FGD Pergunu DKI Jakarta, Romo Donny Ungkap Sejarah Pusaka pada Masa Nabi

 
FGD Pergunu DKI Jakarta, Romo Donny Ungkap Sejarah Pusaka pada Masa Nabi

Foto: Penanda Tanganan MoU PW Pergunu DKI dan STIBA IEC di Kantor PWNU DKI Jakarta (7/9)

LADUNI.ID, Jakarta -  Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) DKI Jakarta menggelar Fokus Grup Discussion (FGD) membahas mengenai 'Jamasan Keris Pusaka dan Antropologi Islam Nusantara' di Kantor PWNU DKI Jakarta, Jl Utan Kayu Raya, Matraman, Jakarta, Sabtu Kemarin.

Ketua Pergunu DKI Jakarta, Didik Lutfi Hakim Wahid menuturkan bahwa tema yang dibahas dalam FGD kali ini berbeda dari yang sebelumnya.

Menurut dia, FGD yang digagas Pergunu juga akan membahas 'Keris Pusaka' yang sering dianggap orang sebagai sesuatu yang mistis dan tidak sesuai ajaran Islam.

“Di Indonesia, penyebaran Islam melalui wali sembilan tidak dengan cara kekerasan, tetapi justru melalui pendekatan budaya masyarakat setempat asalkan budaya tersebut tidak bertentangan dan bertabrakan dengan nilai-nilai islam," tandas Lutfi dalam sambutan acara FGD.

Lebih lanjut kata Lutfi, sesungguhnya nilai tradisi yang juga dilakukan oleh umat Islam sebelumnya, juga dilakukan pada masa sejarah nabi.

"Nabi Muhammad pun memiliki pusaka," ujar dia.

Dia mencontohkan tradisi 'Ketupat Sunan Kalijaga' yang berkembang dimasyarakat Islam Nusantara. Dia mengungkapkan hal itu sebagai bentuk hari raya untuk orang-orang yang melaksanakan 'Puasa Syawal' memiliki makna filosofis.

"Kupatan memiliki arti ngaku lepat, yaitu mengakui kesalahan. Semua manusia pasti punya kesalahan dan sebaik-baiknya orang adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya," terang dia.

“Tradisi ketupat misalnya, ini ada makna filosofisnya. Ketupat memiliki arti ngaku lepat yaitu mengakui kesalahan. jadi kita harus memahami kebudayaan indonesia itu harus secara utuh dan filosofis. Begitu juga memaknai keris pusaka harus mendalam, wong nabi saja memiliki pusaka” Imbuhnya.

Sementara, ditempat yang sama, salah satu Pengurus Lesbumi PBNU, Romo Donny Ranoewidjojo menjelaskan secara mendetail mengenai sejarah kebudayaan Islam dunia, hingga Indonesia.

Menurut Romo Donny, pusaka sebagai teknologi yang dibuat oleh orang-orang terdahulu untuk  memudahkan pekerjaan manusia adalah sunatullah.

“Kalau bicara pusaka itu bicara teknologi. Dalam kamus bahasa melayu, semua yang disebut pusaka adalah warisan. Kalau anak diwariskan rumah, berarti rumah pusaka, kalau diwariskan apapun maka disebut pusaka. Tetapi kalau di kita pusaka itu yang bermakna, dan yang sakral," jelas Romo dalam paparan FGD Pergunu DKI.

Bahkan kata Romo Donny melanjutkan, bahwa nabi Muhammad memiliki pusaka, dan pusakanya tersimpan di Musium di Turki. Dari pusakanya itu bisa ditelusuri bahwa nabi Muhammad ternyata bukan orang arab asli.

“Kanjeng nabi Muhammad saw berpusaka, ada dimusium di Turki (pusaka). Dari pusakanya terlihat bahwa nabi bukan orang Arab asli. Bani Hasyim ini keturunan nabi Ibrahim as bukan orang arab asli, dari pusakanya kelihatan punya leluhur bukan orang arab asli," ungkap Romo Donny.

Maka dari itu, Romo Donny mengajak audiens untuk bangga dengan budaya Islam Nusantara. Menurut dia, dunia melalui Unesco sudah mengakui keris sebagai warisan budaya, maka Indonesia harus berbangga dan mengapresiasi tradisi Islam Nusantara.

“Dunia mengakui keadiluhungan mahakarya kita melalui Unesco, keris pusaka dilihat bukan sebatas benda yang dibuat dari logam, tetapi dilihat dari aspek kebudayaan yang menyertainya, bahkan wali sembilan pun berkeris karna ini berkaitan dengan dinamika budaya, ketinggian teknologi pada saat itu, berkaitan dengan spiritualitas value, berkaitan dengan sunatulloh, dan berkaitan dengan simbol-simbol. Maka, memahami keris harus secara utuh dan filosofis agar tidak terburu-buru menjudge dan menuding sebagai yang haram, bid’ah, atau bertentangan dengan nilai-nilai islam," pungkasnya.

Selain Acara FGD dan ngaji 'Jamasan Keris Pusaka dan Antropologi Islam Nusantara', Pergunu DKI juga melakukan MoU dengan STIBA IEC terkait pemberian beasiswa S1 oleh STIBA IEC Jakarta.

Hadir pada acara itu sejumlah pengurus Pergunu DKI, Ketua STIBA IEC, Ketua Sekolah Tinggi Bahasa Asing IEC Dr Bejo Sutrisno, Lesbumi NU depok, Gus Arif, Paguyuban Keris Jayakarta dan mahasiswi UNJ. (*)