Khubah Jumat: Kemuliaan Malam Lailatul Qodar

 
Khubah Jumat: Kemuliaan Malam Lailatul Qodar

KHUTBAH PERTAMA :

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ، وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (النمل: ٨٩-٩٠) ـ  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.  

Hadirin yang dirahmati oleh Allah,

Ramadhan telah memasuki pertengahan terakhir.Pada pertengahan terakhir bulan ramadhan inilah al-Quran diturunkan. Bersamaan dengan turunnya Al-Quran itu, Allah Swt melimpahkan keberkahan tersendiri.Itulah malam lailatul qadar Malam yang disebutkan Al-Quran sebagai khirun min alfi syahrin.Malam yang nilai ibadah di dalamnya sepadan dengan ibadah seribu bulan.

Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ -١- وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ -٢- لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ -٣- تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ -٤- سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ -٥-

Yang artinya :“ (1). Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar.(2). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? .(3).Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.(4).Pada malam itu turun para malaikat dan Roh (Jibril) dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur semua urusan.(5).Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5).

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengibaratkan lailatul qadar sebagai malam terbukanya alam malakut.Hal itu berdasarkan penafsiran Imam Ghazali terhadap kalimat tanazzalul malaikatu warruhu fiiha bidznirobbihim.Terbukanya alam Malakut di malam lailatul qadr merupakan tamsil dari kisah turunnya wahyu pertama di Gua Hira. Bahwa pada malam tersebut, Nabi bertemu dan dipeluk oleh Malaikat Jibril, seraya diminta untuk membaca (surat Al-Alaq).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Tentang alam malakut ini, para ulama sufi, termasuk Imam Ghazali dan Imam Abu Thalib Al-Makki menyebutnya sebagai fase terbukanya bashirah atau mata hati seseorang, sehingga dapat merasakan kehadiran para malaikat. Sebagian mendefinisikan sebagai kemampuan melihat cerminan jiwanya, atau jati diri (ruhani)nya dan orang lain.Alam malakut ini, konon hanya mampu dilihat oleh para malaikat dan mahluk yang tingkat spiritualitasnya setara dengan malaikat.Yakni mereka yang berpikiran bersih dan hati yang tulus.

 Prof. Nasaruddin Umar menerangkan bahwa tingkatan Alam Malakut ini berada di bawah Alam Jabarut dan Alam Lahuut yakni Alam ilahiah, yang dicapai oleh mereka yang memperoleh anugerah marifatullah atau mengenal dan merasakan kehadiran Allah di segala situasi. Pencapaian mukasyafah tersebut, hanya bisa diraih dengan riyadhah atau latihan yang bersungguh-sungguh dalam mensucikan diri dan jiwa (tazkiyatun nafs).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sementara, Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya Tafsir Munir atau juga dikenal dengan Tafsir Marah Labid, mengungkapkan bahwa malam yang mulia itu dinamakan malam lailatul qadar, lantaran Allah Swt menentukan taqdir setiap orang pada malam al-qadar. Sebagai malam penentuan. Hal senada diungkapkan oleh Imam Ibnu Katsir dengan mengutip hadist yang diriwayatkan oleh Imam Qatadah, bahwa makna kalimat Min kulli amrin  pada ayat ke empat dari surat Al-Qadr, adalah waktu, di mana segala urusan diputuskan.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keistimewaan lailatul qadar sebagai malam turunnya para malaikat untuk mengamini doa hamba-hamba Allah yang beribadah sepenuh hati karena Allah, juga menjadi ruang untuk meminta kepada Allah, agar memperoleh takdir yang baik pasca Ramadhan hingga Ramadhan tahun berikutnya. Wallahu A'lam.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Membaca Qunut di Akhir Witir

Keutamaan malam lailatul qadar ini kerap menjadi motivasi umat islam untuk meningkatkan amaliahnya. Sebagian lain berupaya mencari waktu yang tepat, kapan dan malam ke berapa Ramadhan, lailatul  qadar turun pada tahun ini. Tiada yang salah dengan tradisi tersebut.Sebab Nabi Muhammad Saw pun memerintahkan para sahabat mencarinya. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA, dan dishohihkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim,

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

Dalam kitab Sunan Attirmidzi, diungkapkan hadist tersebut bermula dari riwayat Siti Aisyah yang mengishkan bahwa Nabi Muhammad Saw, mengintensifkan ibadahnya, dengan beri'tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, untuk meraih lailatul qadar.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

 أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ  

KHUTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

DO'A KHUTBAH:

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