Empat Tingkatan Bersuci Menurut Imam Ghazali

 
Empat Tingkatan Bersuci Menurut Imam Ghazali
Sumber Gambar: Pixabay / Pexels (ilustrasi foto)

Laduni.ID, Jakarta - Dalam ajaran islam sebelum mengerjakan ibadah terutama shalat, disyariatkan terlebih dahulu untuk melakukan bersuci atau thaharah. Hal ini Islam bertujuan untuk agar umatnya atau pemeluknya senantiasa membersihkan diri, baik lahir maupun batin.

Kebersihan sangat kental kaitannyadengan ibadah agung dalam agama Islam yaitu shalat. Shalat merupakan dialog rohani dengan tuhan. Oleh karena itu , kesucian merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi sebelum seseorang memasuki dialog rohani itu.

Thaharah secara harfiah artinya adalah bersih atau suci dari segala kotoran. Tapi sebagai istilah syara’ thaharah adalah mengerjakan sesuatu yang menyebabkan seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan shalat seperti menghilangkan hadas dan najis. Dapat disimpulkan, suci diartikan dalam dua arah: suci secara dzahir (kongkrit), sebagaimana suci dari najis dan kotoran, juga suci secara ma’nawi (abstrak), sebagaimana suci dari hadas. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:

ﻟَّﻤَﺴْﺠِﺪٌ ﺃُﺳِّﺲَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺘَّﻘْﻮَﻯٰ ﻣِﻦْ ﺃَﻭَّﻝِ ﻳَﻮْﻡٍ ﺃَﺣَﻖُّ ﺃَﻥ ﺗَﻘُﻮﻡَ ﻓِﻴﻪِ ۚ ﻓِﻴﻪِ ﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻳُﺤِﺒُّﻮﻥَ ﺃَﻥ ﻳَﺘَﻄَﻬَّﺮُﻭﺍ ۚ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﻄَّﻬِّﺮِﻳﻦَ

Artinya: “Sesungguh-nya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS al-Taubah [09]: 108).

Imam Al Ghazali Ihya Ulumuddin dalam bab Rahasia Thaharah memberikan empata tingkatan dalam bersuci sebagai berikut:

1. Menyucikan anggota tubuh dari hadats, najis dan kotoran.
2. Menyucikan diri dari perbuatan jahat dan dosa.
3. enyucikan hati dari akhlak tercela dan segala hal yang mendatangkan murka Allah SWT.
4. Menyucikan hati dari hal-hal selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah tingkatan kesucian para Nabi dan Shiddiqin.

Setiap kesucian tersebut adalah separuh dari pelaksanaan ibadah yang dilakukan setelahnya.


Disarikan dari Ihya Ulumiddin bab Rahasia Thaharah