Biografi KH. Dalhar, Pengasuh Pesantren Darussalam Watucongol

 
Biografi KH. Dalhar, Pengasuh Pesantren Darussalam Watucongol
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Murid-Murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Menjadi Pengasuh Pesantren
4.2  Masa Penjajahan

5.    Karya-Karya
6.    Chart Silsilah Sanad
7.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Dalhar lahir pada tanggal 10 Syawal 1286 H / 12 Januari 1870 M. di Kawasan Pondok Pesantren Darussalam, Watucongol, Muntilan, Magelang.

Nasab KH. Dalhar tersambung pada trah Raja Mataram, Amangkurat III. Ayah KH. Dalhar bernama KH. Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo. Pada waktu perjuangan Perang Jawa, KH. Abdurrauf membantu Diponegoro berjuang di tanah Jawa.

KH. Abdurrauf dikenal sebagai salah satu Panglima Perang Diponegoro, membantu laskar pada Perang Jawa. Dari silsilah Kyai Hasan Tuqo, tersambung kepada Raja Amangkurat III (memerintah 1703-1705), atau Amangkurat Mas. Kyai Hasan Tuqo memiliki nama ningrat, yakni Raden Bagus Kemuning.

Pada waktu itu, Kyai Hasan Tuqo tidak senang berada di kawasan Keraton, serta memilih untuk memperdalam ilmu agama. Kyai Hasan Tuqo kemudian memilih menyepi di kawasan Godean, Yogyakarta. Nama desa Tetuko sampai sekarang masih masyhur sebagai petilasan Kyai Hasan Tuqo.

Pada waktu Perang Jawa (1825-1830) terjadi, Pangeran Diponegoro dibantu oleh barisan kyai yang berjuang untuk melawan Belanda. Di antaranya, tercatat nama Kyai Modjo, Kyai Hasan Besari, Kyai Nur Melangi, serta Kyai Abdurrauf. Putra Kyai Hasan Tuqo, Kyai Abdurrauf inilah yang mendapat tugas sebagai panglima Perang Diponegoro, yang menjaga kawasan Magelang.

Pada kisaran awal abad 19, kawasan Magelang menjadi jalur penting dalam ekonomi dan politik, karena menjadi titik pertemuan dari kawasan Yogyakarta menuju Temanggung dan Semarang di daerah pesisiran. Kyai Abdurrauf menjadi panglima untuk menjaga wilayah Magelang, serta memberi pengaruh penting penganut Diponegoro di kawasan ini.

Demi menjaga kawasan Magelang dan mendukung pergerakan Diponegoro, Kyai Abdurrauf bertempat di kawasan Muntilan, yakni di Dukuh Tempur, Desa Gunung Pring, Muntilan. Di kawasan ini, Kyai Abdurrauf mendirikan pesantren untuk mengajar ilmu agama kepada pengikutnya dan warga sekitar. Dukuh Santren di Desa Gunungpring menjadi saksi perjuangan dakwah dan militer Kyai Abdurrauf.

1.2 Wafat
KH. Dalhar wafat pada hari Rabu Pon, 29 Ramadhan 1890 – Jimakir (1378 H) atau bertepatan dengan 8 April 1959 M. Selain itu ada juga yang menyebutkan beliau wafat pada 23 Ramadhan 1959 M.

Lokasi Makam KH. Dalhar Watucongol berada di kompleks makam Kyai Raden Santri yang terletak di sisi barat kota Muntilan.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Dalhar mewarisi semangat dakwah dan perjuangan dari ayah dan kakeknya. Sejak kecil, beliau haus akan ilmu agama, dengan mengaji dan belajar di pesantren. Pada umur 13 tahun, Kyai Nahrowi (Kyai Dalhar kecil) mulai belajar di pesantren. Beliau mengaji kepada Mbah Kyai Mad Ushul di kawasan Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Di pesantren ini, Kyai Dalhar belajar ilmu tauhid selama 2 tahun.

Setelah itu, Kyai Dalhar kecil melanjutkan mengaji di kawasan Kebumen. Ayahnya menitipkan Kyai Dalhar di Pesantren Sumolangu, di bawah asuhan Syekh As-Sayyid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani, atau dikenal sebagai Syekh Abdul Kahfi Ats-Tsani. Ketika mengaji di Pesantren Sumolangu, Kyai Dalhar mengabdi di ndalem sang Syekh selama delapan tahun. Hal ini, merupakan permintaah Kyai Abdurrahman kepada Syekh Abdul Kahfi Ats-Tsani.

Pada tahun 1314 H/1896 M, putra Syekh Abdul Kahfi At-Tsani berniat untuk belajar di Makkah. Sang Syekh memerintah Kyai Dalhar agar menemani putranya, yakni Sayyid Muhammad Al-Jilani Al-Hasani. Di Makkah, dua pemuda pengabdi ilmu ini, diterima oleh Syekh Sayyid Muhammad Babashol Al-Hasani, yang merupakan kerabat dari Syekh Ibrahim Al-Hasani. Syekh Sayyid Muhammad Babashol, pada waktu itu merupakan Mufti Syafi'iyyah Makkah. Di rubath kawasan Misfalah, Kyai Dalhar bersama Syekh Muhammad Al-Jilani Al-Hasani bermukim selama mengaji di Makkah.

Pada tahun pertama Kyai Dalhar mengaji di Makkah, terjadi peristiwa penyerangan Hijaz oleh tentara Sekutu. Tanah Hijaz yang masuk dalam kuasa Turki Utsmani diserang oleh tentara sekutu. Syekh Muhammad Al-Jilani mendapat tugas untuk berjuang membantu perlawanan tanah Hijaz, setelah 3 bulan mengaji. Sedangkan, Kyai Dalhar beruntung dapat terus mengaji selama 25 tahun di tanah suci.

Di tanah Hijaz, nama "Dalhar" menemukan sejarahnya, yakni pemberian dari Syekh Sayyid Muhammad Babashol Al-Hasani, hingga tersemat nama Nahrowi Dalhar. Kyai Dalhar memperoleh ijazah mursyid Thariqah Syadziliyyah dari Syekh Muhtarom Al-Makki dan ijazah aurad Dalailul Khairat dari Sayyid Muhammad Amin Al-Madani.

Dari jalur thariqah inilah, Kyai Dalhar dikenal sebagai mursyid, sufi, ulama 'alim, sekaligus penggerak perjuangan pada masa kemerdekaan di Indonesia. Kyai Dalhar menurunkan ijazah thariqah syadziliyyah kepada 3 orang muridnya, yakni Kyai Iskandar Salatiga, Kyai Dhimyati Banten, dan Kyai Ahmad Abdul Haq.

Ketika mengaji di Makkah, secara istiqomah KH. Dalhar tidak pernah buang hadats di tanah suci. Ketika ingin berhadats, KH. Dalhar memilih pergi di luar tanah Suci, sebagai bentuk penghormatan. Inilah bentuk ta'dzim sekaligus sikap istiqomah KH. Dalhar yang telah teruji.

KH. Dalhar juga menjadi rujukan beberapa Kyai yang kemudian menjadi pengasuh pesantren-pesantren ternama. Di antara murid KH. Dalhar, yakni KH. Ma'shum (Lasem), KH. Mahrus Aly (Lirboyo), Abuya Dhimyati (Banten), KH. Marzuki Giriloyo serta Gus Miek.

KH. Dalhar adalah seorang di antara tiga wali yang termasyhur di Jawa Tengah. Ketiga wali itu adalah KH. Hamid Kajoran, Magelang, sebagai wali dakwah, dan KH. Dalhar sendiri sebagai wali hakikat. Akan tetapi, sejak KH. Dalhar wafat pada 1959 M, menurut sebagian pendapat, posisinya digantikan KH. Mangli, Muntilan, Magelang.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Mad Ushul, Magelang,
  2. Syekh As-Sayyid Ibrahim,
  3. Syekh Sayyid Muhammad Babashol Al-Hasani,
  4. Syekh Muhtarom Al-Makki,
  5. Sayyid Muhammad Amin Al-Madani,

3. Penerus

3.1 Murid-Murid

  1. KH. Ma'shum (Lasem),
  2. KH. Mahrus Aly (Lirboyo),
  3. Abuya Dhimyati (Banten),
  4. KH. Marzuki Giriloyo,
  5. KH. Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek).
  6. KH. Ahmad Abdul Haq,

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
Setelah pulang dari tanah suci, sekitar tahun 1900 M beliau kemudian meneruskan pondok kecil peninggalan nenek moyangnya di kaki bukit kecil Gunung Pring, Watucongol, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Kurang lebih 3 kilometer sebelah timur Candi Borobudur. Pondok pesantren kecil ini lambat laun tidak hanya dihuni oleh santri-santri sekitar eks Karasidenan Kedu saja namun sampai pelosok tanah Jawa.

