Bagaimana hukumnya kita berperang untuk menolak musuh yang sudah menginjakkan kakinya di tanah air kita sebagaimana yang telah terjadi sekarang ini ?.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan bahwa santri dalam pengertiannya atau maknannya tidak hanya mereka-mereka yang lulusan pondok pesantren saja...
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, Islam dan nasionalisme harus saling memperkuat dan tidak boleh dipertentangkan
Setiap umat Islam mempunyai kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan Tanah Airnya. Alasannya, setiap penduduk di Indonesia menghirup udara Indonesia, menginjak tanah Indonesia, dan akan dikubur kelak di Tanah Indonesia pula.
Bagi saya, NKRI adalah maslahat nyata, sedangkan khilafah adalah maslahat prediktif. Kaidah mengatakan, al-maslahah al-mutahaqqiqah an-naajizah muqaddamah 'alal maslahah al-mustaqbalah al-marjuhah.
Pemahaman 'ashobiyah hanya dikenakan kepada adanya pembelaan kepada perilaku zalim dari kelompoknya. Meski ada kezaliman tetapi, karena ada sifat 'ashobiyah itu, maka tetap dibelanya.
Nabi kita benar-benar memberi contoh, bahwa mencintai negeri bagian dari risalah kemanusiaan. Oleh sebab itu, ulama-ulama kita mengatakan “hubbul wathan minal iman,” cinta negeri adalah bagian dari iman.
Ini adalah kisah sang pencipta lambang NU dan perjuangannya di Tanah Air. Simak kisahnya...
“Kontribusi tambahan Uni Eropa adalah untuk memastikan bahwa jutaan pengingsi Palestina terus mendapat manfaat layanan kesehatan dan pendidikan di seluruh
Sosok Kiai Maimun Zubair adalah sosok kiai sekaligus ulama NU yang benar-benar mencintai Tanah Air, Indonesia Raya.
Syaikhona Kholil atau lebih dikenal dengan Mbah Kholil Bangkalan adalah sosok guru yang memberi isyarat kepada KH. Hasyim Asy'ari untuk mendirikan organisasi para ulama yang kemudian bernama Nahdlatul Ulama.
Pandangan Habib Umar bin Hafidz Tentang Khilafah dan Hubbul Wathon Minal Iman #Part 1
Pandangan Habib Umar bin Hafidz Tentang Khilafah dan Hubbul Wathon Minal Iman #Part 2
Pada pelaksanaan kegiatan Simposium Nasional Islam Nusantara, Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengungkapkan bahwa sekalipun ulama di Indonesia tidak lebih pintar dari ulama-ulama di negara Timur Tengah, tapi keberadaanya mampu menyatukan elemen masyarakat.
Naluri alamiah dasar manusia adalah suka akan segala kebaikan dan benci terhadap kejahatan. Siapapun itu, agama apapun itu, dan di manapun kita berada.
Menurunnya semangat nasionalisme masyarakat Indonesia merupakan angin segar bagi para penyebar paham radikalisme, dengan begitu mereka akan mampu mewujudkan impiannya dengan mudah.
Dalam berbagai kesempatan Maulana Habib Luthfi bin Yahya tak henti-hentinya menitipkan pesan yang sangat penting bagi penerus bangsa Indonesia perihal Pancasila, Nasionalisme, Merah-Putih, Cinta Tanah Air, dan NKRI. Berikut adalah diantara pesan-pesan beliau:
Ketika bicara cinta tanah air, maka sebagai santri sudah seharusnya memantapkan hati menguatkan cinta pada Nusantara, sebagaimana para kyai mengajarkannya. Para kyai Nusantara telah mempertaruhkan segalanya untuk tanah air ini.
Nahdlatul Ulama (NU) selalu mengkampanyekan slogan “Hubbul Wathon minal Iman”, slogan yang sejak tahun 1914 telah dijadikan komitmen oleh seluruh ulama Nusantara.
Akhir-akhir ini kita menyaksikan fenomena yang sangat menyedihkan, dimana ada sebagian kecil orang Indonesia yang tidak mengakui NKRI, Pancasila dan simbol-simbol Negara yang lainnya. Padahal sebagai bangsa sekaligus orang Islam harus mencintai tanah air dan lingkungannya.
Salah satu teladan yang harus kita ikuti dan kita dakwahkan kepada seluruh umat manusia adalah tentang kecintaan Rasulullah SAW terhadap tanah airnya. Kecintaan Rasulullah SAW terhadap tanah airnya (Makkah) diungkapkan dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas RA dalam Riwayat Ibnu Hibban
Diriwayatkan bahwa Mars Syubbanul Wathon digubah oleh KH. Wahab Chasbullah pada tahun 1916. Mars ini diciptakan ketika beliau mendirikan sebuah gerakan yang kelak juga menjadi inspirasi para ulama, yakni Nahdlatul Wathon.