Ketika Jibril Menyumpal Mulut Fir’aun untuk Menolak Keimanannya

 
Ketika Jibril Menyumpal Mulut Fir’aun untuk Menolak Keimanannya
Sumber Gambar: Freepik, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Segala bentuk kezaliman dan kejahatan merupakan tindakan yang sangat dibenci oleh Tuhan. Bahkan dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwa dua hal tersebut secara alami memang merupakan hal yang ingin dijauhi dan tidak ingin dilakukan oleh siapapun. Selain tindakan tersebut dibenci tuhan, juga dibenci oleh semua makhluknya.

Dalam cerita-cerita inspiratif, banyak ditemukan tentang akibat buruk dari sebuah kezaliman. Misalnya, dalam kisah Nabi Ibrahim yang ajarannya didustakan, kemudian dibakar tetapi diselamatkan oleh api, juga kisah Nabi Musa yang hendak dibunuh oleh Fir’aun tapi diselamatkan oleh Allah SWT dengan mengutus Jibril, atau berbagai kejahatan yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW, namun Allah SWT melindunginya melalui Jibril. Sebagai makhluk yang menjadi mediator Tuhan untuk menyampaikan wahyu, Jibril merupakan satu-satunya malaikat Allah yang kerap bersentuhan langsung dengan kemungkaran-kemungkaran yang dipraktikkan oleh berbagai kaum dari para nabi yang menerima wahyu tersebut.

Dalam Sahih Muslim disebutkan bahwa Jibril merupakan makhluk Tuhan yang diciptakan dari cahaya sebagaimana lumrahnya malaikat-malaikat yang lain. Berbeda dengan jin yang diciptakan dari api. Di sisi lain, Tuhan menyebut Jibril dengan Ar-Ruh Al-Amin, yaitu ruh yang dapat dipercaya, sehingga Jibril-lah yang kemudian dipilih Allah untuk menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul-Nya.

Terkait dengan ruh, pembahasannya cukup kompleks. Tetapi ruh itu adalah bentuk yang tidak dapat diindra oleh mata menusia. Ia adalah bentuk yang halus dan dapat berwujud ke dalam bentuk yang beragam. Keterangan ini dapat ditemukan dalam banyak Hadis yang menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW yang bertemu dengan Jibril. Kadang ia berbentuk layaknya manusia, namun di sisi tertentu ia menampakkan wujudnya dengan bentuk yang sangat besar sampai menutupi ufuk, bahkan memiliki sayap yang begitu banyak.

Jibril memiliki sifat yang istimewa dan kekuatan yang hebat sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT, salah satunya dapat ditemukan dalam Surat Al-Baqarah ayat 97-98.

قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَرُسُلِهٖ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapa yang menjadi musuh Jibril?” Padahal, dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah sebagai pembenaran terhadap apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman. Siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”

Lalu didapati dalam beberapa kesempatan bahwa Jibril terkadang memperlihatkan kekuatannya. Sebagaimana dalam kisah kaum Nabi Luth yang sesat. Dengan kekuatannya yang hebat itu, kaum Nabi Luth tersebut ditimpakan bencana, dibalikkanlah bumi mereka dan kemudian dihujani dengan bebatuan.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Gus Baha dalam sebuah kajian, bahwa Jibril adalah malaikat yang paling benci terhadap kezaliman dan kejahatan. Hal tersebut tercermin dalam kisah Nabi Musa ketika hendak menyeberangi lautan yang terbelah ketika diburu dan hendak dibunuh oleh pasukan Fir’aun. Menurut Gus Baha, Fir’aun menyadari bahwa ketika Nabi Musa membelah lautan, hal tersebut bukanlah sihir melainkan memang mukjizat yang juga telah terjadi pada nabi-nabi sebelumnya. Sebab manusia yang ditopang dengan kekuatan sihir yang paling hebat pun tidak akan bisa membuat kejadian yang sangat spektakuler seperti itu.

Kesadaran yang terjadi pada Fir’aun itu kemudian membuat ia menghentikan pasukannya. Sebab bila ia terus melanjutkan, maka pasukannya akan berada dalam bahaya. Namun kecerdikan Jibril lebih hebat dari Fir’aun, hal ini lantaran ditunjukkan oleh sikap Jibril yang melebur ke dalam kaum Musa dengan menaiki kuda betina yang sangat bagus dan elok. Hal ini kemudian dapat memprovokasi kuda-kuda jantan pasukan Fir’aun yang sangat kuat dan memiliki nafsu yang tinggi. Akhirnya kuda-kuda jantan dan kuat dari pasukan Fir’aun tersebut memberontak dan membabi buta untuk mengejar kaum Nabi Musa yang hendak menyeberang, hingga kemudian kuda-kuda jantan tersebut menyeret pasukan Fir’aun masuk ke dalam lautan yang terbelah itu.

Gambaran di atas menegaskan bahwa orang yang dibenci oleh Allah SWT akan dibenci oleh semua mahkluknya, seperti carita inspiratif Nabi Musa tersebut. Tidak berhenti di situ, Jibril juga melakukan strategi agar Fir’aun tetap dalam keadaan kafir dan tidak membawa iman dalam kematiannya. Salah satunya adalah dengan menyumbalkan tanah ke dalam mulut Fir’aun, hingga membuat ia kesulitan melafadhkan kalimat la ilaha illallah yang hendak ia ucapkan sebelum kematiannya. Jibril tidak akan rela dengan orang yang sombong dan menzalimi utusan Allah namun masih bisa menerima kenikmatan dari Allah di akhirat.

Kisah tersebut terdapat dalam Hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas. Dalam riwayat tersebut, Nabi Muhammad SAW menuturkan:

   لَمَّا أَغْرَقَ اللهُ فِرْعَوْنَ قَالَ: (آمَنْتُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ) فَقَالَ جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ فَلَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخُذُ مِنْ حَالِ البَحْرِ فَأَدُسُّهُ فِي فِيهِ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ  

“Sewaktu Allah menenggelamkan Fir‘aun, ia mengucapkan, “Aku beriman bahwa tiada tuhan kecuali yang diimani kaum Bani Israil,” (Q.S. Yunus: 90).” Kemudian, malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Muhammad, seandainya engkau melihatku, kala itu aku mengambil tanah hitam dari dasar lautan. Lalu memasukkannya ke dalam mulut Fir‘aun karena takut ia diliputi oleh rahmat.”

Oleh sebab itu, peristiwa ini sepatutnya menjadi pelajaran bagi kita semua. Bahwa kemungkaran dan kejahatan yang hendak atau telah kita lakukan akan dibalas oleh Allah SWT. Bahkan makhluk-Nya pun akan turut membencinya. Ancaman ini telah tertera dalam Al-Qur’an, bahwa siapa pun yang berbuat kejelekan akan dibalas dengan balasan yang setimpal. Maka perlu untuk senantiasa beristighfar memohon ampunan kepada Allah SWT dan berdoa agar dihindarkan dari sifat-sifat yang dibenci oleh-Nya. Wallahu A’lam. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Bahauddin Nursalim. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

___________

Penulis: Kholaf Al-Muntadar

Editor: Hakim