Bahkan ketika masa-masa perang pra dan masa kemerdekaan, Pondok Pesantren Watucongol menjadi markas dan sekaligus tempat singgah para pejuang tentara bambu runcing yang datang dari Jogyakarta dan wilayah Jawa bagian barat seperti eks Karsidenan Banyumas dan sebagian dari Jawa Barat. Konon ceritanya, bambu runcing para pejuang harus di asmahizb dahulu oleh KH. Dalhar dan KH. Subekhi (Parak, Temanggung) sebelum menyerang markas penjajah Belanda di Ambarawa, Semarang.

4.2 Masa Penjajahan
Ketika era perjuangan melawan rezim kolonial, peran KH. Dalhar tidak bisa dilupakan. Para pejuang di kawasan Magelang, Yogyakarta, Banyumas dan kawasan Bagelen-Kedu datang ke pesantren KH. Dalhar untuk meminta doa. Oleh KH. Dalhar, para pejuang diberi asma', doa dan ijazah kekebalan, serta diberi bambu runcing yang telah diberi doa. Dikisahkan, ketika para pejuang menggempur Belanda di kawasan Benteng Ambarawa, dimudahkan oleh Allah dengan semangat dan kekuatan. Dorongan doa dan semangat yang diberikan KH. Dalhar serta beberapa kyai lainnya, menambah daya juang para santri untuk bertempur mengawal kemerdekaan.

Pertempuran laskar santri dan pemuda melawan tentara sekutu, meletus pada 21 November 1945. Atas desakan laskar dan tentara rakyat, yang dikomando oleh Jendral Soedirman, tentara sekutu mundur ke Semarang.

Namun, mundurnya sekutu juga membuat ribut di Ambarawa, yang kemudian disebut Palagan Ambarawa. Pada perang ini, Laskar Hizbullah dari Yogyakarta dan kawasan sekitar, bersatu dengan beberapa tentara rakyat mengepung Ambarawa. Laskar Hizbullah Yogyakarta mengirim Batalyon Bachron Edrees, tepatnya di kawasan Jambu dan Banyubiru.

Front Ambarawa dikepung dari beberapa penjuru. Kawasan Selatan dikepung pasukan gabungan dari Surakarta dan Salatiga. Utara ditempati pasukan Kedu dan Ambarawa, dari sisi Timur hadir pasukan Divisi IV BKR Salatiga.

Pihak Belanda dan tentara Sekutu bermarkas di Komplek Gereja Margo Agung, serta pos militer di perkebunan. Laskar santri di bawah komando Bachron Edress berhasil mengakses front Ambarawa. Laskar-laskar santri dan pemuda yang bertempur di Ambarawa, sebagian besar sowan ke KH. Dalhar Watucongol dan KH. Subchi Parakan untuk minta doa sebelum bergerilya.

5. Karya-Karya
KH. Dalhar dikenal menulis beberapa kitab, di antaranya: Kitab Tanwir Al-Ma'ani, Manaqib Syaikh As-Sayyid Abdul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar As-Syadzili Al-Hasani, Imam Tariqah Saydziliyyah.

Karya KH. Dalhar yang sementara ini dikenal dan telah beredar secara umum adalah Kitab Tanwirul Ma’ani. Sebuah karya tulis berbahasa Arab tentang manaqib Syeikh As-Sayid Abil Hasan ‘Ali bin Abdillah bin Abdil Jabbar As-Syadzili Al-Hasani, imam thariqah As-Syadziliyyah.

Selain daripada itu sementara ini masih dalam penelitian. Karena salah sebuah karya tulis tentang sharaf yang sempat diduga sebagai karya beliau setelah ditashih kepada KH. Ahmad Abdul Haq ternyata yang benar adalah kitab sharaf susunan Syekh As-Sayid Mahfudz bin Abdurrahman Somalangu. Karena beliau pernah mengajar di Watucongol, setelah menyusun kitab tersebut di Tremas. Dimana pada saat tersebut belum muncul tashrifan ala Jombang.

6. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Dalhar Watucongol dapat dilihat DI SINIdan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.

7. Referensi
NU Online

Artikel ini sebelumnya diedit pada tanggal 8 April 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 12 Januari 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya