INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Masa Muda (الشباب) adalah waktu puncak energi, ide, dan semangat dalam hidup seseorang. Namun, di dalam syair di atas juga tersirat penegasan seakan pemuda sering kali kehilangan arah karena kelebihan energi yang tidak terkontrol.
Perspektif Mbah Moen mengenai peran pemuda dalam memperjuangkan agama, bangsa, dan negara memberikan inspirasi tersendiri dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Sumpah Pemuda. Menariknya, hal itu tidak bisa terlepas dari latar belakang kelahiran beliau yang bertepatan pada tanggal 28 Oktober 1928.
Santri hari ini tidak bisa lagi dikesankan sekadar penjaga surau semata, tetapi pengawal nurani bangsa, bahkan warga dunia yang seolah hari-hari ini sedang kehilangan arah.
Lima kesadaran santri itu adalah: (1) Kesadaran beragama, (2) Kesadaran berilmu, (3) Kesadaran berorganisasi, (4) Kesadaran bermasyarakat, dan (5) Kesadaran berbangsa dan bernegara.
Sabrang membagi kehidupan dalam tiga lingkar (1) lingkar kendali, (2) lingkar pengaruh, dan (3) lingkar perhatian. Banyak orang keliru menempatkan energinya, urusan yang seharusnya cukup diperhatikan malah diributkan, bahkan sampai merusak hubungan keluarga hanya karena beda pilihan politik.
Hal yang tidak kalah penting adalah menjaga keutuhan demokrasi sebagai sistem kenegaraan Indonesia, walaupun masyoritas masyarakatnya pemeluk Islam, tetapi memiliki sifat dinamis serta pandangan kontekstual dalam memahami hakikat ber-Islam.
Bagi Gus Dur, pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama. Pesantren adalah benteng moral bangsa, tempat lahirnya para intelektual yang berjiwa sosial, para pemimpin yang mengakar di tengah rakyat, dan ruang yang menjaga kesinambungan tradisi Islam Nusantara yang damai.
Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai ciri-cirinya sendiri, pesantren memiliki tradisi keilmuannya yang berbeda dari tradisi keilmuan lembaga-lembaga lain.
KH. Yusuf Chudlori, yang akrab disapa Gus Yusuf, dalam sebuah kesempatan mengajar beliau menjelaskan bahwa pendidikan di pondok pesantren memiliki ciri khas yang menonjol, yaitu dengan mengedepankan keteladanan dan cinta kasih.
Adalah semangat resolusi jihad dari KH. Hasyim Asy'ari tersebut juga yang menggerakkan peristiwa heroik di Surabaya pada 10 November 1945. Seruan ini bukan sekadar panggilan agama, tetapi juga tindakan politik yang melibatkan moralitas dan patriotisme.