INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Gus Dur dengan pemikiran dan kualitas kecerdasan intelektual dan spiritulanya telah berhasil membuat masyarakat Indonesia duduk berdampingan dengan damai, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau suku.
KH. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah sosok yang sulit dipisahkan dari berbagai diskursus penting di Indonesia. Dari politik, kebudayaan, hingga spiritualitas, Gus Dur selalu membawa cara pandang yang melampaui zaman.
Setiap tahun, bangsa ini pantas mengenang kembali sosoknya sebagai “rumah yang teduh” bagi kaum minoritas dan mereka yang tertindas. Andai kini Gus Dur masih hidup, tentu ia sedih melihat intoleransi dan ketidakadilan terhadap kelompok minoritas masih terjadi di banyak tempat.
Di balik kezuhudan Gus Dur tersebut, memang tidak terlepas dari warisan sifat (gen) yang berasal dari leluhurnya, atau dalam kajian psikologis, lebih dikenal dengan Teori Hereditas.
Nyai Sholichah, yang belum genap berusia 30 tahun menjanda dengan tanggungan 6 buah hati; Abdurrahman Ad-Dakhil, Aisyah, Shalahuddin, Lily Khadijah, Umar dan Hasyim Wahid.
Menjadi orang bodoh sebenarnya bukanlah aib. Sama dengan menjadi orang miskin, menjadi orang bodoh kadang kala adalah bagian dari skenario takdir yang tak terhindarkan meskipun sudah berusaha dihindari.
Peristiwa jatuhnya Presiden Suriah, Bashar Assad, ke tangan kelompok pemberontak merupakan salah satu episode paling mencengangkan dalam sejarah modern Timur Tengah.
Pada Kamis, 5 Desember 2024, dunia Islam kehilangan salah satu tokoh spiritual besar yang selama hidupnya menjadi mercusuar kebijaksanaan dan cinta, Syaikh Hisyam Kabbani. Beliau meninggalkan dunia dengan warisan ilmu, akhlak mulia, dan teladan kehidupan yang sulit dilupakan.
Anugerah istimewa dari Sang Pencipta kepada setiap manusia adalah akal. Saya sebut sifat akal sebagai sesuatu yang istimewa karena keunggulan dan keluhuran manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya itu terletak pada kecerdasan akalnya.
Dulu, kami adalah para penempuh jalan sunyi. Menenteng buku Iqra’ lusuh, menembus malam yang merangkak dari senja. Dengan membawa obor kami membelah pekat menuju ke sebuah tempat di mana kami mendaras kitab pada para kyai.