Jejak Langkah Kiai Tambakberas dan Pak Harto

 
Jejak Langkah Kiai Tambakberas dan Pak Harto
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Dalam tulisan saya sebelumnya dijelaskan, banyak tokoh NU berhadapan (berlawanan) dengan rezim Orde Baru (baca di sini). Sekalipun demikian, bukan berarti para kiai sama sekali menjauh total dari rezim Orde Baru. Tetap saja ada yang "dekat" seperti dalam konteks mengundang untuk keperluan strategi jamiyyah NU dan pesantren atau diundang Orde Baru (tentu punya misi tertentu).

Memang kaidah "lentur" tapi juga bisa "keras" tertanam di dalam "langkah" para kiai. Sejak zaman penjajahan ditemui adanya kiai yang bisa "berdekatan" dengan penjajah demi strategi, tapi juga ada yang sama sekali menjauh baik secara fisik (pindah ke desa terpencil) maupun secara ideologis (label haram semisal tasyabbuh).

Pada masa Jepang, KH Hasyim Asy’ari pernah ditahan Jepang karena melakukan penolakan untuk melakukan seikerei, sebuah penghormatan terhadap Kaisar Hirohito dan ketaatan pada Dewa Matahari (Amaterasu Omikami). Namun Kiai Kiai Hasyim Asy’ari juga pernah ditunjuk oleh Jepang untuk memimpin Shumubu yang dibentuk Jepang lalu menyerahkan kepemimpinan Shumubu kepada Kiai Wahid Hasyim.

Saat era Presiden Soekarno, para kiai berbarengan menegakkan sendi NKRI, apalagi saat itu NU adalah partai politik. Konsekuensinya berputar terlibat dalam roda pemerintahan. Inilah yang kadang bagi yang tidak paham menjuluki Mbah Kiai Wahab sebagai ulama Orla (Orde Lama) ataupun ulama Nasakom. (baca di sini)

Sekalipun demikian, tetap saja ada kiai pada zaman Orde Lama yang dianggap menentang bahkan dituduh pemberontak oleh Orde Lama. Semisal KH. Mahfudz Sumolangu. (baca di sini)

Pun di era Orde Baru ada dua wajah (dalam makna positif) para tokoh NU. Terkadang "beroposisi" dengan Orba, tapi juga kadang “dekat”. Hal itu paling tidak bisa dilihat dari beberapa foto di bawah ini yang terepresentasi dari para kiai Tambakberas.

Mbah Kiai Wahab (Tambakberas) pada malam pembukaan muktamar NU ke 24 tahun 1967 di Bandung yang dihadiri Presiden Soeharto.

Mbah Kiai Wahab (Tambakberas) pada acara tasyakuran pada tahun 1969. Dari kiri:  KH. Moh Ilyas, KH. M. Dahlan, KH. A. Sjaichu, Presiden Soeharto dan Mbah Kiai Wahab Chasbullah.

KH. Nadjib Abdul Wahab (Tambakberas) bersalaman dengan Presiden Soeharto pasca Muktamar di Situbondo tahun 1984. Dalam foto juga tampak KH. As'ad Syamsul Arifin dan KH. Achmad Shiddiq serta KH. Ilyas Ruchiyat.

Gus Heru Nadjib bercerita kepada saya bahwa beliau pernah mendengar sendiri ucapan Kiai Nadjib kepada Nyai Salma (istri Kiai Nadjib) bahwa Kiai As'ad memperkenalkan ke Pak Harto dengan kalimat, "Ini Kiai Nadjib, putra Kiai Wahab pendiri Nahdlatul Ulama, penerus perjuangan beliau di NU."

KH. Sholeh Abdul Hamid (Tambakberas) bersalaman dengan Presiden Soeharto pada suatu acara di tahun 1990-an. Acaranya belum diketahui.

Sumber foto: FB Ainur Rofiq Al Amin

Oleh: Dr. Ainur Rofiq Al Amin


Editor: Daniel Simatupang