Biografi KH. Bisri Mustofa (Pendiri Pesantren Raudlatuth Tholibin Rembang)
- by Rozi
- 37.064 Views
- Sabtu, 24 Desember 2022

Daftar Isi Biografi KH. Bisri Mustofa
1 Riwayat Hidup dan Keluarga KH. Bisri Mustofa
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga KH. Bisri Mustofa
1.3 Wafat
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan KH. Bisri Mustofa
2.1 Guru-Guru KH. Bisri Mustofa
3 Penerus KH. Bisri Mustofa
3.1 Anak-anak KH. Bisri Mustofa
3.2 Murid-murid KH. Bisri Mustofa
4 Perjalanan Hidup dan Dakwah KH. Bisri Mustofa
4.1 Sekilas Perjalanan Hidup KH. Bisri Mustofa
4.2 Karier KH. Bisri Mustofa
4.2 Karya KH. Bisri Mustofa
5 Keteladanan KH. Bisri Mustofa
5.1 Orator Ulung
5.2 Seorang Muallif Kitab yang Produktif
6 Chart Silsilah
7 Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga KH. Bisri Mustofa
1.1 Lahir
KH. Bisri Mustofa lahir pada tahun 1915 M atau bertepatan dengan 1334 H di Kampung Sawahan, Rembang, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra pertama dari empat bersaudara, dari pasangan H. Zainal Musthofa dan Chodijah. Ketiga saudara KH. Bisri Mustofa diantaranya, Salamah (Aminah), Misbach, dan Ma’shum. Pada awalnya KH. Bisri Mustofa diberi nama oleh kedua orang tuanya yaitu dengan nama Mashadi. Tapi setelah menunaikan ibadah haji pada tahun 1923, beliau mengganti nama dengan Bisri dan dikenal dengan nama Bisri Mustofa.
1.2 Riwayat Keluarga KH. Bisri Mustofa
KH. Bisri Mustofa melepas masa lajangnya dengan menikahi Ma’rufah, putri KH. Cholil Kasingan. Beliau melaksanakan akad nikah pada tanggal 17 Rajab 1354 H / Juni 1935. Pada waktu pernikahan, KH. Bisri Mustofa baru berusia 20 tahun dan Ma’rufah juga berusia 20 tahun. Buah dari pernikahannya, mereka dikaruniai delapan orang anak. Seiring perjalanan waktu, KH. Bisri Mustofa kemudian menikah lagi dengan seorang perempuan asal Tegal Jawa Tengah bernama Umi Atiyah pada tahun 1967-an.para putra dan putri beliau diantaranya adalah:
- KH. Cholil Bisri
- KH. Musthofa Bisri
- KH. Adib Bisri
- Audah
- Najikah
- Labib
- Nihayah
- Atikah
- Maemun.
1.3 Wafat
Pada hari Rabu, 17 Februari 1977 (27 Shafar 1397 H) waktu asar, KH. Bisri Mustofa dipanggil ke haribaan Allah SWT. Beliau wafat di Rumah sakit Dr. Karyadi Semarang karena serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan pada paru-paru.
Saat pemakaman Mbah Bisri, masyarakat Rembang dan umumnya Jawa Tengah bahkan juga, dari berbagai pelosok negeri ini, berdatangan dan bertakziah, untuk memberikan penghormatan kepada almaghfurlah. Ratusan ribu pelayat rela berdesak-desakan, untuk menghadiri upacara pemakaman.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan KH. Bisri Mustofa
Sejak kecil KH. Bisri Mustofa diasuh dan dibimbing oleh kedua orng tuanya, dari kecil beliau sudah menunjukkan kecerdasannya. Kemudian dilanjutkan belajar di berbagai Pesantren dan Taklim.
2.1 Guru-Guru KH. Bisri Mustofa
- KH. Ma’shum Lasem
- KH. Hasyim Padangan
- KH. Cholil Kasingan
- Kiai Kamil, Karang Geneng Rembang
- KH. Hasbullah Kajen
- KH. Suja’i
- Kyai Kamil
- Syekh Hamdan Al-Maghribi
- Syekh Alwi Al-Maliki
- As-Sayyid Amin
- Syekh Hasan Massyat
- As-Sayyid Alwi
- KH. Abdullah Muhaimin (menantu KH. Hasyim Asy'ari)
- KH. Bakir (Yogyakarta).
3. Penerus KH. Bisri Mustofa
3.1 Anak-anak KH. Bisri Mustofa
KH. Bisri Mustofa memiliki putera-puteri berjumlah 8 orang yang menjadi penerusnya, yaitu:
- KH.Cholil Bisri
- KH. Musthofa Bisri
- KH. Adib Bisri
- Audah
- Najikah
- Labib
- Nihayah
- Atikah
- Maemun.
