Buku Saku Umar bin Khattab: Rahasia Kekayaan Seorang Khalifah

 
Buku Saku Umar bin Khattab: Rahasia Kekayaan Seorang Khalifah
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Banyak sekali pandangan orang (terutama) orang yang kurang berilmu mengatakan bahwa islam tuh mendidik kita untuk sederhana sampai bisa dikatakan miskin. Sehingga ada istilah "tidak apa-apa miskin harta asal kaya hati" atau "makan gak makan yang penting kumpul", Pada prinsipnya dalam Islam diajarkan sikap zuhud dalam duniawi.

Rasulullah SAW bersabda: "Kejarlah dunia seolah-olah kau hidup selamanya dan kejarlah akhirat seolah-olah kamu meninggal esok hari."

Mari kita lihat contoh kehidupan salah satu sahabat terbaik Rasulullah SAW. Selama ini, kita hanya mengetahui bahwa hanya ada dua sahabat Rasulullah yang benar-benar sangat kaya, yaitu Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan. Namun sebenarnya, sejarah juga sedikit banyak seperti “mengabaikan” kekayaan yang dipunyai oleh sahabat-sahabat yang lain.

Selama masa pemerintahan Umar bin Khattab, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran Sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

Saat itu ada dua negara adidaya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada masa Umar.

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636 Masehi, sebanyak 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.

Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637 Masehi, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam.

Tahun 638 Masehi, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Kekayaan Umar bin Khattab r.a.

Ingat perkataan Umar bin Khattab bahwa ia tak pernah bisa mengalahkan amal sholeh Abu Bakar? Itu artinya, siapapun tak bisa menandingi jumlah sedekah dan infaqnya Abu Bakar As-Shiddiq.

Lantas, bagaimana dengan kekayaan Umar bin Khattab sendiri? Khalifah setelah Abu Bakar itu dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang, menjaga perasaan rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang juga sangat kaya.

Ketika wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, yang rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta—perkiraan konversi ke dalam rupiah. Itu berarti, Umar meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2 Triliun. Setiap tahun, rata-rata ladang pertanian saat itu menghasilkan Rp 40 juta, berarti Umar mendapatkan penghasilan Rp 2,8 Triliun setiap tahun, atau 233 Miliar sebulan.

"Berarti Umar r.a. mendapatkan passive income sebanyak Rp 2,8 Triliun setiap tahun, atau 233 Miliar sebulan!".

Umar r.a. memiliki 70.000 properti. Umar r.a. selalu menganjurkan kepada para pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk dimakan.

Kenapa harus properti?

1. Karena sahabat kaya raya lewat properti
2. Karena Allah tidak ciptakan bumi yang kedua, sehingga harganya makin mahal
3. Karena harga properti naik terus dan tidak fluktuatif
4. Karena properti adalah investasi terbaik dan teraman
5. Karena properti memiliki dua keuntungan : Capital gain dan cash flow
6. Karena bumi ini harus diwarisi oleh kaum yang taat kepada Allah saja.

Namun begitulah Umar. Ia tetap saja sangat berhati-hati. Harta kekayaannya pun ia pergunakan untuk kepentingan dakwah dan umat. Tak sedikit pun Umar menyombongkan diri dan mempergunakannya untuk sesuatu yang mewah dan berlebihan.

Di suatu waktu, setelah berakhirnya Perang Qadisiyah dan harta rampasan perang berupa emas, perak, dan berbagai perhiasan sampai di hadapa Umar bin Khattab, ia tidak bisa menahan diri untuk menangis tersedu-sedu. Lalu Abdurrahman bin Auf bertanya mengapa beliau menangis,

'Bukankah harunya hal ini patut kita syukuri?'

Umar bin Khattab menjawab,

"Demi Allah, bukan ini yang membuat saya menangis," jawab Umar dengan tegas.

"Pikiran saya teralihkan oleh kekhawatiran akan akibat dari limpahan harta semacam ini. Jika Allah memberikan berkah sebesar ini kepada suatu bangsa, saya khawatir mereka akan terjerumus dalam keserakahan dan keangkuhan. Mereka akan mulai saling mendengki, saling iri, dan saling membenci. Dan ketika permusuhan menguasai hati mereka, konflik dan pertumpahan darah akan menghiasi sejarah mereka, mengubah kelimpahan menjadi kehancuran. Itulah yang membuat saya merasa sedih."

Menjelang akhir kepemimpinan Umar, Utsman bin Affan pernah mengatakan, “Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu kelak.” Subhanallah!

Semoga kita bisa meneladani Umar bin Khattab khususnya para pejabat dan pemimpin negeri ini,  silakan kaya tetapi tetap sederhana.!!!


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 27 Mei 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Sumber:

1. Buku Umar bin Al-Khattab (The Second of Islam)

2. Fikih Ekonomi Umar ra, penerbit Khalifa, hal. 47 & 99, konversi pada saat harga dinar Rp 1,2 juta
__________________
Editor: M Iqbal Rabbani