Melepas Belenggu Dosa

 
Melepas Belenggu Dosa
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Secara psikologis, Rasulullah Saw mendefenisikan dosa sebagai berikut :

الاثم ماحاك فى صدرك وكرهت ان يطلع عليه الناس (رواه مسلم)

"Dosa itu adalah sesuatu yang mendatangkan kebimbingan dihatimu dan kamu benci jika diketahui orang lain." (HR. Muslim)

Terdapat 2 kata kunci, bahwa dosa membuat hati bimbang dan gelisah, pada sisi lain tidak suka jika prilaku dosanya diketahui orang lain.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin dijelaskan, bahwa dosa itu terbagi atas 3 macam, yakni:

1. Dosa meninggalkan perintah Allah, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya.

2. Dosa mengerjakan larangan Allah, seperti miras, judi, memakan makanan haram dan sebagainya.

3. Dosa antar manusia yang berbentuk, al-maal, an-nafs, al-huramah,

Dari dosa-dosa yang kecil maupun yang besar, terjadi disebabkan 3 asbab, yakni:

1. Asbab Mulkiyah, seperti sombong dan sok suci, sok pintar dan sok tinggi berkelas.

2. Asbab Syaithaniyah, dimana syetan selalu kreatif menggoda hamba Allah untuk menjerumuskan dalam kesesatan.

3. Asbab Bahimiyah (kebinatangan), yakni dosa-dosa yang muncul dari dorongan hawa nafsu yang bersifat hewani.

Tumpukkan dosa akan menjadi noktah hitam didalam qalbu laksana cermin yang kotor. Semakin banyak dosa yang dilakukan akan semakin banyak kotoran yang melekat. Hati yang kotor akibat dosa, semakin lama akan menutupi kebersihan hati (qolbun maridh-mayyit) yang berdampak pada kegelapan diri. Hati yang penuh dosa akan menjadikan pelakunya tidak bisa bercermin mengenali dirinya sendiri, lebih dari itu akan membahayakan orang lain dalam bentuk dosa-dosa kemanusiaan.

Manusia yang baik bukan manusia yang tak berdosa, melainkan manusia yang berdosa kemudian bertaubat kepada Allah SWT.

Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:

كل بني ادم خطاء وخيرالخطاء من التوابين

"Setiap anak Adam itu memiliki salah/dosa, dan sebaik-baik kesalahan adalah bertaubat." (Al-Hadits)

Dalam hal ini, Allah berfirman:

ﺳَﺎﺑِﻘُﻮا ﺇِﻟَﻰٰ ﻣَﻐْﻔِﺮَﺓٍ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺟَﻨَّﺔٍ ﻋَﺮْﺿُﻬَﺎ ﻛَﻌَﺮْﺽِ اﻟﺴَّﻤَﺎءِ ﻭَاﻷَْﺭْﺽِ ﺃُﻋِﺪَّﺕْ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮا ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ۚ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻓَﻀْﻞُ اﻟﻠَّﻪِ ﻳُﺆْﺗِﻴﻪِ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎءُ ۚ ﻭَاﻟﻠَّﻪُ ﺫُﻭ اﻟْﻔَﻀْﻞِ اﻟْﻌَﻈِﻴﻢِ

Artinya: “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Hadid: 21)

Syeikh Amin Kurdi dalam kitab "Tanwir Al-Qulub" hal. 418 menggambarkan bahwa orang-orang yang bertaubat memiliki motivasi yang berlainan, yaitu:

1. Bertaubat dimotivasi karna takut akan azab Allah SWT (تائب)

2. Bertaubat dimotivasi oleh rasa malu kepada Allah SWT (منيب)

3. Bertaubat karna motivasi takjub akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT (اواب)

Taubatan nasuha harus diiringi dengan penyesalan (nadam) untuk tidak mengulangi prilaku dosa. Dengan taubat diharapkan Allah akan memberikan maghfirah kepada kita. Maka untuk merealisasikannya, dalam konteks ramadhan, ada berbagai amalan yang bisa dilakukan, yakni (1) Puasa, (2) Qiyamul lail, (3) I'tikaf, dan (4) Istighfar.

Terkait istighfar, Rasul Saw menjelaskan fadhilahnya.

من لزم اﻻستغفار جعل الله له من كل ضيق مخرجا ومن كل هم فرجا ورقه من حيث ﻻ يحتسب (رواه البخارى)

"Barangsiapa yang melazimkan istighfar, Allah akan memberikan solusi dari setiap kesulitan, jalan keluar dari kesedihan dan Allah berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka. (HR. Bukhori)

 

Oleh: Rakimin Al-Jawiy