Hujan Itu Rahmat Penduduk Bumi

 
Hujan Itu Rahmat Penduduk Bumi

LADUNI.ID I KOLOM- Allah SWT menurunkan hujan kepada makhluk-Nya merupakan sebagai rahmat. Disamping itu hujan itu juga dapat dijadikan sebagai media untuk bertabaruk.

Fenomena ini disebutkan oleh Anas bin Malik ra, "Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah SAW menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.” Berdasarkan hadist tersebut Imam Nawawi menjelaskan maksud hadist di atas, beliau mengatakan bahwa makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala.  Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut. Satu sisi terkadang hujan itu tidak selamanya menjadi rahmat, juga bentuk azab dan musibah.

Hal ini dapat kita lihat pada firman Allah Ta’ala tentang adzab pada kaum Nuh, : "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ."” (QS. Hud: 44)

Kejadian dan kisah di azab  mengenai kaum ‘Aad dengan hujan juga diungkapkan dalam Alquran, berbunyi: “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” (QS. Al Ahqaf: 24-25)

Sementara itu Siti ‘Aisyah ra telah menceritakan: ,“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adalah adzab. Dan pernah suatu kaum diberi adzab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat adzab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.”(HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim no. 899)

Beranjak dari pembahasan di atas hujan itu ada kala sebagai rahmat Allah SWT kepada makhluknya untuk dijadikan minuman, bertani dan lain sebagainya. Namun juga hujan itu sebagai azab dan musibah yang ditimpakan kepada sebuah kaum yang maksiat untuk ditegur dan sebagainya.

Sekali lagi marilah kita terus berintrospeksi diri untuk terus bertaubat dan bertaqwa kepada Allah SWT sehingga menjadi hamba yang mendapat predikat sa'adah daaraini ( bahagia dunia akhirat). Amin.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga..