih dibawah umur, sangat perlu pengawasan ketat agar bisa memilih pergaulan yang jauh dari bullying.

Salah satu penyebab anak mendapat perlakuan bullying adalah tidak ditanamkannya sikap untuk “membela diri” atau melakukan perlawanan jika mendapat kejadian tidak menyenangkan oleh orang lain.

Korban bullying sangat rentan depresi, sehingga peran orang tau sangatlah penting mempelajari karakter anak, ajarkan hal-hal baik serta nilai-nilai agama, dan sesering mungkin menasehati anak dalam kebaikan serta bijak melakukan sosial media ,mengabaikan hal-hal yang tidak penting serta tidak sembarang memposting atau mengkomen sesuatu yang dapat merugikan orang lain.

Jangan memaksa korban bullying melawan atau membela diri disaat dirinya tidak siap atau belum mampu untuk melawan. Karena akan semakin membuat korban merasa terkucilkan dan depresi.

Siapkan mental anak bahwa kita tidak bisa mengontrol semua orang suka terhadap kita dan keadaan juga tidak selalu berpihak kepada kita. Tapi kita bisa berdamai dengan keadaan itu sehingga bisa melewatinya dan mengabaikan segala komentar negatif yang dapat membuat kita merasa lemah.

Korban bullying sangat rentan depresi maka dari itu ketika sudah menjadi korban,peran orang tua, keluarga dan lingkungan sangat-sangatlah berperan penting untuk memberikan motivasi dan nasehat baik agar korban punya semangat baru untuk bangkit bukan malah memarahinya karena tidak dapat membela diri, setiap orang tua harus peka terhadap kondisi psikologis anak apakah anak tersebut mampu atau tidak untuk melawan.

Salah satu koran di Bandung pada 2 tahun lalu pernah memberitakan ada anak korban bullyi yang akhirnya depresi dan memilih bunuh diri. Hal tersebut dilakukan karena ia tidak mendapat dukungan moril dari keluarga. Ia “dipaksa” untuk melawan temannya yang melakukan bully sementara di sisi lain ia tidak siap, kejadian-kejadian seperti ini tidak bisa kita pungkiri masih ada yang terjadi di sekitar kita.

Mengatasi korban bullying adalah tugas kita bersama, karena korban dan palaku bullying bisa saja ada di sekitar kita.

Dengan demikian, Insyaallah kita akan mampu menumbuhkan nuansa yang baik bagi generasi penerus bangsa untuk tumbuh dengan karakter yg baik, hingga mereka bisa memberikan banyak manfaat yang penuh berkah di tengan-tengah keluarga dan orang-orang sekitarnya.


*) Oleh Sutanti Idris, S.E., Mantan Sekretaris PMII Rayon Ekonomi UMI