Tauhid Aswaja Untuk Pemula (Bagian 1)

 
Tauhid Aswaja Untuk Pemula (Bagian 1)
Sumber Gambar: Kiai Taufik Damas (Foto:twitter @TaufikDamas)

Laduni.ID, Jakarta- Ilmu Tauhid adalah ilmu yang menjelaskan tentang sifat-sifat Allah dan para rasul, baik yang wajib, mustahil dan jaiz. Sifat wajib bagi Allah ada 20, sifat mustahil bagi Allah ada 20 (lawan dari sifat wajib), dan sifat jaiz bagi Allah ada satu. Sifat wajib bagi para rasul ada 4, sifat mustahil bagi para rasul ada 4 (lawan dari sifat wajib), dan sifat jaiz bagi para rasul ada 1. Jika sifat-sifat ini digabungkan, maka jumlahnya ada 50. Inilah yang disebut dengan akidah 50 (Aqa’idil Khamsin).

Sebelum masuk ke dalam pembahasan lebih lanjut, tentu sangat penting memahami istilah wajib, mustahil dan jaiz dalam Ilmu Tauhid. Definisi istilah-istilah ini harus dijelaskan agar tidak ada kerancuan dalam memahaminya. Karena, setiap disiplin ilmu memiliki definisi khusus bagi istilah-istilah yang ada. Istilah wajib dalam Ilmu Tauhid memiliki definisi yang berbeda dengan istilah wajib dalam Ilmu Fiqh. 

Definisi wajib menurut Ilmu Tauhid adalah sesuatu yang tidak mungkin tidak ada. Contohnya adalah tempat (tahayyuz) bagi materi. Setiap materi pasti membutuhkan tempat. Tidak mungkin ada materi yang tidak ada tempatnya. Contoh wajib yang lain adalah zat Allah dan sifat-sifat-Nya. Keduanya tidak mungkin tidak ada. Mustahil adalah kebalikan dari wajib. Definisinya adalah sesuatu yang tidak mungkin ada. Contohnya adalah tidak ada tempat (adamut tahayyuz) bagi materi. Contoh lainnya adalah adanya sekutu (syarik) bagi Allah. Mahasuci Allah dari adanya sekutu bagi-Nya.

Definisi jaiz adalah sesuatu yang mungkin ada dan mungkin tidak ada. Contoh jaiz adalah pengutusan para rasul, memberikan pahala kepada orang yang taat, dan adanya anak bagi Zaid. Definisi tiga istilah ini harus dipahami dengan baik sebelum masuk dalam pembahasan tentang sifat-sifat Allah dan para rasul.

Sifat-sifat Wajib Allah ada 20:

1. Wujud (Ada) Lawannya ‘Adam (Tidak Ada)

Adanya Allah adalah wajib. Tidak mungkin Allah tidak ada. Adanya Allah bukan materi dan bukan akibat dari yang lain. Adanya Allah dengan sendirinya alias tidak dipengaruhi oleh apapun. Allah ada dan tidak membutuhkan apapun akan adanya. Semua makhluk mengakui adanya Allah, kecuali orang-orang atheis (tidak mengakui adanya Allah). Argumentasi akan adanya Allah adalah sifat baru (huduts) alam raya. Alam raya ini ada dengan didahului oleh tidak ada. Bangunan argumentasi (silogisme) adanya Allah adalah sebagai berikut: “Alam raya ini baru. Segala yang baru pasti ada penciptanya. Maka alam raya ada penciptanya.” Inilah argumentasi logis bagi adanya (wujud) Allah.  

Adapun pencipta alam raya adalah (bernama) Allah, maka ini bukan didasarkan dengan argumentasi logis, tapi berdasarkan informasi dari para rasul. Hal ini harus dipahami dengan baik. Lawan dari sifat Wujud adalah ‘Adam (tidak ada).  Berdasarkan argumentasi logis di atas, maka mustahil Allah tidak ada (‘adam). Jadi, tidak ada (‘adam) adalah mustahil bagi Allah. Bukti bahwa alam raya bersifat baru adalah alam raya terdiri dari materi dan sifat-sifatnya. Sifat-sifat fisika pada materi dapat dilihat dengan mudah, seperti gerak dan diam; warna, ukuran, dan lain-lain.

Sifat-sifat fisika pada materi ini bersifat baru, yaitu adanya didahului oleh tidak ada. Materi kadang-kala diam dan kadang-kala bergerak. Perubahan sifat-sifat fisika pada materi membuktikan bahwa materi pun bersifat baru. Segala yang baru pasti ada yang membuat. Yang membuat adalah Allah. Maka, barunya semua itu membutikan adanya Allah; lawannya adalah tidak ada (‘adam). Allah tidak ada adalah mustahil.

- Bersambung...

Oleh : Taufik Damas, Lc (Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta). Disadur dari FB Taufik Damas  

Editor : Ali Ramadhan