Gus Nadir: Tak Lagikah Kita Mengingat bahwa Kita Adalah Indonesia

 
Gus Nadir: Tak Lagikah Kita Mengingat bahwa Kita Adalah Indonesia
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Ada yang harus benar-benar kita renungkan saat ini dan kita pertanyaan pada diri kita, seperti apa kondisi kita bersama dalam berpegang teguh dan menjaga nilai-nilai kebangsaan, adakah kita menjaga nilai-nilai luhur bangsa ini?

Situasinya sekarang di masyarakat mudah sekali saling cela, dan saling merendahkan. Istilah-istilah negatif yang dilabelkan pada satu kelompok kepada kelompok lain sudah menjadi bacaan sehari-hari.

Di media sosial traffic-nya sudah sangat padat, berseliweran kalimat caci maki, saling hina dan saling fitnah. Dan ini menjadi tontonan sehari-hari.

Sopan santun yang diajarkan para orang tua dulu sudah mulai pudar. Yang muda sangat ringan mengomentari yang tua tanpa adab. Orang awam menyalahkan orang alim tanpa ilmu dan akhlak. Etika, tatakrama, sopan santun pudar.

Dan nilai-nilai itu terus mengalami erosi dan menjauh dari kesadaran untuk menjadikannya komitmen bersama dalam keindonesiaan (kebangsaan).

Ayat-ayat suci pun tak lagi bertuah. Bukan lagi jadi panduan, tapi secara serampangan kita pakai untuk menyerang pihak yang berbeda pemahaman.

Inikah ujian kita sebagai bangsa saat ini? Dulu kita agungkan bahwa kita satu meski berbeda. Tak lagikah kita mengingat bahwa kita adalah Indonesia.

Dimana Bhineka Tunggal Ika? Dimana Rambate Rata Hayo? Di mana hilangnya pribahasa berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Sudah bergeser jauhkah sistem budaya kerja sama dan saling menolong, dan sekarang saling melolong. 

Dulu kita bangga disebut dan menyebut diri sebagai bangsa yang santun. Kini, yang tergambar justru tidak adanya saling percaya antara satu sama lain sehingga menimbulkan api kebencian. Sehingga di mana-mana kita melihat manusia sedang mempertontonkan kebenciannya.

Ada baiknya kita di tengah situasi ini, kita perbanyak menyebut asmaNya, As-Salam.

Oleh: Gus Nadirsyah Hosen


Editor: Daniel Simatupang