Bolehkah Membayar Zakat Melalui Transfer?

 
Bolehkah Membayar Zakat Melalui Transfer?
Sumber Gambar: Kosuki dari Pexels (ilustrasi transfer zakat fitrah)

Laduni.ID, Jakarta - Dalam kondisi tertentu, misalnya ketika terjadi mushibah, atau pandemik covid 19 seperti saat ini, dimana ada kebijakan pembatasan jarak fisik yang mengharuskan kita untuk tidak berkerumun dan berkontak fisik, muncul pertanyaan bagaimana jika proses penunaian zakat hanya dengan transfer uang antar bank saja. Maka kita bisa lihat beberapa model bayar zakat dengan transfer ini.

Pertama, transfer dari muzakki kepada mustahiq. Para ulama memperbolehkan muzakki menunaikan zakatnya secara langsung kepada mustahiq, dan tidak melalui amil.

Zakatnya sudah dianggap sah, meski tak bertemu antara muzakki dan mustahiq. Meskipun tak bersalaman antar keduanya. Bahkan muzakki tak harus berkata kepada mustahiq bahwa transferan itu dari zakat. Karena zakat termasuk bentuk ibadah yang tak butuh akad, tapi disyaratkan niat dari muzakki. Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyyyah al-Kuwaitiyyah disebutkan:

مَنْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ الزَّكَاةُ إِمَّا أَنْ يُُْرِجَهَا بِِِعْطَائِهَا مُبَاشَرَةً إِلَ

الْفُقَرَاءِ وَسَائِرِ الْمُسْتَحِ قيَ، وَإِمَّا أَنْ يَدْفَ عَهَا إِلَ الإِمَامِ

لِيَصْرِفَ هَا في مَصَارِفِهَا .

Artinya: Bagi yang telah diwajibkan menunaikan zakat, dapat menunaikannya secara langsung kepada mustahiq atau menyerahkannya kepada imam (amil) untuk diserahkan kepada yang berhak.

Tentu untuk zakat fithri ini, hal ini kembali kepada perbedaan ulama tentang hukum boleh tidaknya menunaikan zakat fithr menggunakan uang.

Kedua, tranfer dari muzakki kepada amil atau wakil muzakki. Para ulama membolehkan membayar zakat fithri melalui fasilitas transfer antar bank dari muzakki kepada wakil atau amil zakat.

Maksudnya muzakki mentransfer uang zakat kepada seseorang untuk meminta bantuannya agar menunaikan zakatnya seabgai wakilnya atau kepada amil zakat. Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyyyah al-Kuwaitiyyah disebutkan:

يََُوزُ لِلْمُزَ كِي أَنْ ي وَُ كِل غَيْرَهُ فِي أَدَاءِ زَكَاتِهِ، سَ وَاءٌ فِي إِيصَالِهاَ لِلإمَامِ

أَوْ نََئِبِهِ، أَوْ فِي أَدَائِهَا إِلَ الْمُسْتَحِ ق، سَوَاءٌ عَيََّ ذَلِكَ الْمُسْتَحِقَّ أَوْ

فَ وَّضَ تَ عْيِينَهُ إِلَ الْوَكِيل .

Artinya: Boleh bagi muzakki untuk mewakilkan penunaian zakatnya kepada orang lain. Apakah dimaksudkan untuk diserahkan oleh wakil kepada amil atau secara langsung kepada mustahiq. Dan apakah muzakki sendiri yang memastikan penyalurannya oleh wakil tersebut, atau wakil tersebut diberikan keluasan dalam proses penyalurannya.

Jika muzakki meminta kepada amil agar nanti pembayaran zakatnya dengan beras, maka amil membelikan beras untuk dibagikan kepada mustahiq.

Tapi jika muzakki meminta untuk langsung dibagikan kepada mustahiq, maka amil tinggal membagikannya saja.


Source: Buku Fiqih Seputar Zakat Fitri (Penulis Hanif Lutfhi, Lc, MA penerbit Rumah Fiqih Publishing Jakarta Selatan)