3.2 Murid-murid KH. Bisri Mustofa
- KH. Saefullah (pengasuh sebuah pesantren di Cilacap Jawa Tengah)
- KH. Muhammad Anshari (Surabaya)
- KH. Wildan Abdul Hamid (pengasuh sebuah pesantren di Kendal)
- KH. Basrul Khafi
- KH. Jauhar
- Drs. Umar Faruq SH
- Drs. Ali Anwar (Dosen IAIN Jakarta)
- Drs. Fathul Qorib (Dosen IAIN Medan)
- KH. Rayani (Pengasuh Pesantren al-Falah Bogor)
- KH. Maimoen Zubair
- KH. Dalhar Munawwir
- KH. Masruri Abdul Mughni
- KH. Zaenurrahman Arrahili (Mbah Zein)
- KH. A Musallim Ridlo
- KH. Asrori Ahmad
- Ulil Abshara Abdalla (Gus Ulil)
- KH. Muchlis Musyaffa’
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah KH. Bisri Mustofa
4.1 Sekilas Perjalanan KH. Bisri Mustofa
Sejak kecil KH. Bisri Mustofa diasuh dan dibimbing oleh kedua orng tuanya, dari kecil beliau sudah menunjukkan kecerdasannya. Sepeninggal sang ayah pada tahun 1923, tanggung jawab keluarga berganti kepada H. Zuhdi. Saat itu, di Rembang terdapat beberapa sekolah. Pertama, Eropese School, kedua, Hollands Inlands School (HIS), ketiga, Sekolah Ongko Loro.
Mulanya, KH. Bisri Mustofa hendak di daftarkan H. Zuhdi di Hollands Inlands School. Namun, karena KH. Cholil Kasingan mendatangi H. Zuhdi dengan alasan bahwa sekolah itu diperuntukan bagi pegawai negeri yang berpenghasilan tetap, sedangkan KH. Bisri Mustofa saat itu adalah anak dari seorang pedagang. Akhirnya, KH. Bisri Mustofa menempuh sekolahnya di Sekolah Ongko Loro kurang lebih selama tiga tahun.
Pada tahun 1925, KH. Bisri Mustofa diminta untuk mengaji selama bulan Ramadhan di Pesantren Kajen milik KH. Chasbullah dan diantar oleh H. Zuhdi. Namun baru beberapa hari di sana, Mbah Bisri pulang dengan alasan tidak betah.
Lalu pada tahun 1930 KH. Bisri Mustofa diperintah kembali untuk mondok, kali ini beliau diperintah untuk mondok di Kasingan, tempat KH. Cholil. Sesampainya di Kasingan, beliau tidak langsung diajar oleh KH. Cholil, namun terlebih dulu belajar pada Suja’i, ipar KH. Cholil.
Selama diajar Suja’i, KH. Bisri Mustofa hanya belajar kitab Alfiyah Ibnu Malik selama kurang lebih dua tahun. Sampai akhirnya KH. Bisri Mustofa menjadi rujukan teman-temannya saat mendapat kesulitan dalam pelajaran, karena KH. Bisri Mustofa sangat menguasai kitab tersebut.
Setahun setelah menikah dengan putri Kiai Cholil, Bisri muda berniat melanjutkan petualangan keilmuan (rihlah ilmiah). Semangat belajar sebagai santri kelana memuncak pada diri Bisri muda. Akhirnya, jejak langkahnya untuk mengaji mendapat kesempatan, dengan melanjutkan tabarrukan kepada Kiai Kamil, Karang Geneng Rembang.
Pada tahun 1936 KH. Bisri Mustofa berangkat lagi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji bersama-sama dengan beberapa anggota keluarga dari Rembang. Namun, seusai haji,KH. Bisri Mustofa tidak pulang ke tanah air, melainkan memilih bermukim di Mekkah dengan tujuan menuntut ilmu di sana. Di Mekkah, pendidikan yang dijalani KH. Bisri Mustofa bersifat non-formal.
Beliau belajar dari satu guru ke guru lain secara langsung dan privat. Di antara guru-gurunya terdapat ulama-ulama asal Indonesia yang telah lama mukim di Mekkah. Secara keseluruhan, guru-gurunya di Mekkah adalah:
- Syekh Bakir, asal Yogyakarta. Kepada beliau, Bisri belajar kitab Lubb al-Usul, Umdât al-Abrâr, Tafsîr al-Kashshâf.
