Tiga Hal yang dapat Merusak Keikhlasan

 
Tiga Hal yang dapat Merusak Keikhlasan
Sumber Gambar: foto (ist)

Laduni.ID Jakarta – Dengan beramal sholeh bahwa menunjukan seseorang beriman kepada Allah Swt hingga hari pembalasan kelak. Namun terdapat amalan yang dapat merusak keikhlasan sehingga menyebabkan amalan tersebut bisa saja tidak diterima oleh Allah Swt.

Ikhlas merupakan amalan hati yang sangat penting. Karena ikhlas menjadi pokok dari agama Islam. Di samping itu juga ikhlas menjadi inti sari dan ruh dari ibadah. Maka amalan ibadah yang sesuai tuntunan Nabi Saw tidak akan diterima oleh Allah kecuali apabila dilakukan dengan niat yang ikhlas. Ada beberapa hal yang bisa merusak keikhlasan yaitu:

Riya’ ialah memperlihatkan suatu bentuk ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu orang-orangpun memujinya. Terdapat bentuk detail dari perbuatan riya’ yang sangat tersembunyi, atau disebut dengan riya’ khafiy’ yaitu:

1. Seseorang sudah secara diam-diam melakukan ketaatan yang ia tidak ingin menampakkannya dan tidak suka jika diketahui oleh banyak orang, akan tatapi bersamaan dengan itu ia menyukai kalau orang lain mendahului salam terhadapnya, menyambutnya dengan ceria dan penuh hormat, memujinya, segera memenuhi keinginannya, diperlakukan lain dalam jual beli (diistimewakan), dan diberi keluasan dalam tempat duduk. Jika itu semua tidak iadapatkan ia merasa ada beban yang mengganjal dalam hatinya, seolah-olah dengan ketaatan yang ia sembunyikan itu ia mengharapkan agar orang selalu menghormatinya.

Baca Juga: Mengapa disebut Surat Al-Ikhlas? Inilah Jawabannya

2. Menjadikan ikhlas sebagai wasilah (sarana) bukan maksud dan tujuan. Syaikhul Islam telah memperingatkan dari hal yang tersembunyi ini, beliau berkata: “Dikisahkan bahwa Abu Hamid AlGhazali ketika sampai kepadanya, bahwa barangsiapa yang berbuat ikhlas semata-mata karena Allah selama empat puluh hari maka akan memancar hikmah dalam hati orang tersebut melalui lisanya (ucapan)” , berkata Abu Hamid: “Maka aku berbuat ikhlas selama empat puluh hari, namun tidak memancar apa-apa dariku, lalu kusampaikan hal ini kepada sebagian ahli ilmu, maka ia berkata: “Sesungguhnya kamu ikhlas hanya untuk mendapatkan hikmah, dan ikhlasmu itu bukan karena Allah semata.” Kemudian Ibnu Taymiyah berkata: “Hal ini dikarenakan manusia terkadang ingin disebut ahli ilmu dan hikmah, dihormati dan dipuji manusia, dan lain-lain, sementara ia tahu bahwa untuk medapatkan semua itu harus dengan cara ikhlas karena Allah. Jika ia menginginkan tujuan pribadi tapi dengan cara berbuat ikhlas karena Allah, maka terjadilah dua hal yang saling bertentangan. Dengan kata lain, Allah di sini hanya dijadikan sebagai sarana saja, sedang tujuannya adalah selain Allah.”

3. Yaitu apa yang diisyaratkan Ibnu Rajab beliau berkata: “Ada satu hal yang sangat tersembunyi, yaitu terkadang seseorang mencela dan menjelek-jelekan dirinya dihadapan orang lain dengan tujuan agar orang tersebut menganggapnya sebagai orang yang tawadhu’ dan merendah, sehingga dengan itu orang justru mengangkat dan memujinya. Ini merupakan pintu riya’ yang sangat tersembunyi yang selalu diperingatkan oleh para salafus shaleh.”

Baca Juga: Fadhilah dari Surat Al-Ikhlas

Sum’ah, yaitu beramal dengan tujuan untuk didengar oleh orang lain (mencari popularitas).

· ‘Ujub, masih termasuk kategori riya’ hanya saja Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membedakan keduanya dengan mengatakan bahwa: “Riya’ masuk didalam bab menyekutukan Allah dengan makhluk, sedang ujub masuk dalam bab menyekutukan Allah dengan diri sendiri. (Al fatawaa, 10/277)