Syair Syekh Hamzah Fansuri Diakui UNESCO

Laduni.ID, Jakarta – Pada Jumat, 18 April 2025, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO secara resmi mengakui karya-karya Syekh Hamzah Fansuri sebagai bagian dari Memory of the World, warisan dokumenter dunia yang dianggap penting untuk dilestarikan umat manusia. Pengakuan ini menjadi tonggak penting, tidak hanya bagi sejarah literatur Melayu, tetapi juga bagi perjalanan intelektual Islam di Asia Tenggara. Bagi Indonesia dan Malaysia, ini adalah pengakuan atas kontribusi bersama terhadap peradaban dunia melalui tokoh yang sejak abad ke-16 telah menyalakan cahaya pengetahuan dan spiritualitas dari Barus, pesisir barat Sumatera.
Hamzah Fansuri bukan sekadar penyair. Ia adalah sufi, ulama, sekaligus pembaharu dalam sastra dan pemikiran keislaman. Melalui syair dan prosa, ia menjadi pelopor dalam penulisan kitab berbahasa Melayu, suatu upaya besar pada zamannya, ketika bahasa ilmu masih didominasi oleh Arab dan Persia. Ia menulis dengan kedalaman filosofis dan kepekaan estetika yang mengagumkan. Bahasanya memukau, namun sarat makna, menggambarkan jalan spiritual menuju Yang Maha Ada (al-Wujud), Tuhan yang menjadi pusat seluruh pencarian rohani.
Namun seperti banyak pemikir besar, karya-karya Hamzah Fansuri tidak lepas dari kontroversi. Paham wahdatul wujud atau kesatuan wujud yang ia ajarkan dalam karya-karyanya menuai pertentangan dari sebagian ulama ortodoks pada masanya, bahkan sampai pada titik pembakaran naskah-naskahnya. Tapi sejarah tetap mencatatnya. Seperti yang dikatakan Valentijn, sarjana Belanda yang mengunjungi Barus pada 1706, Hamzah Fansuri adalah penyair agung yang mengangkat kembali kemegahan kota kelahirannya dari timbunan debu sejarah.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...