- Syekh Umar Hamdan Al-Maghribî. Kepadanya, Bisri belajar kitab hadis Sahîh Bukhârî dan Sahîh Muslim.
- Syekh Alî Malîkî. Kepadanya, Bisri belajar kitab al-Ashbah wa al-Nadâir dan al-Aqwâl al-Sunan al-Sittah
- As-Sayyid Amin. Kepadanya, Bisri belajar kitab Ibn Aqîl
- Syekh Hassan Massat. Kepadanya, Bisri belajar kitab Minhaj Dzaw al-Nadar
- K.H. Abdullah Muhaimin. Kepada beliau, Bisri belajar kitab Jam’ al-Jawâmi.
Setelah setahun belajar kepada ulama Hijaz, KH. Bisri Mustofa pulang ke tanah air pada 1937. KH. Bisri Mustofa kemudian membantu mertuanya, KH. Cholil Kasingan mengasuh pesantren di Rembang. Setelah itu, Kiai Bisri bersama keluarga memutuskan untuk menetap di Leteh, dengan mendidik santri dan mendirikan Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin di desa Leteh, Rembang, Jawa Tengah.
4.2 Karier KH. Bisri Mustofa
- Menjadi Pengasuh Pesantren Kasingan
- Mendirikan Pesantren Raudhatul Thalibin
- Menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama dan ketua Pengadilan Agama Rembang.
- Menjadi anggota konstituante 1955 perwakilan dari NU
- Rais Syuriyah pengurus wilayah NU Jawa Tengah
- Majelis Syuro DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
4.3 Karya-karya KH. Bisri Mustofa
Hasil karya KH Bisri Mustofa umumnya mengenai masalah keagamaan yang meliputi berbagai bidang seperti Ilmu Tafsir dan Tafsir, Ilmu Hadis dan Hadis, Ilmu Nahwu, Ilmu Saraf, Syari’ah atau Fiqih, Tasawuf/Akhlak, Aqidah, Ilmu Mantiq/Logika dan lain sebagainya. Kesemuanya itu berjumlah kurang lebih 176 judul. Beberapa diantaranya adalah:
- Tafsir al-Ibriz li Ma’rifati Al-Qur’an al- ‘Azizi bi al-Lugati al-Jawiyyah
- Al-Iksir Fi Tarjamah ‘Ilmi Tafsir (1380 H/1970 M)
- Tarjamah Manzumah al-Baiquni (1379 H/1960 M)
- Al-Azwadu al-Mustafayah Fi Tarjamah al-Arba’in an-Nawawiyyah
- Sullamul Afham Tarjamah Bulugul Maram
- Nazam as-Sullam al-Munawaraq Fi al-Mantiq
- Sullamul Afham Tarjamah Aqidatul Awam (1385 H/1966 M)
- Durarul al-Bayan Fi Tarjamah Sya’bi al-Iman
- Tarjamah Nazam al-Faraidul Bahiyah Fi al-Qawaidi al-Fiqhiyyah (1370 H/1958 M)
- Aqidah Ahlu as-Sunnah Wal Jama’ah
- Al-Baiquniyah (ilmu hadis)
- Tarjamah Syarah Alfiyah Ibnu Malik
- Tarjamah Syarah Imriti
- Tarjamah Syarah al-Jurumiyah
- Tarjamah Sullamu al-Mu’awanah
- Safinatu as-Salah
- Tarjamah kitab Faraid}u al-Bahiyah
- Muniyatu az-Zaman
- Ataifu al-Irsyad
- An-Nabras
- Manasik Haji
- Kasykul
- Ar-Risalatu al-Hasanah
- Al-Wasaya Lil Aba’ Wal Abna’
- Islam dan Keluarga Berencana (KB)
- Kutbah Jum’at
- Cara-caranipun Ziarah lan Sintenke Mawon Walisongo Punika
- At-Ta’liqat al-Mufidah Li al-Qas}idah al-Munfarijah
- Syair-syair Rajabiyah
- Al-Mujahadah wa ar-Riyadah
- Risalah al-Ijtihad Wa at-Taqlid
- Al-Habibah
- Al-Qawaidu al-Fiqhiyyah
- Buku Islam dan Shalat
- Buku Islam dan Tauhid,
- Kitab Mitro Sejati,
- Kitab Tarikhul Auliya dan lain-lain.
