Kematian Adalah Anugerah bagi Seorang Mukmin

 
Kematian Adalah Anugerah bagi Seorang Mukmin
Sumber Gambar: Ilustrasi/Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung

Laduni.ID, Jakarta – Bagi keluarga dan teman, kematian salah satu orang yang dicintai mungkin adalah sebuah musibah. Namun bagi orang mukmin yang baik, wafat atau kematian tidak lain adalah sebuah anugerah. Dalam hadis riwayat Imam Hakim yang beliau shahihkan disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «تُحْفَةُ الْمُؤْمِنِ الْمَوْتُ» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ

[الحاكم، أبو عبد الله ,المستدرك على الصحيحين للحاكم ,4/355]

"Anugrah seorang mukmin adalah kematian." (HR. Hakim no. 7900)

Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Mas'ud juga disebutkan:

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ: «لَيْسَ لِلْمُؤْمِنِ رَاحَةٌ دُونَ لِقَاءِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

[ابن المبارك، الزهد والرقائق لابن المبارك والزهد لنعيم بن حماد، ٦/١]

"Tidak ada istirahat yang sesungguhnya bagi seorang mukmin selain bertemu dengan Allah."

Kenapa kematian adalah anugerah bagi seorang mukmin? Imam Munawi menjelaskannya:

لأن الدنيا محنته وسجنه وبلاؤه إذ لا يزال فيه في عناء من مقاساة نفسه ورياضة شهواته ومدافعة شيطانه والموت إطلاق له من هذا العذاب وسبب لحياته الأبدية وسعادته السرمدية ونيله للدرجات العلية فهو تحفة في حقه وهو وإن كان فناءا واضمحلالا ظاهرا لكنه بالحقيقة ولادة ثانية ونقله من دار الفناء إلى دار البقاء (1) ولو لم يكن الموت لم تكن الجنة

[المناوي، فيض القدير، ٢٣٣/٣]

"Karena dunia adalah ujian, penjara dan cobaan berat baginya. Di mana dunia selalu menjadi tempat kepayahan baginya dalam memerangi nafsu dan syahwatnya serta melawan setan. Sehingga kematian adalah cara bagi dia untuk melepaskan segala beban dan siksaan tersebut. Kematian juga menjadi sebab baginya untuk memasuki kehidupan dan kebahagiaan abadi serta cara mendapatkan derajat yang tinggi. Karena itulah kematian adalah anugerah baginya. Kematian meski secara zhahir adalah kebinasaan dan kemusnahan tetapi pada hakikatnya adalah kelahiran kedua dan perpindahan dari dunia yang fana menuju tempat abadi. Andaikan tidak ada kematian tentu tidak ada surga."

Dalam acara Yasin dan Tahlil atas wafatnya Prof. Dr. Achmad Sjarwani, dr., Sp.B, Sp.OT(K) tadi saya mendengar bagaimana para rekan dan murid-murid beliau sangat sedih dan bersaksi atas kebaikan Al-Marhum. Namun di balik kesedihan tersebut saya sampaikan bahwa bagi beliau mungkin kematian adalah anugerah, karena beliau bisa mendapatkan balasan atas amal baiknya selama hidup.

Pelajaran berharga dari ini semua adalah bagaimana kita bisa berusaha menjadi orang baik yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Sehingga ketika kita wafat orang di sekitar bersaksi atas kebaikan kita dan mendoakan kita. Dalam sebuah syair disebutkan:

وَلَدَتْكَ أُمُّكَ بَاكِيًا مُسْتَصْرِخًا ... وَالنَّاسُ حَوْلَكَ يَضْحَكُونَ سُرَورًا

فَاحْرِصْ لِنَفْسِكَ أَنْ تَكُونَ إِذَا بَكَوْا ... فِي يَومِ مَوْتِكَ ضَاحِكًا مَسْرُورًا

[ابن كثير، البداية والنهاية ط الفكر، ٥٠/٢]

Ibumu melahirkanmu dalam kondisi menangis dan menjerit,
Sementara orang-orang di sekelilingmu tersenyum kerena gembira,
Maka berusahalah kamu untuk beramal sholeh untuk dirimu,
Agar tatkala mereka menangis di hari kematianmu,
Engkau meninggal dalam keadaan tersenyum dan gembira
.

Oleh: Gus Abdul Wahid Al-Faizin


Editor: Daniel Simatupang