Tauhid itu Apa? Ini Penjelasannya

 
Tauhid itu Apa? Ini Penjelasannya
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Sebagian menjawabnya sebagai mengesakan Allah dalam beribadah. Maksudnya menyembah Allah saja, tak bersama yang lain.

Jawaban di atas terlalu menyederhanakan masalah, sebab orang yang tindakannya beribadah pada Allah saja tapi dalam hatinya meyakini bahwa sesembahan lainnya juga ada dan benar bila disembah, maka ini syirik namanya dan sama sekali tidak bertauhid.

Contoh kasusnya seperti ini:

Ada orang pluralis sejati yang merasa semua agama di dunia ini benar dan menyembah Tuhan mana pun sama saja. Hanya saja dalam prakteknya orang ini selalu menyembah Allah, tak pernah menyembah yang lain. Ia bagaikan orang yang selalu makan nasi seumur hidup sebagai makanan pokok, tapi mengakui bahwa makanan lain juga bisa jadi makanan pokok. Ini belum bertauhid.

Ada orang yang sedang galau dalam mencari Tuhan yang benar. Kadang ia pergi ke gereja, kadang ke pura dan kadang ke masjid untuk beribadah. Ketika giliran di masjid, orang ini beribadah murni pada Allah saja dan doanya juga murni pada Allah saja. Apakah orang ini bertauhid saat itu? Tidak, sebab di hatinya ia mengakui eksistensi Tuhan lainnya meskipun sedang tak disembah.

Ini sama kasusnya dengan musyrikin Arab Jahiliyah yang ketika susah tiba-tiba banting setir murni berdoa pada Allah saja dan tak memohon pada berhala. Mereka tak bertauhid sebab di hatinya tak menafikan peran berhala sebagai sesembahan sehingga ketika kondisi normal maka balik pada berhala kembali.

Jadi, tauhid tak hanya soal beribadah pada siapa tetapi juga soal meyakini siapa yang layak disembah sebagai satu-satunya Tuhan di dunia. Inilah makna la ilaha illallah yang menafikan keberadaan Tuhan selain Allah dalam hati dan menafikan penyembahan pada selain Allah dalam tindakan. Keduanya harus ada, baru layak disebut bertauhid.

Kalau disebut bertauhid di satu sisi tapi tak bertauhid di sisi lain bagaimana? Ini ungkapan absurd seperti menyatakan bahwa pengendara itu hidup dengan otak kanannya saja tapi mati otak kirinya. Kalau hanya separuh otak yang hidup, itu artinya mati. Tak bisa disebut hidup di satu sisi dan mati di sisi lain. Hidup ya hidup, mati ya mati. Tauhid ya tauhid, syirik ya syirik.

Oleh: Kiai Abdul Wahab Ahmad


Editor: Daniel Simatupang