FKPT: Kiprah Perempuan dalam Membendung Radikalisme Terorisme

 
FKPT: Kiprah Perempuan dalam Membendung Radikalisme Terorisme

LADUNI.ID, Pekalongan - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) menyelenggarakan diskusi bertajuk “Perempuan Agen Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme” di Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (8/10). FKPT adalah mitra strategis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dirasa sangat efektif dalam menyampaikan pesan-pesan perdamaian dalam mencegah penyebaran paham radikal terorisme yang dapat merusak persatuan bangsa ini.

Belakangan ini seakan menjadi tren baru dalam aksi terorisme dengan hadirnya keterlibatan perempuan dan anak. Dulu perempuan hanya menjadi faktor simpatisan dan pendukung, tetapi saat ini mereka turut mengambil andil sebagai pelaku teror.

Kalau dicermati lebih jauh, menurut Hamli, pola pemanfaatan perempuan dalam aksi ini bagian dari kelompok teror mengeksploitasi perempuan sebagai martir baru. Semakin kurangnya kader dan anggota memaksa mereka untuk mendorong perempuan agar tampil sebagai pelaku aksi.

Untuk itulah mari kita masyarakat bersama pemerintah saat ini bergandeng tangan dalam menangkal paham radikalisme yang menyebar disegala line kehidupan. diharapkan tidak boleh lagi untuk memilih bersikap diam (silent majority) dan tidak peduli terhadap kelompok-kelompok kecil yang selama ini telah menebarkan konten hoax, fitnah dan adu domba yang dapat memecah belah bangsa ini.

Hal tersebut disampaikan Irjen Pol. (Purn) Ir. Hamli, ME, disela-sela acara, kegiatan Perempuan Agen Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalui FKPT ini adalah bentuk pengejawantahan bahwa kita tidak boleh lagi menjadi silent majority. Tapi minimal kita harus menjadi paling tidak sebelum jadi vokal mayority, paling tidak menjadi bisa menjadi noisy mayority.

“Oleh sebab itu kita pemerintah bersama masyarakat hendaknya juga terus bisa ikut memenuhi ruang-ruang maya ini maupun ruang-ruang offline dengan kedamaian. Jangan kalah sama mereka yang kecil itu,” ujar alumni Sepmilsuk ABRI tahun 1989 ini.

Menurutnya, narasi-narasi perdamaian dan narasi-narasi yang positif lainnya hendaknya untuk selalu terus disebarkan untuk memenuhi ruang-ruang itu. “Dengan demikian masyarakat akan menjadi tahu bahwa orang yang menginginkan kedamaian itu masih lebih banyak dengan orang-orang yang menginginkan yang tidak damai,” ujar mantan Kabid Pencegahan Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror Polri ini.

Selain itu Hamli pun berharap para duta damai Indonesia yang nantinya akan ikut serta pada duta damai global bisa lebih mempersiapkan diri dengan segala kemampuan maupun profesionalismenya masing-masing.

“Patut dipahami bahwa seseorang menjadi teroris bukan proses yang instan, tetapi melalui tahapan dari mengadopasi narasi-narasi intoleran, radikalisme dan terakhir menuju terorisme.” Ungkap Hamli.

Karena itulah, Ia meminta perempuan menjadi agen perdamaian yang secara aktif memberikan pencerahan dan pendidikan baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat secara luas. Keterlibatan perempuan mempunyai peran strategis karena menjadi tumpuan pendidikan anak di keluarga maupun melalui komunitas perkumpulan perempuan.