Dalam menulis, Mbah Bisri mempunyai ‘falsafah’ yang menarik sebagaimana dikisahkan oleh Gus Mus, salah seorang putra KH Bisri Mustofa, bahwa pernah suatu ketika, beliau berbincang-bincang dengan salah seorang sahabatnya, yakni Kiai Ali Maksum Krapyak, tentang hal tulis-menulis ini. “Kalau soal kealiman, barangkali saya tidak kalah dari sampeyan, bahkan mungkin saya lebih alim,” kata Kiai Ali Maksum ketika itu, dengan nada kelakar ,seperti biasanya, “tapi mengapa Sampeyan bisa begitu produktif menulis, sementara saya selalu gagal di tengah jalan. Baru separo atau sepertiga, sudah macet tak bisa melanjutkan.”.
Dengan gaya khasnya, masih cerita Gus Mus, Mbah Bisri menjawab: “Lha soalnya Sampeyan menulis Lillahi Tt’ala sih!”
Tentu saja jawaban ini mengejutkan Kiai Ali. “Lho Kiai menulis kok tidak lillahi ta’ala; lalu dengan niat apa?”
Mbah Bisri menjawab: “Kalau saya, menulis dengan niat nyambut gawe. Etos, saya dalam menulis sama dengan penjahit. Lihatlah penjahit itu, walaupun ada tamu, penjahit tidak akan berhenti menjahit. Dia menemui tamunya sambil terus bekerja, soalnya bila dia berhenti menjahit ,periuknya bisa ngguling,saya juga begitu, kalau belum-belum, sampeyan sudah niat yang mulia-mulia, setan akan mengganggu sampeyan dan pekerjaan sampeyan tak akan selesai..”kata Mbah Bisri..
”… Lha nanti kalau tulisan sudah jadi, dan akan diserahkan kepada penerbit, baru kita niati yang mulia-mulia, Linasyril ‘ilmi atau apa. Setan perlu kita tipu.” Lanjut Mbah Bisri sambil tertawa. (Gus Mus dalam Taqdim buku Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah KH Bisri Mustofa, LkiS, Jogja, 2005, hlm. xxi-xxii).
5. Keteladanan KH. Bisri Mustofa
5.1 Orator Ulung
Selain sebagai ulama yang gemar menulis, KH. Bisri Musthofa juga dikenal sebagai seorang orator atau ahli pidato. Menurut KH. Saifuddin Zuhri, KH. Bisri Mustofa mampu mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit menjadi begitu gamblang, mudah diterima semua kalangan baik orang kota maupun desa.
KH. Bisri Mustofa dikenal sebagai tokoh yang Handal dalam berpidato. Beliau adalah seorang orator. Dalam setiap kampanye pasti menjadi juru kampanye andalan dari partainya. Kemampuan panggung KH. Bisri Mustofa memang tidak terbantah dan diakui oleh siapa pun. Benar apa yang digambarkan oleh KH. Saifuddin Zuhri bahwa KH. Bisri Mustofa adalah orator, ahli pidato yang dapat mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit menjadi gamblang. Mudah diterima dan tidak membosankan.
Pemikiran keagamaan KH. Bisri Mustofa dinilai oleh banyak kaingan bersifat moderat. Sikap moderat ini merupakan sikap yang diambil dengan menggunakan pendekatan ushul figh yang mengdepankan kemaslahatan dan kebaikan umat islam yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman clan masyarakatnya.
5.2 Seorang Muallif Kitab yang Produktif
Melihat dari jumlah karya ilmiyahnya di bidang keislaman menunjukkan bahwa KH. Bisri Mustofa benar-benar seorang ulama yang allamah pada bidangnya dan seorang muallif kitab yang produktif. Justru di bidang inilah kebesaran seorang muallif kitab yang produktif yang jarang diperbuat oleh ulama tradisional abad ke-20.
Padahal ulama-ulama abad sebelumnya banyak sekali kita ketahui yang merupakan muallif terkenal. Melalui karya-karya ilmiahnya ini seorang muallif kitab yang produktif mampu memberikan tuntunan yang mudah kepada santri-santri pemula, santri-santri di desa dan kampung juga orang-orang awam, dalam memahami Islam. Peninggalan atau warisan berupa kitab atau karya ilmiyah biasanya jauh lebih awet dibanding dengan peninggalan lainnya.
6. Chart Silsilah
6.1 Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Bisri Mustofa dapat dilihat DI SINI, dan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.
7. Referensi
- https://wiki.laduni.id/KH_Bisri_Mustofa
- Buku Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah KH Bisri Mustofa, LkiS, Jogja, Achmad Zainal Huda, 2005, hlm. xxi-xxii
- Diambil dari berbagai sumber
Semoga Beliau mendapatkan Tempat yang Mulia Disisi NYA.
Aamiin. Lahul Al Fatihah
Catatan : Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 30 Oktober 2016
Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan revisi di beberapa bagian.
Editor : Achmad Susanto
Memuat Komentar ...