Khutbah Jumat: Pertempuran Dua Ideologi Bersifat Antagonis

 
Khutbah Jumat: Pertempuran Dua Ideologi Bersifat Antagonis

KHUTBAH I

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Dalam kehidupan, sering dijumpai kelompok orang yang membanggakan harta miliknya, anak-anaknya, dan para pendukungnya, seolah-olah semua itu dapat memberi pertolongan pada mereka dari azab Allah s.w.t.. Sesungguhnya semua itu tidak akan dapat menolak azab Allah, meskipun mereka mengusahakan dengan berbagai cara untuk menebusnya. Mengenai ketidakmampuan harta milik seseorang, anak-anak, dan para pendukungnya untuk menyelematkan diri dari azab Allah, disebutkan dalam berbagai ayat al-Qur’an, antara lain:

يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ

 “(Yaitu) di suatu hari yang tidak berguna lagi harta dan anak-anak mereka. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. al-Syu’ara, 26:88-89).

Secara tegas, ayat ini menjelaskan bahwa setiap diri manusia pasti akan menjumpai Hari Pembalasan, yang pada hari itu tidak akan berfaedah lagi semua harta yang mereka miliki, anak-anak mereka, dan para pendukung mereka. Setiap orang bertanggung jawab terhadap amal perbuatannya masing-masing, satu sama lain tidak dapat saling menolong atau membantu.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Manusia sering membanggakan apa yang ada pada diri mereka seperti harta yang banyak, anak-anak, kerabat, dan para pendukungnya. Mereka mengira bahwa semua itu dapat menolong dan menyelamatkan mereka dari azab Allah. Kebanggan seperti itu adalah sangat menyesatkan dan membahayakan, sebagaimana digambarkan dalam ayat berikut ini:

وَقَالُواْ نَحۡنُ أَكۡثَرُ أَمۡوَٰلٗا وَأَوۡلَٰدٗا وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ

 “Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab”. (QS. Saba, 34:35).

Bantahan terhadap pernyataan mereka, disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an, antara lain disebutkan dalam ayat berikut ini:

وَمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُم بِٱلَّتِي تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعۡفِ بِمَا عَمِلُواْ وَهُمۡ فِي ٱلۡغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ

 “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anakmu yang mendekatkanmu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga)”. (QS. Saba, 34:37).

Setiap diri manusia tidak akan mampu menolak azab dari Allah s.w.t., meskipun mereka berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan harta dan anak-anak mereka. Hanya mereka yang beriman dan beramal shaleh yang akan memperoleh balasan kebaikan yang berlipat ganda. Mereka memperoleh kedudukan yang tinggi, keamanan, dan kebahagiaan yang maksimal di dalam syurga, tempat kebahagiaan yang paling luhur.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, akan memperoleh azab yang menyakitkan, yang disebabkan oleh dosa dan kesalahan mereka, sebagaimana yang dialami oleh Fir’aun dan para pendukungnya. Demikian juga umat Nabi Musa, umat Nabi Luth, umat Nabi Nuh, dan umat-umat Nabi lain yang menentang ajaran para Nabi dan Rasul tersebut. Para penentang kebenaran dan keadilan yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, akan mengalami kekalahan dalam kehidupan dunia ini. Mereka tercampakkan dalam kubangan kehinaan dan kenistaan dan di akhirat nanti akan digiring ke dalam neraka jahannam. Itulah seburuk-buruknya tempat kembali.

Di dalam sejarah lahirnya Islam, kita menemukan beberapa peperangan yang keras, yang bersumber pada dua ideologi yang bersifat antagonis. Ideologi kebenaran dan keadilan, yang diusung oleh kaum muslimin, dan ideologi kebatilan yang diusung oleh kaum musyrik Quraisy. Pasukan kaum musyrik Quraisy jumlahnya lebih besar, dan alat-alat perangnya lebih lengkap. Mereka terdiri dari sembilan ratus lima puluh orang, yang dipimpin oleh Utbah bin Rabi’ah, di antara mereka terdapat dua tokoh tokoh Quraisy yang sangat berpengaruh, Abu Sufyan dan Abu Jahal. Mereka mengerahkan seratus ekor kuda perang, tujuh ratus ekor unta, dan senjata yang lengkap dengan berbagai macam coraknya.

Kaum muslimin hanya berjumlah sekitar tiga ratus tiga belas orang. Dalam pasukan itu hanya terdapat sembilan puluh ekor unta dan dua ekor kuda perang. Kaum muslimin dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad s.a.w., pemegang benderanya dari kalangan kaum Muhajirin adalah Ali bin Abi Thalib, sedangkan dari kalangan kaum Anshar pemegang benderanya adalah Sa’ad bin Ubadah. Pihak kaum muslimin memiliki mental yang sangat kuat dan semangat juang yang sangat tinggi, mereka hanya berpedoman pada suatu hal, yaitu “Hidup Mulia atau Mati Syahid”. Maka, mereka mengerahkan berbagai kemampuannya dan strateginya yang sangat lihai yang diarahkan oleh Nabi akhir zaman Muhammad s.a.w.. Pasukan yang jumlahnya kecil secara perhitungan, tetapi mereka memiliki mental yang kuat, semangat juang yang tinggi, dan strategi yang memadai, akhirnya mendapat pertolongan Allah s.w.t., dan mencapai kemenagan yang gilang gemilang.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pasukan yang banyak, dengan peralatan yang lengkap, tetapi tidak memiliki mental yang kuat, dan daya juangnya juga lemah, serta tidak memiliki ideologi yang tangguh, akan dikalahkan oleh pasukan yang kecil tapi berkualitas. Karena itu, pepatah mengatakan: “Man Behind The Gun”, manusia yang ada di balik senjata itulah yang menentukan, bukan senjatanya sendiri. Istilah itu dikembangkan sekarang dengan ucapan: “Man Behind The Computer”, manusia yang ada di balik komputer itu yang menentukan, bukan komputernya.

Dalam al-Qur’an digambarkan, bahwa sebelum perang Badar itu berkecamuk, Allah s.w.t. menampakkan pada penglihatan mata orang-orang mukmin, pasukan kaum musyrik itu kelihatannya sedikit, meskipun kenyataannya berjumlah banyak. Demikianlah pasukan yang mentalnya kuat, tidak akan takut menghadapi musuh, meskipun jumlahnya lebh besar, dan peralatan perangnya lebih lengkap. Allah s.w.t. mengisyaratkan hal ini dalam salah satu ayat al-Qur’an:

وَإِذۡ يُرِيكُمُوهُمۡ إِذِ ٱلۡتَقَيۡتُمۡ فِيٓ أَعۡيُنِكُمۡ قَلِيلٗا وَيُقَلِّلُكُمۡ فِيٓ أَعۡيُنِهِمۡ لِيَقۡضِيَ ٱللَّهُ أَمۡرٗا كَانَ مَفۡعُولٗاۗ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرۡجَعُ ٱلۡأُمُورُ

 “Dan ketika Allah menampakkan mereka kepadamu sekalian, ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan matamu dan kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. dan hanya kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan”. (QS. al-Anfal. 08:44).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pertempuran dua ideologi yang bersifat  antagonis itu, yaitu ideologi kebenaran dan keadilan yang diusung kaum muslimin, dan ideologi kebatilan dan kekafiran yang diusung kaum musyrikin, akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin. Kejadian seperti ini terulang berkali-kali dari masa ke masa, sejak zaman Nabi-nabi terdahulu, sampai ke zaman Nabi Muhammad s.a.w., dan akan terus terjadi memasuki masa yang akan datang. Wallahu A’lam

َقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

  أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

أاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

____________________________
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA