Benarkah Perempuan Kurang dalam Akalnya? Ini Faktanya

 
Benarkah Perempuan Kurang dalam Akalnya? Ini Faktanya

LADUNI.ID, Jakarta - Pada zaman Romawi kuno, perempuan dianggap dan dinilai hanya sebagai beban keluarga yang tidak ada gunanya selain budak pelampiasan nafsu birahi semata. Tidak hanya itu, perempuan juga dianggap tidak berhak mendapatkan kesejahteraan.

Anggapan wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki di zaman sekarang ini juga masih sangat sering kita temui. Salah satunya pada kasus kesalahan dalam memahami makna sebuah hadis:

 ﻣﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﻣﻦ ﻧﺎﻗﺼﺎﺕ ﻋﻘﻞ ﻭﺩﻳﻦ

(Wanita kurang dalam akal dan agamanya).

Dengan sepenggalan hadis tersebut, beberapa orang beranggapan kalau wanita itu benar-benar kurang dalam akalnya, kurang cerdas jika dibandingkan dengan laki-laki (makanya kalau melihat wanita yang cerdas mengungguli laki-laki malah terheran-heran, dan dibilangin langka). Bahkan, wanita juga dianggap tidak bisa berbuat banyak dan sebagaianya hingga pada tingkat penganiayaan.

Pendeknya pemahaman tersebut, tentunya sangat disayangkan, sebab mencederai makna dari hadis itu sendiri. 

Padahal hadis tersebut menjelaskan kalau Wanita kurang dari segi akalnya dilihat dari fakta pada kebanyakan kasus, di mana wanita memang lebih mengedepankan perasaan dari pada akal pikirnya (penilaian secara umum bukan perorangan, kalau dinilai perorangan bisa berbeda hasilnya). Hal tersebut terjadi karena perempuan lebih sering menggunakan otak kanannya yang berkaitan dengan perasaan  (menggabungkan sosial dan ingatan).

Secara penciptaan emosi, wanita memang lebih dominan. Itu bukan berarti wanita lebih rendah dari pria, justru emosional wanita dibutuhkan dalam beberapa hal, seperti; emosional dalam mendidik anak. Di mana kebanyak laki-laki tidak bisa mengambil peranan ini.

Jika dikatakan otak laki-laki 10% lebih besar dibandingkan dengan otak perempuan, hal tersebut tidak bisa dijadikan suatu pegangan. Pasalnya, hippocampus (menyimpan memori) perempuan lebih besar dari laki-laki. Inilah yang menjadi salah satu kenapa wanita lebih cepat menangkan dan menyimpulkan informasi bahkan 5 kali lipat dibandingkan dengan laki-laki.

Jadi, bentuk ataupun besarnaya otak tersebut tidak bisa dijadikan tolak ukur suatu kecerdasan seseorang. Apalagi melibatkan jenis kelamin.

Selanjutnya Kurang dari segi agama: hal ini karena wanita lebih sedikit tuntutannya dalam ibadah; sebab ada masa di mana wanita tidak bisa melakukan ibadah shalat, puasa (Haidh, Nifas). Dan kembali lagi, kemuliaan diukur dari takwa perindividu. Berapa banyak wanita yang derajatnya justru lebih tinggi dari derajat laki-laki, karena sewaktu haidh, nifas wanita masih bisa mengerjakan berbagai hal kebaikan yang bernilai ibadah (dzikir, sedekah dan lain-lain). Begitu juga dengan laki-laki walau setiap saat, ia memiliki waktu dalam mengerjakan tuntutan ibadahnya, banyak juga di antara mereka yang lalai. Allahu a’lam.

Jadi, baik laki-laki dan perempuan adalah sama-sama makhluk yang berhak mendapat kesejahteraan, sama-sama makhluk ciptaan paling mulia (Al- Israa’ 70), posisi yang sama di hadapan Allah, pembeda hanya lah iman dan ketaqwaannya, bukan jenis kelaminnya (Al- Hujurat, 13). Wanita dan laki-laki juga sama-sama mendapat ganjaran yang lebih ketika melakukan amal kebajikan (An-Nahl, 97).

Bila tetap dikatakan laki-laki lebih mengungguli wanita dalam segala hal, bukankah laki-laki sebelum ia ke dunia pernah dititipkan dalam rahim seorang wanita? (Al-Mu'minun, 12-14). Allahu a’lam.(*)

***

Penulis: F. Yuman Hasibuan
Editor: Muhammad Mihrob

________________________
Referensi:
- Kilas Balik 'Kegilaan' Praktik Seksual pada Zaman Romawi Kuno
Are Male and Female Brains Different?

The brains of men and women aren’t really that different, study finds
Neuroscientists explore differences in male, female brains
10 Things Every Woman Should Know About a Man's Brain
The Differences Between Men and Women’s Brains