Aksara Jawa Mau Diapakan?

 
Aksara Jawa Mau Diapakan?
Sumber Gambar: Foto (ist)

Laduni.ID Yogyakarta - Sebagian besar orang menilai megahnya sebuah acara dari pembukaan atau perhelatan hari pertama.

APALAGI acara yang melibatkan lembaga negara. Begitu pula Kongres Aksara Jawa I yang digelar di Jogjakarta akhir Maret lalu dibuka dengan megah. Meskipun berbentuk daring dan sebagian kecil luring, tanpa pawai atau konser, hadirnya sambutan tokoh-tokoh besar dalam pembukaan kongres lalu memantaskan kemegahan dan kemewahannya.

Baca Juga: Tiga Suku Mata Biru di Indonesia Suku Lingon, Lamno, dan Simpou

Acara dibuka oleh sambutan daring Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Kemudian dua gubernur, Sri Sultan Hamengkubuwana (DIJ) dan Ganjar Pranowo (Jateng), serta perwakilan dari UNESCO Dr Ming Kuok Lim. Rata-rata isinya menyambut gembira dan menyatakan harapan lestarinya aksara Jawa. Ming Kuok Lim bahkan memasukkan aksara Jawa sebagai satu di antara lima aksara terindah di dunia.

Ketika saya posting di medsos kegiatan sebagai anggota KAJ I, banyak kawan bertanya, ”Aksara Jawa mau diapakan?”. Pertanyaan yang senantiasa menghampiri saya dan jawaban template saya, ”Agar tetap ada”. Tentu saja itu adalah lontaran pribadi, misalnya ketika orang menanyakan apa tujuan saya secara swadaya menggelar Kelas Aksara Jawa dengan komunitas Jawacana di Jogja.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN