Ziarah di Makam KH. Raden Zainuddin Syafi’i, Mursyid Thariqah Sathoriyah Purworejo

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Raden Zainuddin Syafi’i, Mursyid Thariqah Sathoriyah Purworejo

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH. Raden Zainuddin Syafi’i beliau adalah ulama besar dari Purworejo, selain sebagai pengasuh pesantren Maron beliau adalah seorang mursid Thariqah Sathoriyah di Purworejo.

Profil

KH. Raden Zainuddin Syafi’i, lahir di Desa Wonokromo Jejan Bantul DIY. Pada tahun 1903 M.
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Raden Zainuddin Syafi’i

Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:

  1. Kyai Ibrahim,
  2. KH. Dimyathi Termas,
  3. KH. Ghozali,
  4. KH. Nawawi Jogja,
  5. KH. Dalhar Watu Congol
  6. KH. Siradj

Lokasi Makam

KH. Raden Zainuddin Syafi’i dimakamkan di Desa Solotiyang, Loano, Purworejo dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat sekitarnya dan menjadi simbol ulama besar yang layak diteladani.

Haul

Haul KH. R. Zenuddin Syafi'i diselenggarakan setiap tanggal 22 jumadil'ula, Haul beliau di peringati di komplek pemakaman di Dusun Solotiyang

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Raden Zainuddin Syafi’i banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Purworejo saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek Pemakaman Dusun Solotiyang,  Purworejo, Jawa Tengah

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Raden Zainuddin Syafi’i, dimudahkan dalam rezekinya, dimudahkan dalam hajatnya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

1. Pengasuh Pondok Pesantren
Kepengurusan Pesantren diserahkan oleh KH. Ghozali kepada beliau. KH. Ghozali berniat untuk lebih berkonsentrasi mengabdi kepada masyarakat  desa.

Setelah kepengasuhan pondok di serahkan pada KH. R. Zainuddin beliau tetap mempertahankan metode salaf dengan mengajarkan berbagai ilmu yang sedikit banyak terpengaruh dari tempat beliau nyantri dulu. Sebut saja ilmu fiqih yang condong ke pondok Pesantren Termas di bawah asuhan KH. Dimyathi. Ilmu Nahwu dan Shorof  berkiblat pada Pesantren Lerap kebumen. Dibidang Thoriqoh beliau mendapatkan pengalaman dari Pesantren KH. Nawawi Jogja, dan pada bidang Tasawwuf beliau berkiblat pada Pesantren KH. Dalhar Watu Congol Magelang.

2. Menjadi Mursyid Tarekat
Namun, bukan hanya ilmu syariat yang beliau ajarkan. Adat dan tata krama pun beliau ajarkan langsung dengan keseharian beliau yang selalu menggunakan bahasa kromo meski terhadap santri.

Pada keluarganya pun beliau selalu mengajarkan untuk hidup sederhana. Tahun demi tahun KH. R. Zainuddin dan Nyai Shofiah jalani dengan sederhana dari hasil kebun dan sawah ditambah dari hasil usaha reperasi jam.

Tahun 1950 M. beliau mulai mendirikan baiatan thoriqoh yang diambil dari kakak ipar beliau yaitu KH. Nawawi, yaitu thoriqoh Syatoriah. Thoriqoh yang sangat cocok untuk masyarakat karena wiridnya tidak banyak. Thoriqoh ini di populerkan oleh Syekh Ahmad Q-Usyasi yang dibawa dari India. Selama mengasuh Pesantren beliau dikenal santri dan masyarakatnya sebagai ahli thoriqoh dan juga ahli tirakat bahkan selama lebih dari 10 tahun beliau tidak makan nasi.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibawa pulang usai ziarah di Purworejo di antaranya:
Geblek, Kue Satu, Clorot, Lanting Purworejo, Jenang Krasikan, Jipang, Kue Lompong, Cenil, Sate Winong, Rengginang